Kinerja emiten yang tergabung dalam subsektor barang kimia dasar terpantau moncer sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Dari 14 emiten di industri ini yang telah merilis laporan keuangan kuartal I/2022, rata-rata membukukan kenaikan pedapatan sebesar 28,59% (yoy) dengan lonjakan pertumbuhan laba bersih hingga 145,14% (yoy).

Dari sisi nominal, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), meraup pendapatan terbesar hingga Rp11,67 triliun pada kuartal I/2022. Jumlah itu naik 10,27% dari kuartal I/2021 yang sebesar Rp10,58 triliun.

Sementara itu, emiten kimia dasar yang mencetak laba terbesar adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) senilai Rp371,86 miliar. Nilai itu melesat 298,19% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp93,39 miliar.

Lonjakan laba bersih ESSA ikut terdorong dari kenaikan tajam pendapatan hingga 128,56% menjadi Rp2,28 triliun dari Rp998,39 miliar. Sedangkan. pencetak kenaikan cuan tertinggi adalah PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) yang meroket hingga 2.172,21% dari Rp4,04 miliar menjadi Rp91,84 miliar.

Sejumlah miten kimia dasar ikut diuntungkan dari kenaikan harga yang terjadi di pasar komoditas global serta ekspektasi pemulihan global. Kinerja ESSA, misalnya, mendapatkan berkah dari tingginya harga amonia dan LPG di tengah terbatasnya pasokan akibat oleh konflik Rusia dan Ukraina.

Pada kuartal I/2022, harga realisasi amonia berada di US$815/MT atau melonjak 173% dibandingkan pada kuartal I/2021. Sementara harga realisasi LPG berada di level US$798/MT atau lebih tinggi 37% dibandingkan setahun sebelumnya.

Meski secara rata-rata positif, tetapi masih ada sejumlah perusahaan yang mengalami tekanan. Tiga emiten tercatat mengalami penurunan pendapatan, yakni PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) , PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN), dan PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG).

Pendapatan MOLI menyusut 19,89% (yoy) dari Rp443,50 miliar menjadi Rp355,28 miliar. SRSN juga mengalami koreksi pendapatan sebesar 13,48% (yoy) dari Rp219,19 miliar menjadi Rp189,64 miliar. Lalu, pendapatan ADMG turun 8,52% dari Rp713,96 miliar menjadi Rp653,12 miliar.

Sementara itu, enam emiten mencatatkan tekanan laba bersih. Bahkan, tiga di antaranya menderita rugi bersih, yakni PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG), PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).

PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG) mencatatkan rugi sebesar Rp74,81 miliar dari sebelumnya untung Rp13,03 miliar. PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN) juga menderita rugi Rp4,33 miliar dari sebelumnya laba Rp2,75 miliar. Kemudian, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) membalik untung Rp1,23 triliun menjadi rugi Rp161,21 miliar.

Adapun, masih ada satu emiten yang belum merilis laporan keuangannya pada kuartal I/2022. Emiten itu adalah PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA).

Sebagai catatan, rekapan kinerja emiten produsen kimia dasar ini disetarakan dalam mata uang rupiah dengan kurs nilai tukar Rp14.349/US$ per Maret 2022 dan Rp14.572/US$ per Maret 2021.

BRPT Raup Pendapatan Terbesar

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) menempati urutan pertama emiten kimia dasar yang meraih pendapatan terbesar mencapai Rp11,67 triliun pada kuartal I/2022. Nilai itu naik 10,27% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp10,58 triliun.

Posisinya disusul oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) dengan pendapatan Rp9,72 triliun atau naik 11,53% (yoy) dari sebelumnya Rp8,72 triliun. Kemudian, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) merup pendapatan sebesar Rp2,28 triliun atau melesat 128,56% (yoy) dari sebelumnya Rp998,39 miliar.

Pendapatan PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) tercatat sebesar Rp2,10 triliun atau melonjak 40,85% (yoy) dari sebelumnya Rp1,49 triliun. Kemudian, PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) mengantongi pendapatan sebesar Rp1,97 triliun atau naik 26,94% (yoy) dari sebelumnya Rp1,55 triliun.

PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) membukukan pendapatan sebesar Rp1,61 triliun atau meningkat 26,83% (yoy) dari sebelumnya Rp1,27 triliun. Lalu, PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) memperoleh pendapatan sebesar Rp1,33 triliun atau melonjak 74,03% (yoy) dari sebelumnya Rp762,40 miliar.

