BREN

JAKARTA &mdash; Memasuki paruh terakhir tahun ini, bank berlomba-lomba menerbitkan surat utang untuk memperkuat struktur pendanaan jangka panjang dalam rangka ekspansi usaha.
Ana Noviani, Surya Rianto &amp; Ropesta Sitorus redaksi@bisnis.com
Obligasi menjadi pilihan perbankan karena dana pihak ketiga yang dihimpun melalui simpanan nasabah memiliki tenor yang cukup pendek sehingga untuk membiayai pinjaman jangka panjang terjadi ketidakseimbangan atau mismatch.
Salah satunya PT Bank CIMB Niaga Tbk. yang mengumumkan rencana menghimpun dana dari obligasi berkelanjutan II tahap II senilai Rp1 triliun. Namun, perseroan punya fleksibilitas untuk menerima dana hingga Rp2 triliun apabila ada kelebihan permintaan.
Direktur Bank CIMB Niaga John Simon mengatakan, untuk approval dari penerbitan obligasi kali ini bisa sampai Rp2 triliun, tetapi perseroan menargetkan minimal mampu menyerap Rp1 triliun.
&ldquo;Kalau nanti permintaan banyak, kami akan lihat pricing kuponnya dulu berapa baru bisa menerima kelebihan permintaan hingga Rp2 triliun tersebut,&rdquo; ujarnya pada Rabu (12/7).
Dia mengutarakan, perseroan tidak ingin mendapatkan harga obligasi yang terlalu tinggi. Soalnya, dari komposisi dana pada dana pihak ketiga (DPK) perseroan mulai didominasi oleh dana murah atau current account saving account (CASA), sedangkan porsi deposito malah mencatatkan dana murah.
&ldquo;Komposisi DPK kami sudah cenderung murah saat ini, jadi kami tidak mau ambil terlalu banyak kalau pricing obligasi terlalu mahal. Untuk DPK, kami pun terus mengikis dana mahal dan tidak mau perang harga suku bunga simpanan karena fokus kami saat ini ke CASA,&rdquo; ujarnya.
Dia menyebutkan, keputusan memilih waktu penerbitan obligasi pada semester II/2017 karena memang untuk kebutuhan dana pada paruh kedua tahun ini.
Obligasi berkelanjutan II tahap II senilai Rp1 triliun itu terbagi menjadi tiga seri yakni, seri A bertenor 370 hari, seri B bertenor 3 tahun, dan seri C bertenor 5 tahun.
Dari setiap seri obligasi bank berkode emiten BNGA itu, untuk seri A memiliki rentang kupon yang berada di kisaran 6,75% sampai 7,25%.
Lalu, untuk seri B memiliki rentang kupon obligasi sekitar 7,4% sampai 8,15%, sedangkan seri C memiliki rentang kupon sekitar 7,7% sampai 8,45%.
Selain itu, PT Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap) menerbitkan obligasi senilai Rp2 triliun untuk kebutuhan pendanaan ekspansi kredit.
Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso mengatakan, obligasi yang dicatatkan pada Rabu (12/7) di Bursa Efek Indonesia terdiri dari obligasi seri A dengan tenor 3 tahun senilai Rp1,5 triliun dan obligasi seri B dengan tenor 5 tahun senilai Rp500 miliar.
Surat utang Bank Mantap seri A membayar kupon tetap sebesar 8,5% per tahun dan seri B 8,75%.
&ldquo;Pertumbuhan kredit cukup ekspansif, makanya kami membutuhkan sumber dana lewat obligasi di pasar modal,&rdquo; kata Josephus di Gedung BEI, Rabu (12/7).
Hingga kuartal II/2017, Bank Mantap membukukan kredit sebesar Rp7,54 triliun atau tumbuh 174,4% dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,74 triliun.
Sebagai perusahaan anak dari Bank Mandiri, Taspen, dan PT Pos, lanjutnya, Bank Mantap telah menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp5,6 triliun atau tumbuh 211,5% dibandingkan dengan periode sebelumnya.
&ldquo;Perseroan terus tingkatkan penyaluran kredit ke seluruh bisnis dengan pertumbuhan tertinggi pada segmen pensiunan yang mencapai Rp5,22 triliun pada akhir Juni 2017,&rdquo; imbuhnya.
OVERSUBSCRIBE
Sementara itu, Direktur Treasury dan International PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk . Panji Irawan menyatakan penerbitan obligasi BNI yang ditutup pada Rabu (12/7) tercatat oversubscribe dari target.
&ldquo;Penerbitan bond telah closing hari ini yakni Rp3 triliun dengan tingkat bunga 8% dan tenor 3 tahun kali ini oversubscibe 1,7 kali yang melamar sampai hampir Rp5 triliun,&rdquo; katanya saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/7).
Penerbitan obligasi BNI kali ini adalah bagian dari penawaran umum berkelanjutan senilai Rp10 triliun.
Adapun, sisanya akan dirilis pada semester II tahun ini.
&ldquo;Di akhir tahun kami rencananya akan eksekusi sisanya yakni Rp7 triliun tergantung demand kredit,&rdquo; ujarnya.
Adapun, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga merilis obligasi berkelanjutan III tahap I Tahun 2017 dengan meraup dana sekitar Rp5 triliun, sesuai dengan target yang dicanangkan saat penawaran awal.
Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap I Tahun 2017 yang diterbitkan dalam 4 seri tersebut akan dicatatkan di Bursa pada tanggal 14 Juli.
Untuk besaran kupon Seri A bertenor 3 tahun memiliki tingkat bunga tetap sebesar 8,3%, Seri B yang bertenor 5 tahun, tingkat bunganya sebesar 8,5 % dan Seri C yang bertenor 7 tahun memiliki tingkat bunga tetap sebesar 8,7%. Kemudian Seri D yang bertenor 10 tahun memiliki tingkat bunga tetap sebesar 8,90%.
Dari empat seri tersebut, seri A dan seri D mencatatkan penyerapan tertinggi, masing-masing Rp1,466 triliun dan Rp1,386 triliun, sedangkan seri B sebesar Rp1,295 triliun dan seri C sebesar Rp853 miliar.
Adapun bunga obligasi akan dibayarkan setiap triwulan sesuai dengan tanggal pembayaran masingmasing bunga obligasi. Pembayaran bunga obligasi pertama akan dibayarkan pada 13 Oktober 2017.
&ldquo;Obligasi tersebut mendapat sambutan baik, terutama dari Dana Pensiun yang mencatatkan pembelian terbanyak,&rdquo; kata Dirut BTN Maryono.

 JAKARTA — Memasuki paruh terakhir tahun ini, bank berlomba-lomba menerbitkan surat utang untuk memperkuat struktur pendanaan jangka panjang dalam rangka ekspansi usaha. 

Penggalangan Dana Ramai-Ramai Rilis Obligasi

Informasi Diunggah