Laporan Keuangan Perusahaan

kinerja perusahaan

emiten

Minyak Sawit

Companies Rank

Pulihnya permintaan pasar terhadap minyak sawit mentah disertai kenaikan harga komoditas crude palm oil&nbsp;(<a href="https://dataindonesia.id/tags/cpo" rel="noopener noreferrer" target="_self">CPO</a>) sepanjang tahun lalu ikut mendorong kinerja perusahaan yang bergerak di subsektor perkebunan sawit beserta produk turunannya.Dari 27 perusahaan di subsektor perkebunan dan tanaman pangan yang tercatat di BEI, mayoritas di antaranya mampu mencatatkan pertumbuhan sangat pesat sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu. Sementara, hanya PT Golden Plantation Tbk. (GOLL) yang belum menyampaikan laporan keuangan kuartal III/2021.&nbsp;Berdasarkan data yang dihimpun oleh DataIndonesia.id,&nbsp;rata-rata pendapatan emiten di subsektor tersebut melonjak 40,39% untuk periode laporan keuangan yang berakhir pada September 2021. Adapun, laba bersih yang diatribusikan ke pemilik induk melesat 376,02% secara rata-rata sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu.PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) tercatat menjadi emiten perkebunan sawit yang paling berkilau. Raihan nominal pendapatan dan laba kedua perusahaan tersebut menjadi yang terbesar sepanjang kuartal III/2021.&nbsp;Sementara itu, PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) mencetak pertumbuhan laba bersih tertinggi. Emiten sawit Grup Sampoerna itu juga masuk dalam lima perusahaan dengan kenaikan pendapatan terbesar sepanjang sembilan bulan tahun lalu.&nbsp;Adu Kuat SMAR dan AALI<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966243/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dari sisi nominal, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) menempati posisi pertama perolehan pendapatan terbesar mencapai Rp40,38 triliun pada kuartal III/2021. Nilai tersebut naik 43,18% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp28,2 triliun.Posisi kedua ditempati oleh PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yang meraup pendapatan senilai Rp18,01 triliun sepanjang sembilan bulan tahun lalu. Jumlah itu naik 35,21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp13,32 triliun.Selanjutnya, emiten perkebunan sawit yang memperoleh pendapatan tertinggi ketiga dari sisi nominal ditempati oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) sebesar Rp14,13 triliun. Nilai tersebut naik 36,96% dari Rp10,32 triliun.PT FKS Multi Agro Tbk. (FISH) masuk ke urutan keempat emiten sawit dengan pendapatan terbesar. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, pendapatan FISH naik 22,78% (yoy) dari Rp10,29 triliun menjadi Rp12,64 triliun.Urutan selanjutnya ditempati oleh PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) dengan pendapatan yang meningkat 15,33% dari Rp4,38 triliun menjadi Rp5,05 triliun. Kemudian, PT Mahkota Group Tbk (MGRO) meraih pendapatan yang tumbuh 88,08% (yoy) dari Rp 2,53 triliun menjadi Rp4,77 triliun.Posisi ketujuh ditempati oleh PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) yang meraih pendapatan sebesar Rp4,45 triliun atau naik 24,9% (yoy) dari sebelumnya Rp3,57 triliun. Ada pula PT Sampoena Agro Tbk. (SGRO) dengan pendapatan yang tumbuh 73,02% (yoy) dari Rp2,26 triliun menjadi Rp3,91 triliun.