Sedangkan, PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) meraih pendapatan sebesar Rp682,57 miliar. Jumlah itu naik 6,20% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp642,70 miliar.

Dari sisi pertumbuhan pendapatan, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) paling unggul dengan kenaikan mencapai 128,56% (yoy) dari Rp998,39 miliar menjadi Rp2,28 triliun pada kuartal I/2022. Posisinya diikuti PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) yang pendapatannya melesat 74,03% (yoy) dari Rp762,40 miliar menjadi Rp1,33 triliun.

Posisinya disusul oleh PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) yang pendapatannya melejit 57,31% (yoy) dari Rp315,63 miliar menjadi Rp496,51 miliar. Kemudian, PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) menempati posisi keempat dengan kenaikan pendapatan 40,85% (yoy) dari Rp1,49 triliun menjadi Rp2,10 triliun.

Selanjutnya, pendapatan PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI) melonjak 32,72% (yoy) dari Rp103,22 miliar menjadi Rp136,99 miliar. Ada pula PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) dengan kenaikan pendapatan 30,73% (yoy) dari Rp18,83 miliar menjadi Rp24,62 miliar.

Pendapatan PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) meningkat 26,94% (yoy) dari Rp1,55 triliun menjadi Rp1,97 triliun. Sementara itu, PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 26,83% (yoy) dari Rp1,27 triliun menjadi Rp1,61 triliun.

(Baca: Masa Adaptasi Emiten Farmasi)

ESSA Cetak Laba Paling Besar

PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) berhasil menduduki peringkat pertama dengan torehan laba bersih sebesar Rp371,86 miliar pada kuartal I/2022. Nilai itu meroket 298,18% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp93,39 miliar. ESSA berhasil membalap nominal laba bersih BRPT dan UNIC.

PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) membukukan laba bersih sebesar Rp222,05 miliar atau naik 6,97% (yoy) dari sebelumnya Rp207,59 miliar. PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) harus turun peringkat ke posisi ketiga dengan perolehan laba bersih Rp134,19 miliar karena anjlok 79,73% (yoy) dari sebelumnya Rp662,06 miliar.

PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) berada di urutan setelahnya dengan perolehan laba bersih Rp98,41 miliar atau melesat 149,35% (yoy) dari sebelumnya Rp39,47 miliar. Lalu, PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) menorehkan laba bersih sebesar Rp91,84 miliar atau meroket 2.172,21% (yoy) dari sebelumnya Rp4,04 miliar.

Selanjutnya, laba bersih PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) sebesar Rp50,05 miliar atau naik 8,89% (yoy) dari sebelumnya Rp45,96 miliar. PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) meraup laba bersih Rp44,42 miliar atau turun 10,01% (yoy) dari sebelumnya Rp49,37 miliar.

PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) berada di posisi kedelapan dalam daftar ini. Emiten kimia dasar tersebut berhasil membalik rugi Rp4,96% menjadi laba Rp17,21 miliar.

Pada periode Januari-Maret 2022, cuan PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) tercatat melambung paling tinggi hingga 2.172,21% (yoy) dari Rp4,04 miliar menjadi Rp91,84 miliar. Posisinya diikuti PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) dengan perbaikan bottom line hingga 447,06% seiring keberhasilan perseroan meraup laba Rp17,21 miliar dari sebelumnya rugi Rp4,95 miliar.

Selanjutnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 298,18% dari Rp93,39 miliar menjadi Rp371,86 miliar. Disusul oleh PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI) dengan peningkatan laba bersih sebesar 196,97% (yoy) dari Rp2,78 miliar menjadi Rp8,25 miliar.

Posisinya diikuti PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) dengan lonjakan laba bersih 149,35% (yoy) dari Rp39,47 miliar menjadi Rp98,41 miliar. Ada pula PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) yang mencetak peningkatan laba bersih 122,50% (yoy) dari Rp1,34 miliar menjadi Rp2,97 miliar.

Laba bersih PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) tercatat naik 8,89% (yoy) dari Rp45,96 miliar menjadi Rp50,05 miliar. Sementara, PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 6,97% (yoy) dari Rp207,59 miliar menjadi Rp222,05 miliar.

Aset Jumbo BRPT

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) memiliki aset paling jumbo di antara emiten kimia dasar lainnya sebesar Rp133,66 triliun sepanjang kuartal I/2022, Nilai itu naik 19,90% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp111,47 triliun.

