BREN

JAKARTA &mdash; Pemerintah baru saja meluncurkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif untuk memperdalam penetrasi sektor keuangan. Lantas, bagaimana perbankan BUMN melakukan penyesuaian agar mampu berkontribusi besar dalam prioritas pemerintah ini? Bisnis mewawancarai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., Kartika Wirjoatmodjo. Berikut kutipannya.
Salah satu prioritas pemerintah di sektor keuangan saat ini yakni Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Apa saja yang sudah dan sedang disiapkan oleh Bank Mandiri (BMRI)?
Kami terus mendorong penciptaan ekosistem yang baik bagi pengembangan inklusi keuangan di Tanah Air. Strategi nasional inklusi keuangan di Indonesia terdiri dari Strategi Nasional Financial Inclusion (SNFI) yang dikawal oleh Bank Indonesia (BI) serta Strategi Nasional Literacy Keuangan (SNLK) yang dikawal oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). SNFI sendiri mencakup layanan keuangan digital (LKD), sementara SNLK mencakup Layanan Keuangan Tanpa Bank (Laku Pandai).
Menciptakan ekosistem yang baik diperlukan untuk mendorong inklusi keuangan. Salah satu contohnya, kami mendukung pemerintah dalam penyaluran dana bantuan kepada masyarakat melalui agen bank.
Langkah ini dapat mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi dari konsumtif menjadi saving karena bantuan tidak diterima dalam bentuk tunai tetapi masuk ke dalam rekening milik warga masyarakat.
Bagaimana dengan cara kerja sistem untuk SNKI ini?
Kalau secara sistemnya, sebenarnya basic-lah ya.
Menyediakan peralatan melalui akses melalui teknologi dan dengan menggunakan akses website. Yang penting itu muatannya, seperti dengan bantuan sosial.
Kami sendiri telah mengembangkan layanan keuangan digital dan Laku Pandai untuk mendukung hal ini. Sampai dengan akhir 2016, jumlah agen LKD Bank Mandiri mencapai lebih dari 42.000 agen.
Kemudian, untuk agen Laku Pandai mencapai lebih dari 31.000, yang semua tersebar di berbagai wilayah Tanah Air, terutama daerah-daerah rural yang sulit terjangkau layanan bank.
Seberapa besar dampaknya ke jangkauan BMRI? Apakah potensinya masih besar?
Hal utama dalam inklusi keuangan adalah bagaimana masyarakat terakses layanan keuangan. Dalam riset yang pernah dilakukan Mandiri Institute disebutkan bahwa dari total populasi Indonesia yang mencapai 249 juta jiwa pada 2013, masih terdapat 48% penduduk yang belum memiliki akses ke layanan keuangan.
Selain itu, baru 20% masyarakat yang berusia di atas 15 tahun, memiliki rekening di institusi keuangan formal. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai 66% dan Thailand yang tercatat 73%.
Apa akibatnya?
Akses layanan keuangan yang rendah dapat menyebabkan kontribusi sektor finansial pada pertumbuhan ekonomi Indonesia juga rendah. Hal ini terlihat pada rasio kredit terhadap PDB [produk domestik bruto] yang sebesar 36%, dibandingkan dengan Malaysia 122% dan Thailand 103%.
Adapun, rasio simpanan atas PDB tercatat sebesar 39%, dibandingkan dengan 147% di Malaysia.
Dari sini saya ingin sampaikan bahwa inklusi keuangan merupakan topik yang penting di Indonesia karena peningkatan akses terhadap layanan keuangan dapat mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif.
Jadi, kalau kita bicara potensi, dalam jangka panjang potensinya sangat baik, tidak hanya bagi bank tetapi juga bagi pengembangan ekonomi Indonesia.