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966272/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Berdasarkan pertumbuhannya, PT Gozco Plantations Tbk. (GZCO) menempati urutan pertama dengan kenaikan pendapatan mencapai 142,25% (yoy) dari Rp189,71 miliar menjadi Rp459,59 miliar. Posisi kedua diisi oleh MGRO yang pendapatannya naik 88,08% (yoy) dari Rp2,54 triliun menjadi Rp4,77 triliun .PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN), SGRO, dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) menempati urutan selanjutnya. Masing-masing emiten tersebut berhasil meningkatkan pendapatan hingga 76,36% (yoy) menjadi Rp559,01 miliar, 73,02% (yoy) menjadi Rp3,91 triliun, dan 66,02% (yoy) menjdi Rp2,88 triliun.Lalu, PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 62,15% (yoy) dari Rp342,54 miliar menjadi Rp555,44 miliar. Pendapatan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) tumbuh sebesar 54,67% (yoy) dari Rp1,77 triliun menjadi Rp2,73 triliun. Sementara, PT Palma Serasih Tbk (PSGO) meraih pendapatan yang meningkat 52,78% dari Rp700,97 miliar menjadi Rp1,07 triliun. SMAR Raup Laba Terbesar <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966328/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Besarnya perolehan pendapatan para emiten sawit turut mendorong laba bersih mereka. SMAR yang merupakan emiten sawit Grup Sinar Mas berhasil menyalip bottom line&nbsp;AALI dengan raihan laba bersih Rp1,79 triliun. Nilai itu melesat 735,76% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang senilai Rp214,72 miliar.Emiten sawit Grup Astra, AALI menempati posisi kedua dengan perolehan laba bersih Rp1,47 triliun atau melonjak 152,2% (yoy) dari sebelumnya Rp582,55 miliar. Posisi ketiga perolehan laba bersih terbesar ditempati oleh PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) senilai Rp1,03 triliun atau naik 287,93% (yoy) dibandingkan pada kuartal III/2020 senilai Rp264,98 miliar.PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan emiten pendatang baru TPAG menempati urutan selanjutnya dengan laba bersih masing-masing Rp752,29 miliar dan Rp713,17 miliar. Urutan keenam ditempati oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) yang laba bersihnya senilai Rp564,23 miliar atau tumbuh 426% (yoy) dari sebelumnya merugi Rp172,57 miliar.SGRO juga masuk dalam daftar ini dengan laba bersih senilai Rp509,67 miliar atau meroket 2.767,64% (yoy) dari sebelumnya hanya Rp17,77 miliar. Lalu, DSNG menempari posisi kedelapan dengan raihan laba bersih sebesar Rp415,88 miliar, tumbuh 153,94% dari sebelumnya Rp163,77 miliar.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966301/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Sebagaimana terlihat pada daftar sebelumnya, kenaikan laba bersih SGRO yang meroket 2.767,64% (yoy) menjadi paling tinggi dibandingkan emiten sawit lainnya dalam sembilan bulan pertama tahun lalu. PSGO berada di urutan selanjutnya lantaran mengalami pertumbuhan laba bersih yang melejit 2.547,19 (yoy) dari Rp2,32 miliar menjadi Rp61,44 miliar.Posisi selanjutnya ditempat oleh ANJT dengan lonjakan laba bersih sebesar 1.563,31% (yoy) dari Rp22,4 miliar menjadi Rp372,58 miliar. Kemudian, SMAR berada di posisi keempat dengan pertumbuhan laba bersih mencapai 735,76% (yoy).Setelahnya ada emiten sawit Grup Salim, SIMP yang mencetak kenaikan laba bersih 426,37% (yoy) menjadi Rp563,23 miliar dari sebelumnya rugi bersih Rp172,57 miliar. SSMS ada di posisi keenam dengan kenaikan laba bersih 287,93% (yoy) dari Rp264,98 miliar menjadi Rp1.03 triliun.MGRO ada di posisi ketujuh dengan kenaikan laba bersih sebesar 233,41% menjadi Rp49,51 miliar dari sebelumnya merugi Rp37,11 miliar. Lalu, TAPG di jajaran kedelapan dengan kenaikan laba bersih 186,30% (yoy) dari Rp249,1 miliar menjadi Rp713,17 