Djarum menjadi kata yang paling banyak saya temui sepekan terakhir. Bukan karena persoalan penerapan simplifikasi cukai yang masih menuai pro kontra. Justru kata itu terkait langsung dengan pembinaan olahraga.
Warganet ramai memperbincangkan rencana Djarum yang tidak lagi melakukan audisi beasiswa bulutangkis mulai 2020, karena dituduh melakukan eksploitasi anak oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Tak hanya mengundang kemarahan banyak warganet.
Persoalan itu juga membuat penyelenggara negara turun tangan. Kementerian Pemuda dan Olahraga pun sampai mengirimkan surat dengan menjelaskan perbedaan logo Djarum sebagai produk tembakau, Djarum Foundation, dan Djarum Beasiswa Bulutangkis.
Perusahaan rokok sebenarnya cukup akrab dengan dunia olahraga nasional. Saya masih ingat jersey klub sepak bola Indonesia pertama yang dulu dibelikan orangtua, bertuliskan DU...