Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan defisit sebesar Rp169,5 triliun pada Oktober 2022. Defisit APBN ini merupakan yang pertama kali terjadi setelah berturut-turut mencatatkan surplus selama sembilan bulan beruntun.
Walau begitu, defisit APBN per Oktober 2022 lebih rendah 69,1% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar Rp548,7 triliun. Nilai defisit itu pun setara dengan 0,91% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Defisit APBN disebabkan realisasi pendapatan negara lebih rendah dibandingkan belanjanya. Secara rinci, realisasi pendapatan negara mencapai Rp2.181,6 triliun pada Oktober 2022.
Nilai itu naik 44,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.510,2 triliun. Realisasi pendapatan negara tersebut juga mencapai 96,27% dari targetnya dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022 yang sebesar Rp2.266, 2 triliun.
Realisasi pendapatan negara paling besar dari penerimaan pajak, yakni Rp1.448,2 triliun. Pendapatan yang berasal dari penerimaan kepabeanan & cukai mencapai Rp256,3 triliun. Sedangkan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) menyumbang Rp476,5 triliun.
Sementara, realisasi belanja negara mencapai Rp2.351,1 triliun atau naik 14,2% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar Rp2.058,9 triliun. Angkanya setara dengan 75,69% dari targetnya di Perpres Nomor 98 Tahun 2022 yang sebesar Rp3.106,4 triliun.
Secara rinci, belanja pemerintah pusat tercatat senilai Rp1.671,9 triliun. Kemudian, belanja yang berbentuk transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) senilai Rp679,2 triliun.
Lebih lanjut, keseimbangan primer masih surplus Rp146,4 triliun pada Oktober 2022. Nilainya membaik dibandingkan pada Oktober 2021 yang masih minus Rp266,7 triliun.
(Baca: APBN Cetak Surplus Rp60,9 Triliun pada September 2022)