Bagaimana progres dari National Payment Gateway (NPG)?
Saat ini Mandiri bersama enam bank lainnya yang ditunjuk BI, yakni BCA, BRI, BNI, Niaga, Permata, dan Artha Graha dalam tahap uji coba. BI menargetkan NPG sudah dapat diimplementasikan pada tahun ini juga agar penurunan biaya transaksi dapat langsung dirasakan pelaku usaha.
Bagaimana perkembangan kredit usaha rakyat (KUR) yang disalurkan dari BMRI?
Kami secara konsisten terlibat dalam penyaluran program KUR bagi UMKM dengan nilai total portofolio per akhir Maret 2017 sebesar Rp38,3 triliun kepada lebih dari 826.000 nasabah. Khusus pada tiga bulan pertama tahun ini, KUR yang telah dikucurkan perseroan senilai Rp3,3 triliun atau 25,2% dari target Rp13 triliun sepanjang 2017.
Bagaimana perkembangan kredit secara keseluruhan hingga Mei 2017? Sektor apa yang mendominasi?
Kredit secara tahunan tumbuh hingga 13,1%, atau meningkat Rp76,7 triliun dibandingkan dengan Mei 2016, yaitu menjadi Rp660,9 triliun. Pertumbuhan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sepanjang 2016 yang sebesar 11,2%.
Pertumbuhan terbesar pada kredit segmen corporate, tapi segmen consumer dan mikro juga tumbuh cukup tinggi. Kredit segmen wholesale banking secara tahunannya tumbuh 13,1% menjadi Rp386,2 triliun.
Adapun kredit segmen retail tumbuh 13% menjadi Rp199,4 triliun, yang didorong oleh pertumbuhan kredit segmen consumer yang tumbuh 20,8% menjadi Rp79,8 triliun dan kredit segmen mikro yang tumbuh 16,4% menjadi Rp53,1 triliun.
Hingga akhir semester I, sudah berapa persen tingkat recovery nonperforming loan (NPL) BMRI?
Apa tantangan dalam pemulihan NPL? Bank Mandiri terus berupaya secara intensif melakukan perbaikan kualitas aset dengan melakukan berbagai langkah.
Pertama, kami melakukan percepatan restrukturisasi untuk debitur yang masih memiliki prospek usaha dan iktikad baik. Dalam hal ini, termasuk upaya untuk mencari investor yang dapat melanjutkan usaha debitur.
Kedua, penagihan yang lebih intensif hingga tindakan litigasi terhadap debitur yang tidak kooperatif atau mereka yang melakukan penyimpangan penggunaan kredit.
Ketiga, menetapkan dan memonitor pertumbuhan kredit atas dasar target portfolio mix yang telah ditetapkan, baik sektoral, industri, produk, maupun segmen debitur.
Keempat, membangun fungsi pengawasan kredit di seluruh wilayah untuk memastikan proses pemberian kredit telah sesuai dengan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Kelima, melakukan kontrol terhadap potensi penurunan kualitas kredit, baik debitur lancar (watchlist) maupun eks-restru [pengawasan pascarestru] untuk melakukan tindakan penyehatan secara tepat waktu.
Fixing the fundamental dengan melakukan penguatan proses kredit dan credit culture, penyempurnaan organisasi, menyusun roadmap dan strategi jaringan distribusi, dan program efisiensi dan produktivitas.
Penguatan infrastruktur a.l. stabilisasi dan peningkatan capability teknologi informasi, pengembangan talent, technical skill, dan kompetensi, serta penguatan perilaku spesifik terkait dengan culture.
Selain SNKI, pemerintah juga gencar melakukan pembangunan infrastruktur. Bagaimana BMRI melihat hal ini?
Melalui penguatan fungsi intermediasi ini, Bank Mandiri ingin mempertegas peranan sebagai agen pembangunan yang ingin berkontribusi maksimal dalam merealisasikan program-program strategis pemerintah. Tahun ini kami menargetkan penyaluran kredit korporasi tumbuh sekitar 10%--15%.
