Menjelang pemilihan presiden, ramai kembali komentar mengenai impor dan nasionalisme tinggi terhadap produksi dalam negeri.
Mulai dari beras impor, kedelai impor, garam impor hingga berbagai impor komoditas lainnya. Saya tidak terlalu memahami apakah impor karena belum ada produksinya di Indonesia, sudah diproduksi tapi pasoknya tidak mencukupi atau ada alasan lain.
Sederhanakan saja masalahnya. Sebagai negara agraris yang kaya dengan sumber daya alam, negeri ini seharusnya mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Salah satu andalan ekonomi seharusnya adalah pertanian. Ironisnya, kerap disebutkan bahwa pertanian di negeri hanya tinggal mitos.
Anggapan ini tidak seluruhnya benar.
Indonesia tetap dapat mengandalkan pertaniannya secara mandiri. Namun perlu kerja keras yang cerdas untuk mewujudkan pertanian yang tangguh dan modern.
Kuncinya, komitmen tinggi...