Posisinya disusul oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) yang mengantongi aset senilai Rp71,29 triliun atau melonjak 41,24% (yoy) dari sebelumnya Rp50,48 triliun. Lalu, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) memiliki aset sebesar Rp12,29 triliun atau turun 35,16% (yoy) dari sebelumnya Rp18,93 triliun.

Aset PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) terpantau naik tipis 3,23% (yoy) dari Rp7,70 triliun menjadi Rp7,95 triliun. Urutan kelima ada PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) dengan aset sebesar Rp6,41 triliun atau naik 13,78% (yoy) dari sebelumnya Rp5,64 triliun.

Selanjutnya, aset PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) tercatat sebesar Rp4,49 triliun atau naik 15,69% (yoy) dari sebelumnya Rp3,89 triliun. PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG) membukukan aset sebesar Rp2,94 triliun atau turun 2,69% (yoy) dari sebelumnya Rp3,02 triliun.

Sementara, PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) memiliki total aset sebesar Rp2,93 triliun. Nilainya naik 22,44% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,39 triliun.

Dari sisi ekuitas, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) memimpin dengan nilai sebesar Rp41,79 triliun atau melonjak 51,66% (yoy) dari sebelumnya Rp27,55 triliun. Posisinya disusul oleh PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang memiliki ekuitas sebesar Rp25,51 triliun atau naik 25,01% (yoy) dari sebelumnya Rp20,41 triliun.

PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) memiliki ekuitas sebesar Rp3,57 triliun atau naik 5,70% (yoy) dari sebelumnya Rp3,37 triliun. Lalu, PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) memiliki ekuitas senilai Rp3,56 triliun atau naik 19,50% (yoy) dari sebelumnya Rp2,98 triliun.

PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) meraih ekuitas sebesar Rp3,49 triliun atau naik 18,17% (yoy) dari sebelumnya Rp2,95 triliun. Ada pula PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) yang mencatatkan ekuitas sebesar Rp2,54 triliun atau tumbuh 22,45% (yoy) dari sebelumnya Rp2,08 triliun.

Ekuitas PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG) terpantau turun tipis 3,61% (yoy) dari Rp2,47 triliun menjadi Rp2,29 triliun. Sedangkan, PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) memiliki ekuitas sebesar Rp1,55 triliun atau naik 8,29% (yoy) dari sebelumnya Rp1,43 triliun.

Beralih ke pos liabilitas, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) menduduki peringkat pertama dengan total kewajiban sebesar Rp71,41 triliun atau naik 8,15% (yoy) dari sebelumnya Rp66,03 triliun. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) berada di posisi selanjutnya dengan liabilitas sebesar Rp29,45 triliun atau naik 28,84% (yoy) dari sebelumnya Rp22,86 triliun.

Kemudian, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) memiliki liabilitas sebesar Rp7,29 triliun atau turun 49,81% (yoy) dari sebelumnya Rp14,54 triliun. Liabilitas PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) tercatat sebesar Rp4,32 triliun atau naik 15,59% (yoy) dari sebelumnya Rp3,74 triliun.

Liabilitas PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) tercatat senilai Rp3,61 triliun atau naik 9,43% (yoy) dari sebelumnya Rp3,29 triliun. PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) memiliki liabilitas sebesar Rp2,29 triliun atau turun tipis 2,66% (yoy) dari sebelumnya Rp2,36 triliun.

PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) memiliki liabilitas sebesar Rp1,38 triliun atau naik 43,50% (yoy) dari sebelumnya Rp962,96 miliar. Sementara, liabilitas PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) tercatat sebesar Rp986,84 miliar atau melonjak 41,46% (yoy) dari sebelumnya Rp697,61 miliar.

(Baca: Tuah Kinerja Emiten Batu Bara Berkat Konflik Rusia-Ukraina)

ROA BMSR Paling Tinggi

Selain indikator kinerja keuangan di atas, patut dicermati pula tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) dari berbagai emiten di subsektor barang kimia dasar. ROA merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari aktiva yang digunakan.

PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) menduduki urutan pertama emiten kimia dasar dengan ROA tertinggi mencapai 6,63% pada kuartal I/2022. Rasio itu naik tajam dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,49%.

Posisinya disusul PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) yang memiliki ROA 4,94% atau turun tipis dari sebelumnya 5,34%. Kemudian, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) memiliki ROA sebesar 3,03% atau lebih tinggi dari sebelumnya 0,49%.

Lalu, PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) memiliki ROA sebesar 1,71% atau turun dari sebelumnya 1,92%. Urutan kelima ditempati PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI) dengan ROA sebesar 1,61% atau naik dari sebelumnya 0,60%.