miliar. Kinerja Emiten Baru <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966423/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Pada tahun lalu, subsektor perkebunan sawit dan produk turunannya kedatangan tiga emiten yang baru melantai di bursa Mereka adalah PT FAP Agri Tbk. (FAPA) yang melepaskan saham perdananya pada 4 Januari 2021, PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) pada 12 April 2021, dan PT Indo Oil Perkasa Tbk. (OILS) pada 6 September 2021.Kinerja TAPG paling unggul dibandingkan dengan dua emiten sawit baru lainnya. Pendapatan emiten sawit Grup Triputra ini tercatat naik 24,9% (yoy) dari Rp3,57 triliun menjadi Rp4,45 triliun. Kenaikan itu ikut mendorong pertumbuhan laba bersih yang melesat 186,3% (yoy) dari Rp249,1 miliar menjadi Rp713,17 miliar.&nbsp;FAPA menempati urutan selanjutnya dengan perolehan pendapatan sebesar Rp2,18 triliun, naik 22,11% (yoy) dari sebelumnya Rp1,79 triliun. Sepanjang kuartal III/2021, perseroan juga berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp141,89 miliar dari sebelumnya menderita rugi Rp228,19 miliar.&nbsp;OILS juga menorehkan kinerja keuangan yang positif sepanjang Januari-September 2021. Pendapatan perseroan tercatat naik 21,65% (yoy) dari Rp207,54 miliar menjadi Rp252,48 miliar. Sedangkan, laba bersih OILS berhasil tumbuh 34,6% (yoy) dari Rp3,02 miliar menjadi Rp4,06 miliar&nbsp; Masih Catatkan Rugi Bersih <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966395/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Di tengah mayoritas kinerja emiten sawit yang cukup berkilau, masih ada dua perusahaan yang justru mencatatkan penurunan dari sisi pendapatan. Sebanyak empat perusahaan juga mengalami tekanan laba bersih.&nbsp;Pendapatan PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk. (MAGP) terpantau turun 0,05% menjadi Rp167,58 miliar dari Rp167,66 miliar. Sementara itu, pendapatan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (BTEK) merosot hingga 86,84% dari Rp922,79 miliar menjadi Rp121,47 miliar.Dari sisi perolehan bottom line,&nbsp;masih ada delapan perusahaan yang mencatakan rugi bersih. Namun demikian, rugi bersih enam perusahaan menyusut. Sedangkan, rugi dua perusahaan lainnya justru semakin meningkat.Rugi bersih PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) melonjak 133,69% (yoy) dari Rp742,06 miliar menjadi Rp1,73 triliun. Lalu, rugi PT Wahana Pronatural Tbk. (WAPO) naik 53,77% (yoy) dari Rp1,06 miliar &nbsp;menjadi Rp1,63 miliar.&nbsp;Dua emiten lain yang juga mengalami tekanan pada bottom line&nbsp;adalah PT Provident Agro Tbk. (PALM) yang labanya menyusut 76,23% dari Rp879,49 miliar menjadi Rp209,02 miliar. Ada pula laba PT Andira Agro Tbk. (ANDI) yang berkurang 84,51% (yoy) dari Rp24,81 miliar menjadi Rp3,84 miliar. Tiga Grup Emiten Sawit Kuasai Aset Terbanyak<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8966513/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dari sisi jumlah aset, emiten sawit dari tiga grup besar menempati urutan teratas. Grup Sinar Mas yang diwakili SMAR berada di posisi puncak dengan total aset senilai Rp38,46 triliun.SIMP yang merupakan emiten sawit Grup Salim punya total aset sebesar Rp36,58 triliun. Kemudian, emiten sawit Grup Astra, AALI memiliki total aset sebesar Rp29,69 triliun pada kuartal III/2021.DSNG dan SSMS mengisi posisi selanjutnya dengan jumlah aset masing-masing senilai Rp13,97 triliun dan Rp13,39 triliun. Ada pula BWPT yang memiliki total aset sebesar Rp12,33 triliun.Lalu, aset TAPG tercatat sebesar Rp12 triliun. Posisi kedelapan diduduki oleh LSIP dengan total aset sebesar Rp11,76 triliun.