Melestarikan kain tenun Karo dan mengaplikasikannya menjadi produk tas adalah inovasi baru yang digagas Loura Florentina Surbakti di tengah maraknya tas-tas impor. Dengan memproduksi tas dari tenun Karo secara massal, dia mencoba mendekatkan kaum perempuan dengan kekayaan budaya.
Konsep tersebut ditawarkan Loura sejak 2013. Sebelum masuk pada etnik Karo, Loura juga pernah menjajakan kain lurik dari Klaten. Kegiatannya menjual kain lurik dijadikan modal tambahan untuk melepas masa lajang, atau menikah.
Saat diboyong suami pada 2013 ke Sumatra Utara, Loura memperhatikan banyak pemuda-pemudi Karo yang tidak memahami dan mengenali kain tenun Karo. Miris melihat kondisi tersebut, Loura yang juga bersuku Karo berinisiatif memproduksi tas kulit sapi dan kulit sintetis dengan sentuhan desain motif tenun Karo.
"Pada awal produksi sempat kewalahan, karena baru pindah dari J...