Bisnis, JAKARTA — Nikel mengalami penurunan mingguan terbesar sejak 2017 dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China yang membebani permintaan.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan lalu nikel di bursa London Metal Exchange telah bergerak melemah 7,49%. Adapun, pada penutupan perdagangan Jumat (18/10), harga nikel terdepresiasi 0,05% menjadi US$16.217,5 per ton.
Padahal, sepanjang tahun berjalan 2019 nikel berhasil menjadi salah satu komoditas dengan penguatan yang cukup signifikan dengan bergerak 52,2%.
Analis Australia & New Zealand Banking Group Daniel Hynes mengatakan bahwa perlambatan kegiatan industri terutama di China menjadi faktor utama penggerak nikel. “Selain itu, meningkatnya kekhawatiran pasar tentang pertumbuhan ekonomi global meninggalkan sedikit harapan bullish nikel akibat tekanan pasokan,” ujar Daniel seperti dikuti...