BREN

Investasi di sektor properti menjadi langkah awal BPJS Ketenagakerjaan menggapai mimpi: Meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Mulai tahun ini BPJS Ketenagakerjaan menapakkan kaki di sektor properti, yakni melalui proyek rintisan pembangunan gedung perkantoran Social Security Tower di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta. Groundbreaking dilakukan pekan silam, Selasa (30/5).
Manajemen BPJS-TK memilih investasi properti karena memiliki dampak luas tetapi minim risiko. &ldquo;Ini merupakan bentuk investasi langsung dari dana jaminan hari tua. Ini untuk komersial. Hasil keuntungan akan dikembalikan kepada pekerja.&rdquo; Pertimbangan itulah yang mendasari BPJS-TK untuk berani mengelola sendiri dana milik pekerja peserta jaminan sosial. Pasalnya, selama ini mereka mengendapkan dana di institusi lain, terutama perbankan.
BPJS-TK pun mendirikan anak usaha, PT Sarana Infrastruktur Properti (SIP). Perusahaan itu merupakan hasil kolaborasi dengan PT Pembangunan Perumahan (PP) melalui investasi penyertaan langsung dana jaminan hari tua (JHT).
Sebenarnya, BPJS-TK sudah mengolah dana kelolaan di sektor terkait dengan properti, yakni infrastruktur tetapi tidak berupa penyertaan langsung.
BPJS-TK menggunakan variasi instrumen via obligasi pemerintah dan obligasi swasta, serta instrumen perbankan. Dari total dana kelolaan Rp271 triliun, porsi investasi properti sebesar Rp59 triliun.
Per April 2017, BPJS Ketenagekerjaan mencatat total dana kelolaan Rp271 triliun. Sebagian besar ditempatkan pada instrumen surat berharga negara (SBN) sekitar 52%, obligasi BUMN 9%, obligasi korporasi swasta 1%, saham 16%, deposito 14%, reksa dana 7%, dan investasi langsung 1%.
Dari investasi sejumlah instrumen tersebut BPJS-TK meraup untung Rp22,5 triliun pada 2016.
Direktur BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengungkapkan, pada 2016 mampu meningkatkan iuran peserta sebesar 34,9% dibandingkan dengan realisasi pada 2015. Adapun per April tahun ini kenaikan sudah mencapai 15%.
BPJS-TK juga melaporkan kenaikan jumlah peserta 16% selama 2016, mencapai 22,63 juta pekerja.
Ini jumlah yang signifi kan. Bandingkan dengan kepesertaan aktif Jamsostek sekitar 10 tahun silam yang hanya 7,94 juta peserta. BPJSTK juga melansir saat ini terdapat 361.972 perusahaan sebagai peserta aktif program.
BPJS-TK menginvestasikan dana Rp500 miliar untuk Social Security (SS) Tower Gedung yang diproyeksikan rampung pada 2019.
Gedung SS Tower berlantai 28 itu seluas 26.900 m2 atau 40% akan disewakan, sedangkan 60% akan ditempati BPJS Ketenagakerjaan. PT SIP mengklaim sudah mengantongi kesepakatan minat sewa hingga 80%.
Optimalisasi aset properti, terutama tanah merupakan salah satu cara untuk mendongkrak imbal hasil iuran yang telah dibayarkan oleh peserta BPJS-TK.
Kabar gembira lainnya, pengembangan properti oleh BPJS-TK tidak hanya berfokus kepada segi komersial, tetapi juga perumahan pekerja.
BPJS-TK sedang mengkaji pembangunan perumahan bagi pekerja berupa rumah susun sewa di Tangerang, yakni 11 tower rusunawa atau sekitar 25.000 di lahan seluas 11 hektare.
Langkah BPJS-TK untuk masuk ke sektor properti itu disengaja atau tidak bisa menjadi daya tawar bagi peserta yang berniat mencairkan dana JHT.
Manfaat JHT berupa akumulasi iuran pekerja dan perusahaan ditambah hasil pengembangan dari BPJS-TK yang selalu di atas bunga deposito bank pemerintah. Hal itu agar pekerja memiliki modal cukup untuk menghadapi masa tua yang tidak produktif.
Namun, perubahan regulasi memperkenankan para pekerja untuk mencairkan dana JHT karena PHK atau berhenti bekerja, walaupun belum berusia 56 tahun.
Kita tunggu saja dalam 2&ndash;3 tahun ke depan, benarkah investasi ke sektor properti bisa menambah dana imbal hasil kita sebagai peserta program JHT?

 
Mulai tahun ini BPJS Ketenagakerjaan menapakkan kaki di sektor properti, yakni melalui proyek rintisan pembangunan gedung perkantoran Social Security Tower di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta. Groundbreaking dilakukan pekan silam, Selasa (30/5). 

Berani Investasi Sendiri

Informasi Diunggah