BREN

KREDIT UMKM Pembiayaan dari Hal Terkecil
Ihda Fadila <a href="mailto:ihda.fadila@bisnis.com">ihda.fadila@bisnis.com</a>
Dengan cekatan, Mariani (25 tahun) menarik benang satu persatu ke dalam barisan yang telah disejajarkan secara rapi di alat tenun yang dipangkunya. Paduan benang berwarna abu-abu dan merah muda itu akan dibentuk kain bermotif gapura wajik dengan ukuran 60 cm x 200 cm.
Kain tenun yang sedang dibuatnya itu masih setengah jadi. Paling tidak, dia masih membutuhkan waktu sekitar 1 minggu lagi untuk membentuk selendang dari hasil tenunnya itu secara sempurna.
Dari lincahnya tangan Mariani memainkan benang, bisa dilihat bahwa dia bukanlah orang lama yang menggeluti pekerjaan ini. Dia berkisah, kegiatan tenunnya itu sudah dilakukan sekitar 5 tahun&mdash; 6 tahun belakangan, atau sejak Mariani menikah pada 2010 silam.
Kegiatannya ini dilakukan untuk membantu penghasilan keluarga kecil yang dimilikinya di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dia mengaku, satu kain selendang tenun dijual sekitar Rp75.000 per helai, sedangkan satu kain sarung tenun bisa dihargai hingga Rp700.000&mdash; Rp800.000, tergantung tingkat kesulitan dari motif yang dibuat.
Meski dihargai tidak murah dan sudah lama digeluti, penghasilan para penenun itu masih belum seberapa. Apalagi, kalau kain tenun yang dihasilkan dibeli dengan harga minim oleh para tengkulak.
Mia Ariyana, Direktur Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), mengatakan dari harga Rp75.000, tengkulak bisa membelinya hanya dengan harga Rp15.000&mdash;Rp25.000 per helai. &ldquo;Itu pun uangnya enggak dikasih, karena mereka sudah dipinjami uang sebelumnya,&rdquo; katanya.
PINJAMAN
Meminjam uang ke tengkulak memang menjadi pilihan para pengusaha kecil untuk menghidupkan bisnisnya. Selain karena tidak memiliki akses ke lembaga keuangan, usaha mereka pun dinilai belum mandiri dan bankable.
Oleh karena itu, Mia menyebut perlunya pelatihan dan pendampingan kepada para pengusaha kecil, termasuk penenun itu. Selain untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas, kegiatan ini juga bisa membuka akses pasar kepada para pengusaha kecil.
Dari perbankan sendiri, upaya meningkatkan kualitas usaha kecil pun turut dilakukan. Bagi bank, upaya ini penting untuk perkembangan bisnis mereka juga.
Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Taswin Zakaria mengatakan program pelatihan dibutuhkan untuk menumbuhkan kualitas usaha menjadi lebih mandiri. Di sisi lain, usaha tersebut pun bisa bankable sehingga berpotensi menjadi sasaran pembiayaan bagi perbankan.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Maybank Group melalui Maybank Foundation meluncurkan program pemberdayaan ekonomi di tingkat regional bagi komunitas perempuan pengrajin tenun bertajuk Maybank Women Eco Weaver, yang dipusatkan di empat area, yakni Lombok Timur dan Lombok Tengah di Nusa Tenggara Barat beserta Sawahlunto dan Tanah Datar di Sumatra Barat.
Dalam program ini, Maybank memberikan micro financing senilai maksimal Rp5 juta tiap orang untuk modal awal serta menyelenggarakan pelatihan secara berkala kepada 400 pengrajin tenun perempuan di tempat tersebut dalam kurun waktu tiga tahun. Adapun pelatihan yang diberikan terdiri dari pengetahuan teknik tenun, proses pewarnaan alami, pemasaran, promosi, dan literasi finansial.
&ldquo;Nah ini akan jadi lebih mudah bagi kami untuk sediakan program pinjaman, lebih mudah untuk dapatkan pengusaha-pengusaha kecil ini,&rdquo; kata Taswin.
Upaya tersebut diyakini Taswin dapat membantu perseroan dalam menyalurkan kredit ke segmen kecil dan menengah yang dimilikinya. Adapun tahun ini, Bank Maybank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit di segmen bisnis banking, termasuk di dalamnya kredit UKM, hingga 20%.
Sebenarnya program serupa telah dijalankan pula oleh bank lainnya. Kalau di bank BUMN, hal tersebut dilakukan melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
Rohan Hafas, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pernah menyebut, melalui program kemitraan, perseroan memberikan pinjaman kepada para pengusaha kecil yang belum bankable dengan plafon maksimal Rp15 juta.
&ldquo;Itu program kemitraan berupa pinjaman lebih rendah dari KUR [kredit usaha rakyat],&rdquo; katanya.
Selain melalui program kemitraan, Bank Mandiri juga memiliki program Wirausaha Muda Mandiri (WMM). Tak jauh berbeda dengan program corporate social responsibility (CSR) lainnya, melalui WMM, Bank Mandiri memberikan pelatihan dan bimbingan kepada para pengusaha muda atau pemula.
Melalui program ini, lanjut Rohan, diharapkan usaha yang dijalankan para pemula bisa bankable, dengan kriteria memiliki usaha yang berprospek baik dan berkelanjutan, menghasilkan laba, menjalankan pemasaran dan produksi dengan baik, serta upaya dalam mengatasi persaingan.
Bank Mandiri sendiri mengincar peserta WMM untuk menyalurkan pinjaman melalui KUR. Sebab, selama ini, jumlah peserta WMM terpilih yang telah mendapat akses pembiayaan melalui KUR belum signifikan.
Tidak hanya Maybank Indonesia dan Bank Mandiri, upaya-upaya ini pun kerap dilakukan bank lain. Bagi bank dan korporasi pada umumnya, kemajuan bisnis perlu terus diupayakan dari hal terkecil melalui lingkungan sekitarnya.

 
Dengan cekatan, Mariani (25 tahun) menarik benang satu persatu ke dalam barisan yang telah disejajarkan secara rapi di alat tenun yang dipangkunya. Paduan benang berwarna abu-abu dan merah muda itu akan dibentuk kain bermotif gapura wajik dengan ukuran 60 cm x 200 cm. 

Kredit Umkm Pembiayaan dari Hal Terkecil

Informasi Diunggah