Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)

Rupiah

kuriositas

Digital

ekonomi digital

bank indonesia

CBDC

rupiah digital

Comprehensive Report

Wacana penerbitan central bank digital currency&nbsp;(CBDC) bernama <a href="https://dataindonesia.id/tags/rupiah" rel="noopener noreferrer" target="_self">rupiah</a> digital menggaung di Indonesia. Adalah Bank Indonesia (BI) yang pertama kali menginisiasi wacana tersebut di tanah air.&ldquo;Bank Indonesia terus mendalami CBDC dan akhir tahun ini berada pada tahap untuk mengeluarkan white paper pengembangan rupiah digital,&rdquo; kata Deputi Gubernur BI Doni P Joewono dalam siaran pers, Selasa (12/7).Bukan tanpa alasan otoritas moneter tersebut mewacanakan terbitnya rupiah digital. Masifnya perkembangan pasar mata uang kripto di dalam negeri menjadi faktor pendorong BI untuk segera menerbitkan CBDC tersebut.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1639685/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Hal tersebut salah satunya terlihat dari data Badan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang menunjukkan total pelanggan terdaftar aset kripto sebanyak 15,08 juta orang hingga Juni 2022. Jumlah tersebut bertambah 962.038 orang dibandingkan sebulan sebelumnya. Jika dibandingkan setahun sebelumnya, total pelanggan terdaftar aset kripto telah bertambah 824.000 atau 120,5%. Pada Juni 2021, tercatat hanya ada 6,84 juta orang yang menjadi pelanggan aset kripto di dalam negeri.Terus bertambahnya jumlah pengguna aset kripto Indonesia menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia. Berdasarkan data Triple-a.io, jumlah pengguna kripto di Indonesia yang mencapai 12,24 juta orang pada 2021 berada di urutan kesembilan secara global.Posisi Indonesia tepat di bawah Rusia yang memiliki 14,65 juta pengguna kripto. Sementara, Amerika Serikat memimpin pengguna mata uang kripto di dunia dengan 46,02 juta pengguna.Survei yang dilakukan bursa mata uang kripto milik Amerika Serikat, Gemini juga menunjukkan besarnya potensi pasar mata uang digital tersebut di Indonesia. Berdasarkan hasil survei Gemini, Indonesia bersama Brasil menjadi negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi mencapai 41%.Survei juga mengungkapkan, 61% masyarakat Indonesia yakin bahwa aset kripto merupakan mata uang masa depan. Skor Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik, mengalahkan India (59%), Singapura (26%), dan Hong Kong (19%).<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10772554/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Sebenarnya, BI menilai aset kripto punya potensi untuk mengembangkan inklusi dan efisiensi sistem keuangan. Terlebih, masih banyak masyarakat Indonesia yang kini belum memiliki akses ke perbankan (unbanked).Data Global Finance menunjukkan, persentase unbanked di Indonesia sebesar 51% pada 2021. Ini berarti lebih dari setengah masyarakat di dalam negeri masih belum tersentuh akses perbankan.Sementara, laporan RedSeer menyatakan masih banyak pula populasi di Asia Tenggara yang kurang terlayani oleh perbankan (underbanked). Lebih dari 70% berada di Indonesia dan Asia Tenggara.Hanya saja, ada kekhawatiran bahwa kripto bisa menggerus dominasi institusi perbankan dan keberadaan bank sentral. Alasannya kripto merupakan aset yang terdesentralisasi dan anonim.Di samping itu, pasar kripto terkenal sangat volatil dan bisa mengganggu stabilitas ekonomi domestik. Volatilitas itu bisa dilihat dari pergerakan harga Bitcoin yang menjadi kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar saat ini.