BREN

JAKARTA &mdash; Pergerakan belanja iklan di televisi pada paruh kedua 2017 diperki rakan tidak banyak berubah dari realisasi semester I/2017 karena tidak ada momen tum besar yang dapat dimanfaatkan oleh industri.
Annisa Margrit annisa.margrit@bisnis.com
CEO Adstensity Atmojo Sapto Anggoro mengatakan biasanya industri menggunakan momentum tertentu untuk menggenjot pengeluaran belanja iklannya di televisi. Namun, tahun ini tidak banyak momentum yang dapat dimanfaatkan.
&ldquo;Kalau kondisi ekonomi sekarang dianggap sedang-sedang saja, ya akan flat saja nanti.Tidak banyak berubah dari sekarang. Dugaan saya masih akan naik [pada semester II/2017], tapi tidak besar,&rdquo; ujar dia kepada Bisnis, Kamis (20/7).
Adstensity, produk monitoring iklan televisi milik PT Sigi Kaca Pariwara, mencatat selama semester I/2017 belanja iklan di televisi hanya naik 1,5% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp49,95 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sekitar Rp49,22 triliun.
Meski masih positif, tapi tingkat pertumbuhannya jauh di bawah semester I/2016 yang mengalami lonjakan hingga 49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp39 triliun.
Sapto menerangkan peningkatan yang signifikan itu terjadi karena beberapa acara internasional, di antaranya Piala Eropa dan Olimpiade.
Sementara itu, tahun ini tidak ada acara serupa yang bisa digunakan oleh industri.
Faktor pendukung terbesar atas pertumbuhan belanja iklan televisi pada awal tahun ini adalah pilkada yang digelar serentak di berbagai daerah selama Februari, plus April untuk DKI Jakarta.
Ramadan juga menunjukkan pertumbuhan belanja iklan meski angkanya lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Jika pada 2016 nilainya menyentuh Rp9,9 triliun, tahun ini sedikit di bawah itu yakni Rp9,76 triliun.
Dia menerangkan biasanya pergerakan belanja iklan kembali melambung pada akhir tahun karena momen Natal, Tahun Baru, dan masa liburan. Tetapi, jika tidak ada momentum positif lainnya maka diperkirakan tidak ada perubahan berarti dari paruh pertama 2017. Oleh karena itu, industri dan perusahaan periklanan mesti lihai melihat celah yang dapat dimanfaatkan.
PENGIKLAN
Jenis industri yang paling besar belanja iklannya pun diproyeksi tidak mengalami perubahan.
Produk food and beverage (F&amp;B) dan healthcare diyakini masih mendominasi ke depannya. Apalagi, produk rokok tidak memiliki keleluasaan seperti produk-produk tersebut dalam beriklan.
Perusahaan yang terkait dengan wisata pun, misalnya aplikasi pemesanan hotel dan pesawat, diperkirakan bakal terus meningkatkan belanja iklannya tahun ini.
Data Adstensity menunjukkan selama Januari-Juni 2017, brand dari industri personal care menguasai porsi terbesar.
Secara industri, angka belanja iklan tertinggi dicatatkan oleh industri minuman. Posisi selanjutnya diisi oleh produkperawatan tubuh, makanan olahan, farmasi, dan perlengkapan rumah tangga.
Ketika dihubungi terpisah, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Harris Thajeb menilai hanya kategori produk tertentu yang masih bisa meningkatkan belanja iklannya.
Hal ini sedikit banyak terkait dengan daya beli masyarakat yang saat ini sedang melesu.
&ldquo;F&amp;B salah satunya, penjualannya masih meningkat,&rdquo; ucap dia.
Pergerakan Belanja Iklan 13 Stasiun Televisi Nasional Semester I/2017 (Rp miliar)
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Jan
</td>
<td>
6,650
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Feb
</td>
<td>
7,372
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Mar
</td>
<td>
8,757
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Apr
</td>
<td>
8,532
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Mei
</td>
<td>
9,658
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Jun
</td>
<td>
8,987
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
&nbsp;
Industri dengan Pengeluaran Terbesar untuk Belanja Iklan Semester I/2017 (Rp miliar)
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Ranking
</td>
<td>
Industri
</td>
<td>
Nilai
</td>
</tr>
<tr>
<td>
1
</td>
<td>
Minuman
</td>
<td>
11,286
</td>
</tr>
<tr>
<td>
2
</td>
<td>
Personal care
</td>
<td>
9,409
</td>
</tr>
<tr>
<td>
3
</td>
<td>
Refined food (makanan olahan)
</td>
<td>
6,037
</td>
</tr>
<tr>
<td>
4
</td>
<td>
Farmasi
</td>
<td>
3,422
</td>
</tr>
<tr>
<td>
5
</td>
<td>
Household (peralatan rumah tangga)
</td>
<td>
2,779
</td>
</tr>
<tr>
<td>
6
</td>
<td>
Rokok
</td>
<td>
2,078
</td>
</tr>
<tr>
<td>
7
</td>
<td>
Komputer dan gawai
</td>
<td>
1,852
</td>
</tr>
<tr>
<td>
8
</td>
<td>
Unrefined food (makanan bukan olahan)
</td>
<td>
1,562
</td>
</tr>
<tr>
<td>
9
</td>
<td>
Ritel
</td>
<td>
1,537
</td>
</tr>
<tr>
<td>
10
</td>
<td>
Telekomunikasi
</td>
<td>
1,294
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Sumber: Adstensity&nbsp;&nbsp; BISNIS/TUTUN PURNAMA

 JAKARTA — Pergerakan belanja iklan di televisi pada paruh kedua 2017 diperki rakan tidak banyak berubah dari realisasi semester I/2017 karena tidak ada momen tum besar yang dapat dimanfaatkan oleh industri. 

Prediksi Kinerja Semester Ii Belanja Iklan Televisi Stagnan

Informasi Diunggah