BREN

JAKARTA &mdash; Upaya konsolidasi operator akses jalur lebar nirkabel hingga akhir batas waktu Juni 2017 dipastikan menemui jalan buntu karena tak ada kesamaan metode valuasi aset oleh masing-masing operator.
Lavinda lavinda@bisnis.com 
Akses jalur lebar nirkabel atau Broadband Wireless Access (BWA) adalah teknologi yang menyediakan akses sambungan Internet nirkabel atau jaringan komputer di wilayah yang luas.
Teknologi BWA yang sekarang lazim digunakan adalah Wimax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) Direktur Utama Indosat Alexander Rusli menyampaikan masing-masing operator memiliki kondisi kinerja perusahaan yang bervariasi. Misalnya saja, ada operator yang sudah beroperasi dan memiliki pelanggan, ada yang memiliki lisensi tetapi belum melakukan pembangunan infrastruktur, dan ada yang belum memiliki lisensi tetapi punya izin frekuensi.
&ldquo;Konsultan tidak menawarkan valuasi seperti apa. Sebenarnya masalahnya antara masing-masing pemain belum ada kesamaan terkait metode valuasi,&rdquo; ungkapnya, Senin (12/6).
Dalam prosesnya, seluruh operator bersepakat merekrut konsultan untuk melakukan perhitungan.
Namun, praktiknya data perhitungan tetap berasal dari masingmasing pihak. Setiap operator menginginkan perhitungan aset berdasarkan kondisi mereka tanpa adanya standar valuasi yang sama.
&ldquo;Tidak ada koridor valuasi bahwa harus seperti demikian, tidak ada top down dalam cara perhitungannya, semua bottom up,&rdquo; paparnya.
Intinya, diskusi bisnis dengan seluruh calon mitra belum menghasilkan titik temu.
Menurut dia, selama dibiarkan melalui jalur kesepakatan bisnis (business to business/B to B) maka persoalan tak akan selesai.
Oleh karena itu, Alex mengimbau agar pemerintah mengambil inisiatif yang tegas dengan memberi koridor tertentu yang perlu diikuti oleh seluruh operator demi menyelesaikan isu konsolidasi tersebut.
LIMA OPERATOR
Lima operator yang memiliki lisensi BWA ialah PT Indosat Mega Media (IM2) milik PT Indosat Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Jasnita Telekomindo, PT Internux milik Grup Lippo, dan PT Berca Hardaya Perkasa milik Grup Murdaya.
Sampai saat ini, hanya kelompok Murdaya dan Lippo yang telah beroperasi komersial secara regional. Telkom, IM2, dan Jasnita belum beroperasi.
IM2 sudah menggenggam lisensi operasional dan melakukan uji coba meski belum diprogram untuk skala besar.
Alex sepakat konsolidasi operator BWA harus dilakukan secepatnya untuk menyusutkan kerugian karena membayar uang sewa frekuensi yang belum bisa digunakan.
Terkait posisi dalam konsolidasi tersebut, Indosat mengaku siap melakukan akuisisi dengan harga wajar jika pemerintah berkomitmen mengizinkan pengalihan lisensi itu kepada Indosat sebagai induk usaha.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengaku bersedia memfasilitasi pembahasan antaroperator BWA untuk menemukan solusi konsolidasi, termasuk intervensi melalui kebijakan lisensi, demi mencapai industri telekomunikasi yang efisien.
Selama ini pihak pemerintah memang membiarkan para operator BWA untuk menyelesaikan isu konsolidasi secara kemitraan, sedangkan regulator berfokus pada penyiapan regulasi pendukung.
Namun, jika diperlukan, pemerintah akan memfasilitasi upaya konsolidasi, termasuk melakukan peninjauan kembali lisensi hingga kemungkinan pencabutan lisensi demi membantu operator menghentikan kerugian yang semakin parah.
Konsolidasi operator BWA memang diperlukan karena dianggap berdampak baik bagi kinerja keuangan operator itu sendiri. Selama ini, beberapa operator mengeluarkan dana untuk membayar lisensi tetapi tak menggunakannya secara produktif.
Dari sisi kepentingan umum, konsolidasi BWA dilakukan agar industri lebih efisien dan berkelanjutan demi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pemegang Lisensi Broadband Wireless Access
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Belum Komersial
</td>
</tr>
<tr>
<td>
PT Indosat Mega Media (IM2)
</td>
</tr>
<tr>
<td>
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
</td>
</tr>
<tr>
<td>
PT Jasnita Telekomindo
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Komersial
</td>
</tr>
<tr>
<td>
PT Internux
</td>
</tr>
<tr>
<td>
PT Berca Hardaya Perkasa
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Penggunaan Frekuensi 2,3 GHz
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Smartfren
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Wimax
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;

 JAKARTA — Upaya konsolidasi operator akses jalur lebar nirkabel hingga akhir batas waktu Juni 2017 dipastikan menemui jalan buntu karena tak ada kesamaan metode valuasi aset oleh masing-masing operator. 

Broadband Wireless Access Konsolidasi Operator Dipastikan Buntu

Informasi Diunggah