BREN

JAKARTA &mdash; Bank Sental Eropa (ECB) diprediksi mulai memberikan indikasi awal pengurangan stimulus moneter berupa pembelian obligasi pada tahun ini, sebelum akhirnya mengeksekusi pada tahun depan.
Dalam survei yang dilakukan Bloomberg kepada sejumlah ekonom, pertemuan Dewan Gubernur ECB pada 19-20 Juli diperkirakan menjadi awal bagi para pejabat bank sentral untuk mendiskusikan ruang yang dimiliki guna mengurangi stimulus yang telah diberikan selama empat tahun.
Pertemuan tersebut juga akan menjadi kunci apakah stimulus telah siap dilepas tahun depan.
Selanjutnya, dalam pertemuan Dewan Gubernur pada September, ECB diprediksi akan mulai menghapus bias pelonggaran moneternya dan memperpanjang program pembelian stimulus setidaknya pada akhir 2018.
Namun mulai awal tahun depan, ECB akan mulai mengurangi secara bertahap jumlah pemberian stimulus tersebut.
Proses tersebut nantinya akan diakhiri dengan menaikkan suku bunga deposito ECB yang saat ini ditetapkan pada level -0,4%.
Tingkat infl asi Eropa yang masih di bawah target 2% menjadi alasan bagi ECB untuk melakukan penarikan kebijakan pelonggaran moneter secara bertahap, di tengah mulai pulihnya pertumbuhan ekonomi kawasan ini.
Seperti diketahui, infl asi Zona Euro pada Juni hanya mencapai 1,3%. Adapun pada akhir 2019, infl asi diprediksi tidak akan melampaui level 1,6%.
&ldquo;ECB mencoba untuk menarik keluar pelonggaran moneternya secara perlahan dan bertahap agar tak mengguncang pasar. Pertemuan Dewan Gubernur ECB pada bulan ini akan menjadi momentum untuk mereka mengirimkan sinyal itu,&rdquo; kata Nick Kounis, Ekonom ABN Amro, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (17/7).
Indikasi itupun diperkuat oleh sejumlah pidato Gubernur ECB Mario Draghi beberapa pekan lalu.
Dia menyebutkan proses penyesuaian kebijakan moneter berpotensi tetap dilakukan dengan tanpa mengganggu pemulihan ekonomi yang sedang terjadi di Benua Biru.
Adapun, terkait kebijakan suku bunga, ECB mulai menunjukkan indikasi mereka tidak akan kembali memangkasnya.
Hal itu tercermin dari hasil pertemuan Dewan Gubernur ECB bulan lalu, yang menyebutkan risiko pada pertumbuhan ekonomi saat ini cenderung seimbang, tidak lagi miring ke sisi negatif.
Sebelumnya, sejumlah pengamat menyebutkan kuatnya laju pertumbuhan ekonomi Zona Euro saat ini akan membebani Bank Sentral Eropa (ECB). Pasalnya, pemulihan itu tak diimbangi oleh meningkatnya laju infl asi nasional.
Draghi bahkan mengaku belum terlalu yakin dengan laju infl asi terbaru kawasan tersebut.
Dia memandang laju infl asi berpeluang kembali melambat pada pertengahan tahun ini di tengah masih lemahnya pertumbuhan upah pekerja Zona Euro.
Adapun pertumbuhan ekonomi kuartal I/2017, Zona Euro berhasil tumbuh pada laju tercepat selama empat kuartal terakhir.
Badan Statistik Uni Eropa Eurostat menyebutkan, Zona Euro yang terdiri dari 19 negara Eropa berhasil tumbuh 0,7% dari kuartal sebelumnya (qtq). Adapun, secara year on year (yoy) produk domestik bruto (PDB) kawasan tersebut tumbuh 1,9%.
Realisasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi awal Eurostat yakni PDB Januari-Maret 2017 tumbuh 0,5% dari kuartal sebelumnya dan naik 1,7% secara yoy.
Eurostat menambahkan, konsumsi rumah tangga menyumbang 0,2% terhadap PDB. (Yustinus Andri)

 JAKARTA — Bank Sental Eropa (ECB) diprediksi mulai memberikan indikasi awal pengurangan stimulus moneter berupa pembelian obligasi pada tahun ini, sebelum akhirnya mengeksekusi pada tahun depan. 

Pengurangan Stimulus Moneter Pertemuan Ecb Juli Jadi Kunci

Informasi Diunggah