BREN

Menjadi sosok berintegritas diperlukan upaya yang berkelanjutan.
FATCHIAH KERTAMUDA 
DOSEN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PARAMADINA
Fenomena yang terjadi beberapa waktu lalu tentang Pilkada di beberapa daerah, terutama di DKI Jakarta usai sudah. Penentuan pemimpin sudah nampak meskipun secara resmi dan formal belum diresmikan.
Apa langkah selanjutnya? Apa yang akan dilakukan oleh pemimpin terpilih? Siapkah menjalankan segala program yang dijanjikan saat kampanye? Semua pertanyaan tersebut menjadi tantangan bagi siapapun pemimpin terpilih.
Bahkan, hal-hal kecil yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut akan terus menjadi sorotan di mata publik.
Untuk itu, para pemimpin harus selalu mawas diri antara apa yang diucapkan dan perilaku yang terlihat. Itulah salah satu ciri dari integritas, yaitu satunya kata dan perbuatan. Hal itu terlihat mudah diucapkan, tetapi dalam pelaksanaannya banyak tantangan dan dinamika yang akan dihadapi dan dijalani untuk mewujudkan.
Perwujudan integritas salah satunya akan terlihat dari perilaku. Perilaku adalah sesuatu yang dapat kita lakukan dan dapat terlihat. Namun, untuk melakukan awalnya dilalui dengan proses mental yang tidak mudah. Hal itu merupakan proses maka untuk dapat menjadi sosok yang berintegritas seseorang akan melalui tahapan yang panjang. Perilaku dan proses mental terjadi dan terbentuk dari sejak awal perkembangan diri manusia.
Dalam ilmu psikologi, personal integrity diawali dari perkembangam masa kanak-kanak, masa remaja, hingga masa dewasa.
Menurut Wade &amp; Travis, setiap masa perkembangan manusia akan dipengaruhi oleh empat perspektif yang dapat membentuk perilaku dan proses mental seseorang, yaitu: perspektif biologis, perspektif kognitif, perspektif pembelajaran, dan perspektif sosiokultural.
PERSPEKTIF BIOLOGIS 
Perspektif ini mempelajari bagaimana cara seseorang berinteraksi dengan peristiwa di lingkungan eksternal sehingga menghasilkan persepsi, ingatan, dan perilaku. Cara seorang pemimpin yang mengekpresikan marah tentunya berbeda-beda, tetapi tanpa disadari tetap terjadi reaksi di dalam tubuhnya.
Peristiwa yang membuat perubahan di dalam tubuh akan mempengaruhi tindakan, perasaan, dan pemikiran seseorang.
PERSPEKTIF KOGNITIF
Perspektif ini berperan dalam memperlihatkan bagaimana pikiran dan penjelasan yang dikemukakan memengaruhi berbagai tindakan, perasaan, dan pilihan mereka. Perspektif ini menekankan sejumlah proses mental, seperti persepsi, ingatan, dan pemecahan masalah yang tidak dapat terlihat atau tidak dapat diamati oleh lingkungannya.
Terkadang apa yang dipikirkan tidak sama dengan apa yang nampak dari perilakunya. Inilah yang tidak mudah untuk menjadi sosok yang berintegritas, dimana terkadang dapat menimbulkan ketidakkonsistenan antara apa yang dipikirkan dan apa yang dilakukan.
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN
Perspektif ini sangat dipengaruhi oleh pendekatan behaviorism yang menekankan pada perilaku yang teramati dan peran lingkungan serta pengalaman terdahulu sebagai penentu perilaku.
Perubahan perilaku dipengaruhi oleh pembelajaran dari pengalaman dan lingkungan.
Seseorang yang pernah memperoleh penghargaan karena perilaku yang baik yang dilakukannya sehingga dia berupaya untuk mengulangi perilaku tersebut. Sebaliknya, seseorang menerima hukuman akibat melakukan sesuatu yang salah maka seyogyanya perilaku itu tidak akan diulangi. Hal tersebut dapat mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu.
Setiap orang tentu ingin memperbaiki perilaku mereka sendiri dan juga perilaku orang lain agar menjadi lebih baik. Para penegak hukum memenjarakan para pelaku kejahatan, korupsi, kekerasan, dan perilaku yang menyimpang dari aturan yang dibuat. Di lain pihak, kita juga memberikan anugerah pada seseorang yang memiliki prestasi, memberi bonus pada para karyawan, memberi penghargaan-penghargaan pada kinerja yang baik.
Apakah semua hal tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang kita harapkan? Tentunya jawaban dapat ya dan tidak. Peran lingkungan dan pengalaman sangat mempengaruhi pada perspektif ini.
Begitu pun dengan integritas, perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang untuk menjalankan kesesuaian apa yang dipikirkan dengan apa yang diucapkan sangat dipengaruhi oleh faktor penghargaan dan hukuman yang diterima dari lingkungannya. Lingkungan telah membentuk seseorang sejak dari awal kehidupannya.
PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL
Perspektif ini menekankan pada kekuatan sosial dan kultural yang juga membentuk setiap aspek perilaku seseorang. Setiap orang tanpa disadari telah terbentuk karena adanya pengaruh dari orang lain, konteks sosial, dan peraturan budaya yang setiap hari dihadapinya. Namun, terkadang kita tidak menyadari bahwa interaksi dan berkomunikasi dengan orang lain dapat memberikan pengaruh pada setiap perilaku kita.
Seperti di jalan, saat kita melihat orang lain melanggar lampu merah, maka terkadang tanpa disadari akan terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Di tempat kerja, jika kita merasa bahwa lingkungannya sangat kuat menerapkan integritas dalam setiap perilaku mulai dari pimpinan hingga seluruh karyawan di semua lini, maka perilaku tersebut akan menjadi satu budaya yang terinternalisasi dalam diri setiap orang.
Keempat perspektif tersebut sangat berperan dalam mempengaruhi integritas seseorang. Jika seseorang memiliki keteguhan dalam bersikap, memiliki integritas dalam setiap langkah kehidupannya, menjadi sosok yang kuat menghadapi godaan yang menggiurkan, menghadapi tantangan yang tidak mudah, serta tetap komitmen dan jujur, maka dia sudah melalui satu tahapan saja dari kehidupannya. Menjadi sosok berintegritas diperlukan upaya yang berkelanjutan.

 
DOSEN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PARAMADINA 

Perilaku & Proses Mental Integritas

Informasi Diunggah

Perilaku &amp; Proses Mental Integritas

Informasi Diunggah

Perilaku & Proses Mental Integritas