Sepertinya, penyaluran kredit korporasi diyakini bakal didominasi oleh pembiayaan ke sektor infrastruktur. Ini karena banyak proyek infrastruktur yang dikerjakan atau direalisasikan oleh pemerintah.
Hal ini tentu membuka peluang dengan tetap memperhatikan risikorisiko.
BMRI segera berekspansi ke Filipina. Sejauh mana persiapannya?
Saat ini Bank Mandiri dalam proses penjajakan, baik dari sisi market research maupun pembicaraan dengan calon mitra strategis. Mengingat proses pengembangan bisnis ke luar negeri berarti juga masuk ke pasar yang berbeda dengan Indonesia baik secara potensi, geografis dan budaya, maka perlu direncanakan secara matang.
Jika semua berjalan lancar, pada kuartal IV/2017 atau kuartal I/2018, Bank Mandiri sudah memiliki presence di Filipina.
Apakah ada lagi negara yang menjadi incaran Bank Mandiri dan segmen apa yang disasar di negara-negara tersebut?
Tentunya, Bank Mandiri terbuka untuk ekspansi ke negara-negara yang potensial. Yang penting adalah negara tersebut memenuhi kriteria investasi kami. Dalam melihat potensi sebuah negara, selain dari sisi makroekonomi dan keterbukaan regulasi, kami juga melihat segmen pasar.
Segmen pasar itu yang membuat Bank Mandiri dapat membawa keahlian yang dimiliki di Indonesia ke negara tersebut serta memiliki peluang memenangkan persaingan yang tinggi. Selain itu, harus ada calon mitra strategis yang dapat membantu Bank Mandiri berekspansi dengan memperhatikan local wisdom negara tersebut.
Dengan kata lain, Bank Mandiri tidak terpaku ke negara-negara maupun segmen-segmen tertentu, yang penting adalah bagi Bank Mandiri dapat berkontribusi positif kepada perekonomian negara setempat dan Indonesia pada umumnya.
Bank sentral Amerika Serikat baru saja menaikkan kembali suku bunga acuannya dan ada arah kenaikan suku bunga secara global ke depan. Apa strategi yang disiapkan BMRI terutama dalam pencarian dana?
Kenaikan suku bunga the Fed sudah diprediksi sebelumnya oleh pasar. Kenaikan suku bunga the Fed tidak serta merta meningkatkan biaya dana khususnya yang rupiah menjadi mahal, karena besaran dana mahal juga dipengaruhi oleh arah suku bunga acuan BI.
Kami memperkirakan BI akan mempertahankan 7-days reverse repo rate pada level 4.75% dengan tetap memperhatikan tingkat inflasi.
Dengan demikian, kami dapat tetap menjaga strategi funding untuk kebutuhan bank.
Selain itu, kami juga tetap melakukan wholesale funding untuk tenor yang lebih panjang guna memperkuat likuiditas dan mengoptimalkan transaction banking dalam rangka meningkatkan proporsi CASA.
Pewawancara: Tim Bisnis Indonesia

 JAKARTA — Pemerintah baru saja meluncurkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif untuk memperdalam penetrasi sektor keuangan. Lantas, bagaimana perbankan BUMN melakukan penyesuaian agar mampu berkontribusi besar dalam prioritas pemerintah ini? Bisnis mewawancarai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., Kartika Wirjoatmodjo. Berikut kutipannya. 

Direktur Utama Pt BANK Mandiri (Persero) Tbk., Kartika Wirjoatmodjo "Tegas Sebagai Agen Pembangunan"

Informasi Diunggah

Direktur Utama Pt BANK Mandiri (Persero) Tbk., Kartika Wirjoatmodjo &#34;Tegas Sebagai Agen Pembangunan&#34;

Informasi Diunggah

Direktur Utama Pt BANK Mandiri (Persero) Tbk., Kartika Wirjoatmodjo "Tegas Sebagai Agen Pembangunan"