BREN

Di tengah geliat laju pertumbuhan ekonomi yang belum cukup meyakinkan, angin segar berembus terkait dengan kondisi bursa tenaga kerja nasional.
Pada survei yang terangkum dalam Michael Page Job Applicant Confidence Index kuartal II/2017, konsultan perekrutan global itu menyebutkan tenaga kerja profesional Indonesia menempati peringkat teratas terhadap keyakinan akan prospek ekonomi di seluruh Asia Pasifik.
Dalam posisi tiga besar, 78% responden tenaga kerja Indonesia sangat optimistis terhadap prospek bursa tenaga kerja atau lapangan pekerjaan dalam 3-6 bulan ke depan, diikuti oleh Thailand (74%), dan India (73%).
Survei ini mengevaluasi respons dari 412 karyawan tingkat menengah hingga senior di Indonesia, di berbagai perusahaan dan industri.
Hasilnya, Michael Page menemukan adanya sentimen positif terhadap bursa kerja Indonesia dan situasi ekonomi ke depan.
Secara umum, Michael Page mengemukakan lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini secara dominan dipengaruhi oleh calon karyawan di bidang digital yang sebagian besar adalah tenaga kerja domestik.
Hal ini tercermin dengan adanya peningkatan permintaan tenaga kerja di Indonesia dan persaingan sengit untuk mempekerjakan manajer profesional, khususnya di sektor digital dan teknologi.
&ldquo;Tenaga kerja profesional di Indonesia memiliki hasrat yang kuat untuk terus meningkatkan berbagai keterampilannya pada masa mendatang. Pola pikir progresif ini sangat selaras dengan gelombang startup kewirausahaan, teknologi finansial (tekfin), dan bisnis e-commerce yang sedang dibangun secara lokal,&rdquo; kata Olly Riches, Presiden Direktur Michael Page Indonesia, mengutip keterangan resminya, Senin (7/8).
Mengingat permintaan perekrutan tenaga kerja profesional yang melebihi suplai di Indonesia, 75% pencari kerja mengatakan bahwa mereka yakin bisa mendapatkan pekerjaan kurang dari 3 bulan.
Selain itu, 59% responden juga optimistis terhadap peluang pekerjaan yang baik di bidang keahlian mereka. Pencari kerja Indonesia dewasa ini sebagian besar didorong oleh semangat untuk tetap sejalan dengan perekonomian Asia Tenggara yang berkembang pesat,&rdquo; tambahnya.
Selain mengejar kompensasi finansial yang lebih tinggi, sebagian besar pencari kerja lebih mempertimbangkan faktor lain, seperti keinginan untuk mengembangkan keterampilan dan meraih keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
&ldquo;Proyeksi ini menunjukkan tenaga kerja domestik yang dinamis dengan visi untuk mencari peluang pembelajaran pada masa mendatang,&rdquo; ungkapnya.
Pada kesempatan terpisah, Aulia Marinto, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA), mengungkapkan hasil survei Michael Page mengindikasikan kondisi yang positif terkait dengan bursa tenaga kerja profesional di Indonesia.
Menurutnya, hasil survei tersebut sangat masuk akal jika mengingat pertumbuhan ekonomi domestik yang terus membaik. Tak hanya itu, pertumbuhan industri digital, termasuk e-commerce, juga mencatatkan kinerja signifikan belakangan ini.
&ldquo;Secara umum, industri di nondigital juga mulai bergeser ke arah digitalisasi sehingga permintaan tenaga kerja di segmen itu semakin besar. Dengan semakin bergairahnya industri, maka perlahan ekosistem ini akan terbentuk dengan cepat,&rdquo; katanya.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa pasokan tenaga kerja di segmen ini masih terbatas, sedangkan permintaan tenaga kerja untuk mengisi posisi yang berhubungan kemampuan pengelolaan digital semakin tinggi.
Lumrah saja, industri digital memang baru berkembang pesat selama 5 tahun belakangan.
Pada saat bersamaan, permintaan tenaga kerja di sektor ini belum mampu dipenuhi oleh institusi pendidikan karena kurikulum terkait sektor ini masih terbatas.
&ldquo;Misalkan terkait digital marketing, digital operation, dan programmer, tiga spesifikasi ini sangat terbatas sehingga persaingan perusahaan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan di bidang ini sangat sengit,&rdquo; tuturnya.
TAK IMBANG
Ingar-bingar prospek tenaga kerja menengah ke atas yang menjadi rebutan perusahaan, tampaknya belum menjadi potret menyeluruh kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia per Februari 2017 didominasi oleh pendidikan SMP ke bawah sebanyak 60,39%, sedangkan penduduk yang berlatar belakang SMA hanya 27,35%, dan penduduk yang berlatar pendidikan perguruan tinggi mencapai 12,26%.
&ldquo;Tantangan pemerintah saat ini bukan mengatasi pengangguran [unemployment] tetapi under employment. Banyak penduduk yang bekerja di sektor yang memiliki nilai tambah yang minim sehingga upah yang didapat pun juga minim,&rdquo; tekan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong.
Apalagi, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia harus menghadapi ancaman otomatisasi sehingga sejumlah pekerjaan konvensional tergantikan dengan adanya robot atau aplikasi digital. Pertumbuhan investasi yang tinggi pun juga tidak menjamin tingginya penyerapan tenaga kerja.
Survei Kepercayaan Diri Tenaga Kerja Global Asia Pasifik
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Peringkat
</td>
<td>
Negara
</td>
<td>
Skor
</td>
</tr>
<tr>
<td>
1
</td>
<td>
Indonesia
</td>
<td>
78%
</td>
</tr>
<tr>
<td>
2
</td>
<td>
Thailand
</td>
<td>
74%
</td>
</tr>
<tr>
<td>
3
</td>
<td>
India
</td>
<td>
73%
</td>
</tr>
<tr>
<td>
4
</td>
<td>
Selandia Baru
</td>
<td>
72%
</td>
</tr>
<tr>
<td>
5
</td>
<td>
China
</td>
<td>
70%
</td>
</tr>
<tr>
<td>
&nbsp;
</td>
<td>
Rata-rata global
</td>
<td>
61%
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Sumber : Job Applicant Confidence Index, Michael Page, 2017
&nbsp;
Jumlah Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan* (juta orang)
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Universitas
</td>
<td>
0,69
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Akademi/Diploma
</td>
<td>
0,24
</td>
</tr>
<tr>
<td>
SLTA
</td>
<td>
1,34
</td>
</tr>
<tr>
<td>
SLTA Umum
</td>
<td>
1,54
</td>
</tr>
<tr>
<td>
SLTP
</td>
<td>
1,31
</td>
</tr>
<tr>
<td>
SD
</td>
<td>
1,21
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Tidak/Belum Tamat SD
</td>
<td>
0,55
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Tidak/Belum Pernah Sekolah
</td>
<td>
0,09
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
*Keterangan: per Februari 2017)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

 Di tengah geliat laju pertumbuhan ekonomi yang belum cukup meyakinkan, angin segar berembus terkait dengan kondisi bursa tenaga kerja nasional. 

Ketenagakerjaan Indonesia Paling Optimistis

Informasi Diunggah