Badan Pusat Statistik (BPS)

Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)

Litbang Kompas

Poltracking Indonesia

kuriositas

Ganjar Pranowo

Anies Baswedan

politik

pemilu

data pemilu

ridwan kamil

Meski masih terpaut dua tahun, bursa <a href="https://dataindonesia.id/tags/pemilu" rel="noopener noreferrer" target="_self">Pemilihan</a> Presiden (Pilpres) 2024 mulai memanas sejak kini. Sejumlah nama kerap diusung sebagai kandidat calon presiden (capres), mulai dari politisi, menteri, tentara, hingga pengusahaTak ketinggalan para kepala daerah inkumben di sejumlah wilayah yang cukup tersohor. Setidaknya, ada tiga nama kepala daerah yang kerap muncul dalam berbagai survei, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.Bahkan, elektabilitas ketiganya kerap diunggulkan dalam berbagai hasil survei tersebut. Ganjar, misalnya, berhasil meraih elektabilitas sebesar 24,8% dalam hasil survei Poltracking Indonesia dengan simulasi 18 nama pada 16-22 Mei 2022. Elektabilitas Ganjar menjadi yang paling tinggi dalam simulasi tersebut.Anies berada di posisi ketiga dengan elektabilitas sebesar 15,5%. Sedangkan, Emil -sapaan Ridwan Kamil- berada di posisi kelima dengan perolehan suara sebesar 2,5%.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1612769/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dalam survei Litbang Kompas pada 26 Mei - 4 Juni 2022, Ganjar berada di posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 25,3%. Anies berada di posisi selanjutnya dengan raihan suara sebesar 12,6%. Sedangkan, Emil memiliki elektabilitas sebesar 3,4%.Ganjar kembali meraih elektabilitas tertinggi sebesar 26,7% dalam survei Indikator Politik dengan simulasi 19 nama pada 14-19 April 2022. Anies berada di posisi ketiga dengan elektabilitas sebesar 19,4%. Sedangkan, Emil di urutan setelahnya dengan perolehan suara sebesar 3,5%.Di survei SMRC dengan simulasi semi terbuka pada 10-17 Mei 2022, Ganjar memperoleh elektabilitas sebesar 22,5%. Anies berada di peringkat ketiga dengan elektabilitas sebesar 13,2%. Lalu, Emil menempati peringkat kelima dengan elektabilitas 2,2%.Kerap munculnya ketiga nama tersebut dalam berbagai hasil survei seiring banyaknya masyarakat yang menyukai kandidat capres dari kepala daerah. Hal itu pun sebagaimana disampaikan oleh 23,3% responden dalam hasil survei Poltracking.Namun, tingginya preferensi masyarakat itu tak semata-mata muncul. Hal tersebut mengingat ada 14,6% masyarakat yang mempertimbangkan kandidat capres dari kinerja dan pengalamannya. Ada pula 9,1% masyarakat yang melihat faktor kualitas atau kompetensi dari kandidat capres.Sejauh ini, kandidat capres yang paling bisa memperlihatkan kinerja, pengalaman, dan kompetensinya adalah para kepala daerah. Hal itu yang membuat kandidat dengan latar belakang tersebut banyak dipilih.&ldquo;Kepala daerah merupakan latar belakang pengalaman (kandidat capres) yang paling banyak dipilih oleh publik,&rdquo; tulis Poltracking dalam hasil surveinya yang dirilis pada Kamis (9/6).<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/ragam/detail/berapa-jumlah-pemilih-dalam-pemilu-di-indonesia" id="isPasted" target="_self">Berapa Jumlah Pemilih dalam Pemilu di Indonesia?</a>)</blockquote>Lantas, bagaimana kinerja ketiga kepala daerah yang elektabilitasnya kerap tinggi dalam berbagai survei Pilpres 2024? DataIndonesia.id pun merangkum data indikator ekonomi dan sosial, meliputi pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB), inflasi, pengangguran, dan kemiskinan di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.Data yang diambil dibatasi dalam empat tahun terakhir untuk menyesuaikan rentang waktu kepemimpinan Anies, Emil, dan Ganjar. Keempat data tersebut dapat menjadi acuan untuk melihat kinerja ketiganya dalam memimpin daerah mereka masing-masing. <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10494674/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dari sisi PDRB, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah memiliki pertumbuhan yang relatif sama besar. Pada 2018, Jakarta memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi sebesar 6,11% (yoy). Sementara, pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dan Jawa Tengah masing-masing sebesar 5,95% (yoy) dan 5,3% (yoy).Setahun setelahnya, pertumbuhan ekonomi di Jakarta dan Jawa Barat sedikit melambat. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah membaik menjadi 5,36% (yoy).Memasuki tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di ketiga daerah tersebut mengalami penurunan drastis akibat pandemi Covid-19. Kontraksi paling dalam hingga 2,65% (yoy) dialami oleh Jawa Tengah yang dipimpin Ganjar, Sementara, kontraksi ekonomi di Jakarta sebesar 2,39% (yoy) dan Jawa Barat sebesar 2,52%. (yoy).Seiring melandainya kasus Covid-19 dan pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat pada 2021, ekonomi di ketiga daerah tersebut mulai pulih. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat menjadi yang tertinggi di antara ketiganya sebesar 3,9% (yoy).Ekonomi Jakarta yang dipimpin Anies meningkat sebesar 3,56% (yoy) pada 2021. Hal serupa dialami oleh Jawa Tengah yang ekonominya tumbuh sebesar 3,32% (yoy).<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10494730/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Beralih ke data inflasi, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah memiliki kurva yang hampir mirip sepanjang 2018-2021. Pada 2018, Jawa Tengah memiliki tingkat inflasi tahunan paling rendah sebesar 2,82% (yoy).Di Jakarta, inflasi tercatat sebesar 3,27% (yoy). Sedangkan, inflasi di Jawa Barat sebesar 3,54% (yoy).Setahun setelahnya, laju inflasi di ketiga daerah tersebut mengalami perlambatan. Tercatat inflasi di Jakarta sebesar 3,23% (yoy), Jawa Barat 3,21% (yoy), dan Jawa Tengah 2,81% (yoy).Ketika &nbsp;pandemi Covid-19 melanda Indonesia, inflasi di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah kembali mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Secara rinci, inflasi di Jakarta tercatat sebesar 1,59% (yoy) pada 2020. Perlambatan itu pun berlanjut ke level 1,53% (yoy) pada 2021.Di Jawa Barat, inflasi tercatat sebesar 2,18% (yoy) pada 2020. Angkanya pun lebih rendah lagi sebesar 1,69% pada tahun lalu.Kemudian, inflasi di Jawa Tengah tercatat sebesar 1,56% pada 2020. Namun, angkanya meningkat menjadi sebesar 1,7% pada 2021.Sebagai informasi, inflasi merupakan indikator untuk melihat kecenderungan naiknya harga barang dan jasa. Inflasi dapat menjadi salah satu indikator untuk mengukur daya beli masyarakat. Selain itu, inflasi menjadi faktor penentu untuk melihat seberapa jauh suatu daerah mampu mempertahankan stabilitas perekonomiannya.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/digital/detail/musim-dingin-startup-di-tengah-minimnya-arus-modal" id="isPasted" target="_self">Musim Dingin Startup di Tengah Minimnya Arus Modal</a>)</blockquote><iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10494797/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Terkait tingkat pengangguran terbuka (TPT), ketiga daerah sama-sama mengalami penurunan tipis pada 2018 dan 2019. Namun, pandemi Covid-19 membuat TPT di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah melonjak signifikan.Pada 2020, TPT di Jakarta menjadi yang paling tinggi mencapai 10,95%. Di Jawa Barat, TPT tercatat sebesar 10,46%. Sedangkan, TPT di Jawa Tengah sebesar 6,46%.TPT di ketiga daerah tersebut sama-sama menunjukkan perbaikan pada 2021. Ini sejalan dengan tren pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19.Penurunan TPT terbesar terjadi di DKI Jakarta mencapai 2,45% menjadi 8,5%. Penurunan TPT di Jawa Barat tercatat sebesar 0,64% menjadi 9,82%. Sedangkan, TPT di Jawa Tengah melemah 0,53% menjadi 5,95%.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10494805/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Selain TPT, indikator lain untuk menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat di sebuah daerah adalah tingkat kemiskinan. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sempat menurun pada 2019.Namun, angkanya kembali meningkat pada 2020, seiring dengan dampak pandemi Covid-19 yang mengikis perekonomian dan mendorong tingginya TPT. Terlihat bahwa tingkat kemiskinan di Jakarta naik menjadi sebesar 4,53% pada 2020.Di Jawa Barat, tingkat kemiskinan meningkat menjadi sebesar 7,88%. Sedangkan, Jawa Tengah memiliki tingkat kemiskinan mencapai 11,41%.Meski ekonomi telah pulih dan TPT telah menurun pada 2021, tingkat kemiskinan di ketiga daerah tersebut masih terus naik. Hanya saja, kenaikan tingkat kemiskinan di Jakarta hanya tipis 0,19% menjadi 4,72%.Tingkat kemiskinan di Jawa Barat terpantau naik 0,52% menjadi 8,4% sepanjang tahun lalu. Sedangkan, tingkat kemiskinan di Jawa Tengah naik 0,38% mencapai 11,79%, tertinggi di antara ketiga daerah tersebut.Berbagai data di atas bisa digunakan sebagai salah satu acuan untuk melihat kinerja Anies, Emil, dan Ganjar dalam empat tahun terakhir ini. Kendati, masih banyak aspek lain mulai dari sosial, hukum, budaya, hingga pendidikan yang juga diperlukan untuk mengukur kinerja mereka secara menyeluruh.Selain itu, ada berbagai faktor lainnya di luar kinerja yang perlu dipertimbangkan jika mereka benar-benar mencalonkan diri dalam Pilpres 2024. Salah satunya adalah visi-misi yang diusung ketika mereka maju dalam pesta demokrasi lima tahun sekali tersebut.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/waswas-stok-kurban-saat-pmk-makin-ganas" id="isPasted" target="_self">Was-was Stok Kurban saat PMK Makin Ganas</a>)</blockquote>

Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil menjadi tiga kepala daerah yang namanya kerap muncul dalam bursa Pilrpes 2024. DataIndonesia.id pun merangkum kinerja mereka selama menjabat di empat indikator ekonomi dalam laporan ini.

Melihat Kinerja Ekonomi Tiga Kepala Daerah di Bursa Pilpres 2024