BREN

JAKARTA &mdash; Meski industri ritel Tanah Air mengalami perlambatan pertumbuhan pada awal 2017, tapi Indonesia tetap berada dalam daftar 10 besar negara paling atraktif dalam sektor ritel.
Annisa Margrit annisa.margrit@bisnis.com
Dalam Global Retail Development Index (GRDI) 2017 yang dikeluarkan lembaga konsultan A.T. Kearney, Indonesia bertengger di ranking 8 dari 30 negara berkembang di seluruh dunia. Posisi ini memang lebih rendah dari tahun lalu yang berada di peringkat 5.
Posisi pertama daftar tersebut diisi oleh India, kemudian berturut-turut China, Malaysia, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA). Selain Indonesia dan Malaysia, kawasan Asia Tenggara juga diwakili oleh Vietnam yang berada di peringkat 6.
Partner and Head Southeast Asia A.T. Kearney Soon Ghee Chua mengatakan Indonesia sudah lama menjadi target peritel asing. Revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang dilakukan pemerintah pada awal 2016 membuka pintu lebih lebar bagi investor dan peritel asing untuk masuk, baik untuk department store maupun e-commerce. Beberapa di antaranya adalah LC Waikiki dari Turki, Central dari Thailand, Lotte dari Korea Selatan, dan Aeon dari Jepang.
Terbatasnya dukungan infrastruktur, yang sempat menjadi kelemahan Indonesia, sekarang diatasi dengan gencarnya pembangunan di berbagai daerah.
&ldquo;Keberlanjutan atas komitmen pembangunan infrastruktur, ditambah dengan faktor lain seperti besarnya populasi, pertumbuhan kelas menengah yang terus terjadi, dan meningkatnya penetrasi Internet serta smartphone membuat industri ritel siap untuk terus bertumbuh ke depannya,&rdquo; papar dia dalam pernyataan resmi yang diterima Bisnis, Senin (5/6).
Untuk bisnis e-commerce, akuisisi Alibaba atas Lazada dengan nilai US$1 miliar dan langkah eBay membuka kantor di Tanah Air setelah bermitra dengan Telkom, menjadi beberapa contoh menariknya Indonesia.
Namun, investor asing juga diminta untuk mewaspadai sejumlah faktor seperti inflasi serta defisit neraca dagang dan neraca berjalan yang dapat berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Kondisi ini bisa memberikan dampak negatif terhadap daya beli masyarakat.
Secara keseluruhan, industri ritel global tengah mengalami tantangan besar dari e-commerce dan sedang mencari cara mengembangkan strategi omnichannel untuk tetap bertumbuh. Tidak sedikit peritel global yang menghentikan sementara ekspansinya tahun ini dan bahkan menutup gerai di beberapa negara.
PROSPEK RITEL
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan ritel merupakan salah satu sektor dengan prospek yang paling menarik di Indonesia.
&ldquo;Sektor ritel di Indonesia masih menjanjikan dan prospektif sebagai industri hilir dibandingkan dengan industri lainnya,&rdquo; ujar dia lewat pesan singkat kepada Bisnis.
Apalagi, sektor ritel juga terbukti menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional karena mampu mendorong tingkat konsumsi masyarakat.
Roy mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 56,94% pada kuartal I/2017. Dalam periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,01%.
Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta menuturkan negara Asean yang mengalami penurunan performa ritel bukan hanya Indonesia. Singapura pun menunjukkan stagnasi.
&ldquo;Tetapi, Indonesia memiliki keunggulan dan momentum yang bisa dimanfaatkan. Kita punya populasi dan sumber daya alam yang besar,&rdquo; sebut dia.
Selain itu, masyarakat Indonesia tidak terkotak-kotak untuk pilihan jenis barang tertentu. Berbeda dengan masyarakat di belahan dunia lain, misalnya Timur Tengah, yang hanya bisa berbelanja pakaian dengan model tertentu.
Berdasarkan catatan Aprindo, kinerja ritel nasional pada 3 bulan pertama 2017 tidak sesuai harapan.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan ritel pada kuartal pertama selalu mencapai kisaran 11%, maka tahun ini hanya menyentuh 3,9%. Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh melemahnya tingkat konsumsi masyarakat, sebagai dampak kegaduhan situasi politik di dalam negeri.
10 Besar Ranking Global Indeks Pertumbuhan Ritel 2017
<table>
<tbody>
<tr>
<td>
Negara
</td>
<td>
Peringkat 2017
</td>
<td>
Peringkat 2016
</td>
<td>
Penjualan ritel nasional (US$ miliar)
</td>
</tr>
<tr>
<td>
India
</td>
<td>
1
</td>
<td>
2
</td>
<td>&nbsp;</td>
</tr>
<tr>
<td>
China
</td>
<td>
2
</td>
<td>
1
</td>
<td>&nbsp;</td>
</tr>
<tr>
<td>
Malaysia
</td>
<td>
3
</td>
<td>
3
</td>
<td>
92
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Turki
</td>
<td>
4
</td>
<td>
6
</td>
<td>
241
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Uni Emirat Arab (UEA)
</td>
<td>
5
</td>
<td>
7
</td>
<td>
73
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Vietnam
</td>
<td>
6
</td>
<td>
11
</td>
<td>
90
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Maroko
</td>
<td>
7
</td>
<td>
14
</td>
<td>
40
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Indonesia
</td>
<td>
8
</td>
<td>
5
</td>
<td>
350
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Peru
</td>
<td>
9
</td>
<td>
9
</td>
<td>
61
</td>
</tr>
<tr>
<td>
Kolombia
</td>
<td>
10
</td>
<td>
15
</td>
<td>
90
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Sumber: Global Retail Development Index (GRDI) 2017, A.T. Kearney
BISNIS/HUSIN PARAPAT

 JAKARTA — Meski industri ritel Tanah Air mengalami perlambatan pertumbuhan pada awal 2017, tapi Indonesia tetap berada dalam daftar 10 besar negara paling atraktif dalam sektor ritel. 

Ritel di Negara Berkembang Indonesia Masuk 10 Besar

Informasi Diunggah