BREN

JAKARTA &mdash; Masyarakat Perkeretaapian Indonesia menilai pengalihan pengangkutan barang dari truk ke kereta api lebih efektif ketimbang mengalihkannya ke kapal feri jarak jauh.
Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Hermanto Dwiatmoko mengatakan keuntungan yang akan didapat pemerintah dari pengalihan angkutan barang menggunakan truk ke kereta api pada rute Jakarta&ndash;Surabaya jauh lebih besar.
Menurutnya, pemerintah bisa mendapatkan keuntungan tidak langsung sekitar Rp3,5 triliun per tahun dengan berpindahnya 1 juta TEUs angkutan barang dari jalan raya ke rel.
Keuntungan tersebut didapat dari penghematan penggunaan BBM, berkurangnya kerusakan jalan, kemacetan, pencemaran lingkungan, dan berkurangnya kerugian akibat kecelakaan yang disebabkan oleh truk.
Hermanto yang juga mantan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub itu menuturkan KA barang lebih menguntungkan karena penggunaan BBM jauh lebih sedikit ketimbang feri jarak jauh.
Menurutnya, penggunaan BBM KA rute Jakarta&ndash;Surabaya sekitar 1.500 liter, sedangkan kapal feri berkapasitas 120 truk pada rute yang sama mencapai 70.000 liter.
&ldquo;Sebenarnya kalau dihitung kerusakan jalan masih lebih untung [menggunakan kapal feri], tapi kalau pakai kereta api lebih untung lagi,&rdquo; katanya di Jakarta, belum lama ini.
Dengan besarnya keuntungan KA barang, dia mengharapkan pemerintah memberikan insentif agar penggunaannya angkutan berbasis rel itu mengalami peningkatan.
Saat ini, KA jalur utara Pulau Jawa rute Jakarta&ndash;Surabaya memiliki kapasitas hingga 200 perjalanan per hari, sedangkan jumlah perjalanan yang ada baru sekitar 120 perjalanan kereta api atau sekitar 60% dari kapasitas.
Oleh karena itu, Hermanto menilai pemerintah perlu memberikan insentif bagi KA barang agar angkutan berbasis rel itu bisa memberikan keuntungan hingga Rp3,5 triliun per tahun kepada pemerintah.
Insentif tersebut bisa berupa pengurangan atau penghapusan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% yang selama ini dikenakan terhadap pengguna angkutan barang.
Bila pemerintah tidak bisa mengurangi atau menghilangkan PPN 10%, paparnya, pemerintah bisa menerapkan PPN 10% pada angkutan barang dengan truk.
Selain itu, dia menuturkan pemerintah juga perlu bersikap tegas terhadap truk pengangkut barang dengan muatan berlebih. Truk pengangkut barang berlebih membuat tarif mengangkut barang dengan truk menjadi murah.
Saat ini, dia menambahkan biaya pengakutan barang menggunakan KA lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan truk.
Selain karena PPN 10% dan truk yang bisa membawa muatan berlebih, imbuhnya, biaya menggunakan KA barang lebih mahal karena adanya penanganan ganda barang.
Tidak hanya itu, angkutan KA barang menjadi lebih mahal karena secara teknis suku cadang KA barang tidak bisa menggunakan suku cadang bekas.
Hal itu berbeda dengan truk yang menggunakan suku cadang bekas seperti ban bekas untuk menekan biaya produksi. (Yudi Supriyanto)

 JAKARTA — Masyarakat Perkeretaapian Indonesia menilai pengalihan pengangkutan barang dari truk ke kereta api lebih efektif ketimbang mengalihkannya ke kapal feri jarak jauh. 

Pengangkutan Barang Maska Usul Ka Dapat Insentif

Informasi Diunggah