Badan Pusat Statistik (BPS)

Finder.com

Bank Indonesia (BI)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Daily Social

UOB, PwC, & SFA

APJII

Bank

Digital

bank digital

ekonomi digital

Pandemi <a href="https://dataindonesia.id/tags/covid" rel="noopener noreferrer" target="_self">Covid-19</a> telah membuat banyak aktivitas masyarakat berubah. Kini, masyarakat kian adaptif dengan berbagai kegiatan yang berada di ranah <a href="https://dataindonesia.id/tags/digital" rel="noopener noreferrer" target="_self">daring</a>, mulai dari bekerja, pendidikan, hiburan, hingga transaksi finansial.Kondisi tersebut pun turut mempengaruhi industri perbankan nasional. Meski sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu, pandemi Covid-19 semakin mendorong besarnya potensi <a href="https://dataindonesia.id/tags/bank-digital" rel="noopener noreferrer" target="_self">bank digital</a> untuk bersaing di pasar dalam negeri.Pasalnya, bank digital memberikan semua layanannya secara daring dan tidak memiliki kantor cabang fisik. Alhasil, nasabah dapat mengakses layanan perbankan dalam genggaman hanya dengan ponsel dan akses internet.Bahkan, Bank Indonesia (BI) menilai bank digital memiliki potensi untuk mengubah struktur perbankan nasional di masa depan. Menurut BI, perbankan berpotensi untuk meningkatkan skalabilitas mereka dengan mengandalkan model bisnis berbasis konektivitas tanpa diikuti penambahan jumlah jaringan fisik kantor cabang.&ldquo;Dengan kemampuan scalability tersebut, kehadiran bank digital memiliki potensi untuk mengubah struktur perbankan Indonesia ke depan,&rdquo; tulis Bank Indonesia dalam Kajian Stabilitas Keuangan No. 37 yang diluncurkan pada Selasa (5/10).<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1110180/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:800px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe> Potensi tersebut salah satunya terlihat dari jumlah pengguna bank digital di Indonesia yang semakin besar. Padahal, masih belum cukup banyak pemain bank digital yang beroperasi di Indonesia.Hasil survei Finder.com menunjukkan, Indonesia menjadi negara pengguna bank digital terbesar kedua setelah Brazil pada Oktober 2021. Persentasenya tercatat mencapai 24,9% dari total penduduk di tanah air. Angka ini pun diperkirakan terus meningkat menjadi 39,02% pada 2026.Secara nominal, Finder.com mencatat pengguna bank digital di Indonesia sebanyak 47,71 orang pada tahun lalu. Angkanya lalu meningkat menjadi 74,79 juta orang dalam lima tahun ke depan.Berdasarkan segi umur, pengguna bank digital di Indonesia tak hanya kaum muda saja. Justru, kelompok umur di atas 65 tahun menjadi yang paling banyak menggunakan bank digital, yakni 33%.Kelompok umur 25-34 tahun menyusul di urutan kedua dengan proporsi pengguna bank digital sebesar 30%. Dari kelompok umur 45-54 tahun dan 25-34 tahun, persentasenya masing-masing sebesar 30% dan 26%.Kemudian, ada 24% dari kelompok umur 18-24 tahun yang menggunakan bank digital. Sedangkan, kelompok umur 55-64 tahun yang menggunakan bank digital sebanyak 20%.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1111478/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Potensi bank digital kian besar karena mayoritas masyarakat Indonesia mempertimbangkan untuk menggunakan bank digital saja. Menurut survei UOB, PwC, dan SFA, ada 58% responden di Indonesia yang menyatakan hal tersebut.Cikal bakal tumbuhnya pengguna bank digital salah satunya berasal dari sejumlah layanan yang memudahkan nasabah. Menurut survei Daily Social, sebanyak 77,7% responden melirik bank digital karena mudah dan cepat dalam membuka rekening.Sebanyak 63,8% responden tertarik dengan bank digital karena seluruh layanan yang bersifat digital. Lalu, responden yang berminat dengan bank digital karena kemudahan UI/UX serta akses yang gampang masing-masing sebesar 62,8% dan 62,7%.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1111480/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Lebih lanjut, bank digital bakal terdorong oleh ekosistem digital lainnya, seperti lokapasar daring atau e-commerce&nbsp;yang terus tumbuh. Kondisi ini terlihat dari nilai transaksi&nbsp;e-commerce yang naik dari Rp106 triliun pada 2018 menjadi Rp403 tirliun pada 2021.Bank sentral pun memproyeksikan nilai transaksi e-commerce di Indonesia menjadi sebesar Rp530 triliun pada tahun ini. Nilai tersebut naik 31,4% dibandingkan pada tahun sebelumnya.Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan,&nbsp;e-commerce memiliki basis pedagang (merchant) dan pengguna melimpah. Alhasil, e-commerce dapat menjadi angin segar dalam hal akuisisi nasabah bank digital.Terlebih, pasar e-commerce masih belum digarap maksimal oleh bank digital. Ini terlihat dari survei APJII bahwa dari 55,8% responden yang membeli barang kebutuhan melalui internet, baru 10,8% membayarnya dengan layanan keuangan digital, seperti m-banking, i-banking,&nbsp;atau uang elektronik.Adopsi sistem pembayaran Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang dikeluarkan oleh BI juga mampu mendorong tumbuhnya bank digital. Menurut BI, &nbsp;jumlah merchant yang telah menggunakan QRIS mencapai 12,24 juta pada 5 November 2021. Jumlah ini naik 297,4% dibanding pada 22 Maret 2020 yang sejumlah 3,08 juta.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8449783/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Jika potensi itu bisa dimanfaatkan, bukan tidak mungkin kinerja bank digital akan semakin moncer ke depannya. Berbagai bank digital baru pun akan bermunculan ke permukaan.Pada saat ini saja, BI mencatat nilai transaksi bank digital terus bertumbuh. Tercatat, nilai transaksi bank digital hanya sebesar Rp17,1 ribu triliun pada 2017. Angkanya lalu melesat menjadi sebesar Rp40 ribu triliun pada 2021.BI pun memproyeksikan transaksi bank digital mencapai Rp48,6 ribu triliun pada 2022. Nilai tersebut meningkat 21,8% dibandingkan pada tahun sebelumnya.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1111528/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe> Kendati demikian, langkah bank digital untuk mendominasi perbankan di Indonesia masih harus menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah penetrasi internet di Indonesia yang masih belum merata.Tingkat penetrasi yang cukup tinggi baru ada di wilayah Jawa, Bali, dan beberapa provinsi Kalimantan. Tentu dengan kondisi seperti ini membuat bank digital masih cukup sulit untuk diadopsi secara merata di seluruh pelosok negeri.Selain itu, belum banyak masyarakat Indonesia yang memahami dengan baik karakteristik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan formal. Ini tergambar dari indeks literasi keuangan yang baru sebesar 38,03% dan indeks inklusi keuangan yang sebesar 76,19% pada 2019.Atas dasar itu perlu ada upaya untuk mendorong kedua hal tersebut semakin tinggi. Sehingga bank digital bisa turut meramaikan ekosistem perbankan tanah air.(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/menyusuri-performa-bank-mini-yang-kian-populer" rel="noopener noreferrer" target="_self">Menyusuri Performa Bank Mini yang Kian Populer</a>)

Pandemi Covid-19 semakin mendorong besarnya potensi bank digital untuk bersaing di pasar dalam negeri.  Bahkan, Bank Indonesia (BI) menilai bank digital memiliki potensi untuk mengubah struktur perbankan nasional di masa depan. 

Menilik Peluang Bank Digital Ubah Struktur Perbankan Nasional