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8972084/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Beralih ke pos ekuitas, AALI berada di peringkat pertama dengan nilai sebesar Rp20,58 triliun. Posisinya disusul oleh SIMP yang sebesar Rp19,2 triliun, SMAR sebanyak Rp13,87 triliun, dan LSIP senilai Rp9,91 triliun.Selanjutnya ada TPAG yang memiliki ekuitas sebanyak Rp7,31 triliun. Posisi ekuitas DSNG berada di level Rp6,53 triliun. Sementara, ekuitas ANJT dan SSMS masing-masing sebanyak Rp5,97 triliun dan Rp5,64 triliun.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8972133/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dari sisi liabilitas, SMAR menduduki peringkat teratas dengan kewajiban sebesar Rp24,59 triliun pada kuartal III/2021. Posisi kedua ditempati oleh SIMP dengan liabilitas senilai Rp17,38 triliun.&nbsp;Posisi liabilitas terbesar selanjutnya diisi oleh UNSP senilai Rp15,09 triliun, BWPT sebesar Rp10,59 triliun, dan AALI sebanyak Rp9,11 triliun. Berikutnya ada SSMS yang memiliki liabilitas sebesar Rp7,75 triliun, DSNG sebanyak Rp7,44 triliun, dan SGRO mencapai Rp5,47 triliun. PROSPEK MASIH CERAHSepanjang tahun lalu, reli harga CPO menjadi katalis positif kinerja emiten perkebunan sawit. Salah satu sentimen yang memengaruhi kenaikan harga CPO pada 2021 adalah pengetatan pasokan dan tingginya permintaan dari China yang berencana mengembangkan biodiesel di tengah krisis energi. Selain itu, India memutuskan untuk menghilangkan pajak impor untuk masa perayaan hari besar mereka.&nbsp;Pada tahun ini, harga CPO juga masih cenderung meningkat. Hal itu dipengaruhi oleh memanasnya konflik Rusia dan Ukraina serta terbatasnya pasokan dari negara-negara produsen utama.&nbsp;Sepanjang Februari 2022, CPO juga masih mencatatkan tren penguatan. Harga CPO untuk kontrak Mei 2022 bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di level RM5.840 per ton pada 23 Februari lalu.&nbsp;Selain itu, faktor cuaca yang akan menghambat proses penanaman dan panen sawit diprediksi memperpanjang kelangkaan CPO setidaknya selama enam bulan pertama tahun ini. Oleh karena itu, reli harga CPO pun diprediksi masih terus berlanjut.Dari dalam negeri, pemerintah telah mewajibkan pengusaha minyak sawit memasok CPO untuk kebutuhan domestik lewat kebijakan domestic market obligation&nbsp;(DMO). Pada 10 Maret 2022, Kementerian Perdagangan pun menaikkan besaran DMO bahan baku minyak goreng dari 20% menjadi 30% .Meskipun permintaan minyak sawit dalam negeri dari pasar internasional besar, tetapi masih tingginya harga minyak goreng di tanah air membuat Pemerintah tetap merasa perlu mengambil langkah kebijakan DMO. Padahal, pemerintah telah melakukan intervensi terkait pergerakan harga minyak goreng sejak akhir tahun lalu.Sejumlah analis menilai kenaikan DMO hingga 30% memang bisa menjadi sentimen negatif bagi emiten sawit, tetapi dampaknya diperkirakan terbatas atau minim. Pertumbuhan kinerja emiten perkebunan sawit dan produk turunannya diprediksi masih cerah yang dimotori oleh harga CPO yang terus menanjak.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/melihat-kinerja-apik-bank-jumbo-sepanjang-2021" rel="noopener noreferrer" target="_self">Melihat Kinerja Apik Bank Jumbo Sepanjang 2021</a>)</blockquote>

Mayoritas emiten perkebunan sawit dan produk turunannya mencetak kinerja keuangan yang cemerlang pada kuartal III/2021. Reli harga CPO ikut menjadi pendorongnya.

Kilau Emiten Sawit di Tengah Kenaikan CPO pada Kuartal III/2021