BREN

Hari ini, 8 Agustus 2017, tepat menjadi hari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) merayakan umurnya yang mencapai setengah abad.
Sejumlah catatan positif dan negatif pun mengiringi blok negara di Asia Tenggara ini dari tahun ke tahun, terutama dari sisi ekonomi.
Yustinus Andri yustinus.andri@bisnis.com
Seperti diketahui, ketika pertama kali dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bang- kok, para perwakilan negara pendiri yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand menandatangani sebuah pakta yang menjadi dasar didirikannya Asean. Pakta itu adalah Deklarasi Bangkok.
Dalam deklarasi tersebut tercantum satu frasa yang menunjukkan bahwa blok ini dibentuk untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi setiap negara anggota.
Frasa itu terdapat pada poin pertama Deklarasi Bangkok yang berbunyi &ldquo;Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara&rdquo;.
Dari frasa tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat menjadi salah satu misi utama dibentuknya blok negara yang kini berpesta emas tersebut.
Kini, ambisi itu setidaknya telah menunjukkan bukti dengan Asean menjadi salah satu kawasan yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Laporan World Economic Outlook (WEO) Juli 2017 yang diterbitkan Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, kelompok negara Asean5 diperkirakan menjadi salah satu kawasan yang mencatatkan pertumbuhan paling kuat di Asia.
Kelompok negara versi IMF yang terdiri dari Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina itu diperkirakan tumbuh 5,1% pada tahun ini dan 5,2% pada tahun depan.
&ldquo;Pulihnya harga komoditas akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Asean5. Namun pertumbuhan ekonomi kawasan itu relatif kuat,&rdquo; tulis IMF dalam laporannya bulan lalu.
Adapun, berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) Juni 2017, produk domestik bruto negaranegara kecil di Asean juga berhasil menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Kamboja, Myanmar, dan Laos menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi di atas 6% pada tahun ini dan tahun depan.
World Economic Forum (WEF) bahkan meyakini blok negara ini akan menjadi kawasan dengan ekonomi terbesar kelima di dunia pada 2020.
Hal itu ditopang oleh potensi investasi masuk yang sangat besar dan pasar potensial yang terbentuk dari 620 juta penduduk.
Situasi yang tercipta di Asean saat ini, tentu saja sangat kontras dengan periode organisasi internasional tersebut pertama kali dibentuk 50 tahun lalu.
Kala itu, pada 1970, PDB gabungan dari negara-negara Asia Tenggara hanya mencapai US$37,6 miliar.
Namun, kini PDB Asean tampak tumbuh berlipat-lipat dan menembus US$2,6 triliun pada tahun lalu, atau hampir setara dengan yang diperoleh Inggris.
Negara-negara Asean juga diprediksi memperoleh amunisi kuat untuk melanjutkan tren pertumbuhan ekonomi yang tinggi di masa depan. Amunisi itu datang dari komposisi penduduknya yang mengalami bonus demografi.
Nomura Holdings Inc memperkirakan populasi penduduk usia kerja akan terus berkembang pesat hingga 2020. Hal itu berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di China, Jepang, dan Hong Kong yang penduduk angkatan kerjanya terus terkontraksi sejak 2015.
Prospek pertumbuhan penduduk usia kerja yang kuat di kawasan ini memberikan daya pikat yang besar bagi investor global untuk membangun pabrik di negara Asean.
Coca-Cola Co. tercatat terus mengembangkan pabriknya di Vietnam dan Myanmar sementara Apple Inc. sedang membangun pusat penelitian di Indonesia.
HAMBATAN
Namun demikian, impian Asean yang ingin menciptakan sistem dan iklim berbisnis terpadu antarnegara anggota nampaknya masih jauh dari harapan, meskipun Asean telah menciptakan cetak biru (blue print) 2015.
Cetak biru tersebut berisi komitmen meghilangkan hambatan dagang dan menciptakan pasar tunggal untuk memungkinkan terciptanya arus bebas barang, jasa, dan tenaga kerja.
Pasalnya, bukan hal mudah untuk menciptakan konsensus dari setiap negara dan menciptakan pola pikir bahwa kepentingan bersama lebih tinggi dari kepentingan masing-masing negara.
Song Seng Wun, ekonom CIMB Private Banking melihat perbedaan paham politik yang mencolok menjadi alasan mengapa negara-negara di Asean sulit bersatu.
Beragam rezim politik dari demokrasi di Indonesia, junta militer di Thailand, pemerintah komunis di Laos dan Vietnam menghadirkan hambatan untuk hubungan yang lebih erat.
&ldquo;Hal itu yang membuat kebijakan individual negara menjadi prioritas pertama, sedangkan Asean menjadi yang kedua atau bahkan selanjutnya,&rdquo; kata Wun.
Di sisi lain, apabila menilik laporan easy of doing business (EODB) World Bank pada tahun lalu, mayoritas negara Asean menempati peringkat di bawah 80 dari 173 negara yang disurvei.
Tercatat hanya tiga negara yang berada di atas peringkat 80 yakni Thailand pada posisi 42, Malaysia peringkat 23, Singapura peringkat 2.
Fakta itu menggambarkan negara anggota Asean pada umumnya masih belum terlalu ramah terhadap aktivitas bisnis. Untuk itu, apa yang diprediksik WEF pada awal tahun ini, bahwa pada 2020 arus investasi masuk akan masuk besar-besaran, berpeluang tak sesuai harapan jika tidak ada perbaikan dari setiap negara dalam mempermudah masuknya arus investasi asing.
&ldquo;Hambatan non-tarif masih tinggi di kalangan anggota Asean, terutama di Indonesia,&rdquo; kata Gareth Leather, ekonom senior Asia di London.
Terlebih, saat ini banyak anggota Asean yang sangat bergantung pada aktivitas ekspor seperti salah satunya Singapura. Kondisi itu akan membuat negara-negara di Asia Tenggara masih akan sangat rentan terpapar kondisi ekonomi global. (Bloomberg/Reuters)
Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Sejumlah Negara Asean (US$ miliar)
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
&nbsp;
</td>
<td>
1970
</td>
<td>
2016
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Indonesia
</td>
<td>
10
</td>
<td>
944
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Thailand
</td>
<td>
7
</td>
<td>
396
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Filipina
</td>
<td>
7
</td>
<td>
303
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Malaysia
</td>
<td>
4
</td>
<td>
297
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Singapura
</td>
<td>
2
</td>
<td>
295
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Lain-lain
</td>
<td>
7
</td>
<td>
320
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Sumber: United Nations Conference on Trade and Development, Bloomberg, diolah&nbsp; Bisnis/Erlangga Adiputra

 Hari ini, 8 Agustus 2017, tepat menjadi hari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) merayakan umurnya yang mencapai setengah abad. 

50 Tahun Asean Catatan Ekonomi pada Usia Emas

Informasi Diunggah