Apa yang Dimaksud dengan Inklusi?

Inklusi merupakan istilah yang cukup sering didengar belakangan ini. Inklusi juga menjadi salah satu subtema yang akan diangkat dalam debat kelima Pilpres 2024 pada 4 Februari mendatang. Namun, apa arti dari inklusi? Berikut penjelasannya.

Theresia Gracia Simbolon

3 Feb 2024 - 10.00

Data

Inklusi merupakan istilah yang cukup sering didengar belakangan ini. Inklusi juga menjadi salah satu subtema yang akan diangkat dalam debat kelima Pilpres 2024 pada 4 Februari mendatang.

Inklusi merupakan subjek yang luas. Hal ini pun membuat pengertian atau pemahaman orang terhadap arti kata tersebut juga cukup luas. Berikut sejumlah pengertian inklusi yang dihimpun oleh DataIndonesia.id dari berbagai sumber. 

Menurut UNESCO, inklusi merupakan suatu proses yang membantu mengatasi hambatan yang membatasi kehadiran, partisipasi dan prestasi peserta didik.

Sementara itu, mengutip dari laman researchguide, inklusi mengacu pada bagaimana keberagaman dimanfaatkan untuk menciptakan organisasi atau komunitas yang adil, setara, sehat, dan berkinerja tinggi di mana semua individu dihormati, merasa terlibat dan termotivasi, dan kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi dan masyarakat dihargai.

Secara sederhana, inklusi adalah proses tentang memastikan bahwa setiap orang merasa dihargai dan dihormati sebagai individu dengan tidak mempermasalahkan latar belakangnya.

Tentunya hal ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, dalam kehidupan bermasyarakat dikenal pula inklusi sosial. 

Mengutip laman World Bank, inklusi sosial (social inclusion) adalah proses peningkatan peran individu dalam masyarakat.

Lebih lanjut, inklusi sosial adalah peningkatan persyaratan di mana individu bisa mengambil bagian dalam masyarakat, termasuk peningkatan kemampuan, kesempatan, juga martabat mereka. 

Di setiap negara, beberapa kelompok menghadapi hambatan yang menghalangi mereka untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial.

Kelompok-kelompok ini mungkin dikucilkan tidak hanya karena sistem hukum, lahan, dan pasar tenaga kerja, namun juga karena sikap, keyakinan, atau persepsi yang bersifat diskriminatif atau menstigmatisasi.

Selain itu, kelompok-kelompok tersebut seringkali dikucilkan lantaran gender, usia, lokasi, pekerjaan, ras, etnis, agama, status kewarganegaraan, disabilitas, dan orientasi seksual dan identitas gender (SOGI), dan beberapa faktor lainnya.

Pengucilan sosial semacam ini merampas martabat, keamanan, dan kesempatan seseorang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan mereka akan mengalami kesulitan ada sejumlah hal seperti kesulitan mengakses layanan kesehatan, kesulitan memperoleh pendidikan yang layak, kesulitan dalam akses informasi, dan lain sebagainya.

Jika tidak ditangani, pengucilan kelompok yang kurang beruntung dapat menimbulkan kerugian. Pada tingkat individu, dampak yang paling sering diukur mencakup hilangnya upah, pendapatan seumur hidup, buruknya pendidikan, dan hasil pekerjaan. Rasisme dan diskriminasi juga berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.

Di tingkat nasional, dampak ekonomi dari eksklusi sosial dapat dilihat dari hilangnya produk domestik bruto (PDB) dan kekayaan sumber daya manusia.

(Baca: Daftar Nama Moderator dan 12 Panelis Debat Kelima Pilpres 2024)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags