PT Bank BTPN Tbk. membukukan laba bersih tahun berjalan secara individual senilai Rp1,82 triliun pada tahun 2021. Laba yang diraih BTPN tersebut mengalami kenaikan 30,38% dibandingkan pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar Rp1,39 triliun.
Namun dari sisi pendapatan bunga, BTPN masih mencatatkan pertumbuhan negatif 18,53% (yoy) dari Rp12,37 triliun menjadi Rp10,07 triliun. Penurunan tersebut diikuti pula oleh beban bunga bank yang menyusut 39,20% (yoy) dari Rp5,28 triliun menjadi Rp3,21 triliun di 2021.
Sementara itu, kredit yang disalurkan BTPN mengalami sedikit penurunan 1,21% (yoy) dari Rp126,69 triliun menjadi Rp125,16 triliun. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross BTPN terjaga di level rendah 1,63%, meski posisinya lebih tinggi dari tahun 2020 yang sebesar 1,15%.
Dari sisi pendanaan, BTPN menghimpun dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp98,41 triliun. Jumlah itu naik 8,13% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp91,01 triliun. Kenaikan DPK terutama ditopang oleh pertumbuhan giro yang mnecapai 64,75% menjadi Rp25,88 triliun.
Kemudian, total aset yang dimiliki BTPN tercatat sebesar Rp174,6 triliun. Nilai itu tumbuh 3,82% dari tahun 2020 yang sebesar Rp168,18 triliun.
Pada 2022, BTPN akan fokus menggarap sektor berkelanjutan dalam rangka mendukung keuangan berkelanjutan. Bank telah meluncurkan produk reksa dana Ashmore Digital Equity Sustainable Fund (ADESF) melalui unit bisnis wealth management BTPN Sinaya pada awal tahun ini.
Produk investasi tersebut merupakan hasil kerja sama BTPN dengan PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. BTPN menyebut produk tersebut merupakan reksa dana saham bertemakan lingkungan, sosial dan tata kelola (LST) serta digital pertama di Indonesia.