BREN

JAKARTA &mdash; Kendati dibayangi penurunan daya beli, pabrikan makanan dan minuman olahan terlihat menggenjot investasi pada semester lalu.
Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S. Lukman menyatakan biasanya pertumbuhan investasi bergerak sesuai tren daya beli.
&ldquo;Semester pertama kemarin, justru investasi di sektor makanan minuman naik saat daya beli turun. Artinya, investor percaya prospeknya masih positif,&rdquo; ujarnya kepada Bisnis, Minggu (6/8).
Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi pada sektor makanan minuman mencapai Rp37,3 triliun pada semester pertama 2017. Nilai investasi tersebut naik 23,03% yoy dibandingkan dengan capaian semester pertama tahun lalu senilai Rp30,4 triliun.
Penanaman modal pada sektor makanan dan minuman pada paruh pertama tahun ini mencakup investasi asing senilai US$1,18 miliar. Realisasi investasi asing tersebut naik 17% dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu senilai US$988,63 juta.
Sektor industri makanan minuman menyedot investasi asing terbesar kelima pada semester pertama 2017 setelah sektor pertambangan (US$2,17 juta), logam dasar (US$1,96 juta), energi (US$1,69 juta), serta kimia &amp; farmasi (US$1,28 juta).
Sementara itu, investasi domestik pada semester pertama 2017 senilai Rp21,63 triliun.
Angka itu naik 30% dibandingkan dengan semester pertama 2016 senilai Rp16,63 triliun.
Industri makanan minuman tercatat sebagai sektor penyumbang investasi domestik terbesar pada paruh pertama 2017.
Adhi menyatakan kenaikan investasi itu didominasi oleh penambahan kapasitas terpasang pabrik makanan minuman. Sebab hanya beberapa pabrikan yang mengoperasikan pabrik baru pada tahun ini.
Realiasasi investasi yang terjadi pada paruh pertama tahun ini juga masih terpaku pada pengembangan kapasitas terpasang sektor hilir.
Sebab, belum ada produsen bahan baku yang melakukan ekspansi pada tahun ini. Padahal, rantai produksi pabrikan makanan minuman bergantung kepada bahan baku dari sektor hulu. Minimnya investasi pada sektor hulu membuat sektor hilir bergantung kepada bahan baku impor.
Pemerintah perlu lebih gencar menawarkan insentif fiskal yang menarik bagi investor yang menanamkan modal di sektor hulu karena risiko investasi pada sektor hulu lebih tinggi ketimbang sektor hilir. Sektor hulu makanan minuman merupakan bisnis yang padat modal. Alhasil, investor juga memperhitungkan suku bunga pinjaman perbankan sebagai dasar pertimbangan penanaman modal. (N. Nuriman Jayabuana)

 JAKARTA — Kendati dibayangi penurunan daya beli, pabrikan makanan dan minuman olahan terlihat menggenjot investasi pada semester lalu. 

Industri Mamin Investasi Tetap Tumbuh

Informasi Diunggah