ROA PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) tercatat sebesar 1,53% atau meningkat dari sebelumnya 0,70%. Kemudian, emiten yang baru mencatatkan saham perdananya pada September 2022, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) memiliki ROA sebesar 1,16%.

Posisi kedelapan ditempati oleh PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) dengan ROA sebesar 0,74%. Rasio tersebut kontras dibandingkan pada kuartal I/2021 yang negatif 0,21%.

Tak hanya ROA, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) juga turut menjadi indikator yang patut dicermati. ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan mengelola modal (ekuitas) agar dapat menghasilkan laba.

PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) masih menjadi emiten kimia dasar dengan ROE tertinggi mencapai 23,33%. Nilai itu melonjak tajam dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,19%.

Kenaikan signifikan juga dialami oleh PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) dengan ROE sebesar 10,67% atau meningkat dari sebelumnya 3,17%. ROE PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) turun tipis dari 6,97% menjadi 6,24%.

Lalu, ROE PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) tercatat naik dari 1,90% ke 3,87%. ROE PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) juga meningkat tipis dari 3,21% menjadi 3,23%.

Selanjutnya, PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI) memiliki ROE sebesar 2,13% atau naik dari sebelumnya 0,75%. ROE PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) terpantau sebesar 1,42%

Sementara, ROE PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) tercatat sebesar 1,25%. Rasionya lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,46%.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah rasio margin laba bersih (net profit margin/NPM) untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dari penjualannya. NPM dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya-biaya, sehingga mendapatkan laba bersih.

PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) tercatat berada di posisi teratas dengan NPM mencapai 16,30% sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Rasio tersebut melejit dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,35%.

Posisi kedua ditempati PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) yang memiliki NPM sebesar 13,80% atau turun dari sebelumnya 16,36%. Posisi ketiga ditempati PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) yang memiliki NPM sebesar 12,07% atau meningkat dari sebelumnya 7,09%.

Lalu, PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) memiliki NPM sebesar 6,92% atau naik tajam dari sebelumnya 0,53%. NPM PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) turun dari 7,68% menjadi 6,51%.

Kemudian, NPM PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI) tercatat naik dari 2,69% menjadi 6,02%. PT Emdeki Utama Tbk. (MDKI) mengalami penurunan tipis NPM dari 6,40% menjadi 5,48%.

Sementara, NPM PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) tercatat sebesar 4,68%. Rasio tersebut mengalami kenaikan dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,64%.

Hal lain yang tak boleh luput dilihat adalah rasio utang terhadap ekuitas perusahaan (debt to equity ratio/DER). DER merupakan rasio untuk melihat kemampuan perusahaan memenuhi seluruh utang atau kewajibannya dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki.

Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan rasio DER di bawah angka 1. Rendahnya DER menunjukkan bahwa kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset, sehingga seluruh utangnya dapat dilunasi dalam kondisi yang tidak diinginkan.

Sepanjang kuartal I/2022, tercatat ada sembilan emiten barang kimia dasar dengan DER di bawah 1. PT Emdeki Utama Tbk. (MDKI) tercatat memiliki rasio utang terhadap ekuitas paling rendah hingga 0,10%.

Posisinya diikuti PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) dengan DER sebesar 0,22%. Selanjutnya ada PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) dengan DER sebesar 0,23% atau turun dari sebelumnya 0,27%.

Kemudian DER PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG) mengalami kenaikan tipis dari 0,22% menjadi 0,23%. Lalu, PT Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI) membukukan DER sebesar 0,32% atau naik tipis dari sebelumnya 0,24%.

PT Indo Acidatama Tbk. (SRSN) memiliki DER sebesar 0,38% atau turun dari sebelumnya 0,65%. Ada pula PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) dengan DER sebesar 0,56% atau sedikit lebih rendah dari sebelumnya 0,74%.

Sedangkan, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) memiliki DER sebesar 0,70%. Angka tersebut turun tipis dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar 0,83%.

(Baca: Ujian Ketahanan Indonesia Hadapi Krisis Ekonomi Global)

Anda bisa mendapatkan data lengkap terkait kinerja emiten kimia dasar yang dirangkum DataIndonesia.id dalam laporan ini. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi: Telp: +62-21-57902023 eks 610; Email: pusdok@bisnis.com; WhatsApp: +62-85885259217.

Kinerja Moncer Emiten Kimia Dasar