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/digital/detail/persaingan-mendulang-potensi-cuan-layanan-pesanantar-makanan" id="isPasted" target="_self">Persaingan Mendulang Potensi Cuan Layanan Pesan-Antar Makanan</a>)</blockquote><iframe src="https://flo.uri.sh/story/1639690/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dalam satu tahun terakhir, harga Bitcoin sempat mencapai Rp958 juta per koin pada November 2021. Namun, harganya telah turun drastis menjadi Rp353,93 juta per koin pada 29 Juli 2022.Volatilitas aset kripto juga bisa dilihat dari nilai transaksinya di Indonesia. Data Bappebti menunjukkan, nilai transaksi kripto di Indonesia cenderung mengalami penurunan sejak akhir tahun lalu. Pada Juni 2022, transaksi kripto tercatat hanya sebesar Rp20 triliun.Angka ini turun drastis hingga 65,5% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp58,06 triliun. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, nilai transaksi kripto menyusut 19,5% dari Rp24,86 triliun.Atas dasar itu, CBDC bisa menjadi pilihan yang logis sebagai mata uang digital. Sebab, konsep CBDC serupa dengan mata uang kripto, hanya saja harganya dipatok (pegged) dengan mata uang kartal di masing-masing negara,.Dengan demikian, efek positif yang dimiliki kripto dapat pula dirasakan melalui CBDC. Namun, risiko volatilitas tinggi yang selama ini terjadi di pasar kripto bisa dihindari.Selain itu, CBDC dikeluarkan langsung dan diatur oleh bank sentral suatu negara. Alhasil, CBDC bisa digunakan untuk kebijakan fiskal dan moneter tertentu serta pengawasannya lebih mudah ketimbang kripto.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10762114/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Melihat potensi itu, Indonesia tidak sendirian dalam melakukan riset dan pengembangan terkait penerbitan CBDC. Berdasarkan data CBDC Tracker hingga Mei 2022, ada 71 negara lainnya yang juga berada dalam tahapan tersebut. Sementara, 11 negara telah menerbitkan CBDC, antara lain Anguilla, Antigua dan Barbuda, Dominika, Grenada, Jamaika, Montserrat, Nigeria, Saint Kitts dan Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent dan Gredadines, serta Bahama. Sebanyak 14 negara sudah masuk tahap percontohan (pilot), termasuk China lewat yuan digital. Sebanyak 10 negara sudah non-aktif dari tahapan riset dan pengembangan CBDC. Sedangkan, hanya dua negara yang membatalkan proyek tersebut.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/melihat-kinerja-bank-digital-yang-tengah-naik-daun" id="isPasted" target="_self">Melihat Kinerja Bank Digital yang Tengah Naik Daun</a>)</blockquote> <h3>Diwarnai Kritik Lembaga Internasional</h3>Meski dianggap punya banyak keuntungan, masih ada sejumlah kritik terkait wacana penerbitan CBDC bernama rupiah digital di Indonesia. Salah satu kritik itu datang dari Bank Dunia yang menganggap CBDC tak akan langsung mendorong inklusi keuangan di masyarakat.Ini lantaran tidak semua masyarakat di Indonesia bisa mengakses mata uang digital tersebut di tengah rendahnya penetrasi internet. &ldquo;(CBDC) ini akan membawa perhatian kepada beberapa masalah terkait akses dan penggunaan yang lebih rendah,&rdquo; kata Lead Financial Sector Specialist Payment System Development Group Bank Dunia Harish Natarajan.Menurut Harish, BI harus memperhatikan para pemain, model bisnis, dan distribusi baru ketika menerbitkan CBDC. Ini termasuk pemain non-bank dan layanan berbasis agen serta model lainnya.Penerbitan CBDC juga harus disesuaikan dengan berbagai bentuk dan instrumen yang sudah biasa digunakan individu dan bisnis. Dengan demikian, banyak pengguna yang tertarik untuk memakai CBDC dalam kehidupan sehari-harinya.Harish pun menyoroti masalah perlindungan data dan privasi. &ldquo;Saya pikir privasi dan perlindungan data di sini tidak selalu berarti anonimitas penuh. Ini lebih kepada kenyamanan bahwa data transaksi tidak disalahgunakan,&quot; kata dia.Tak hanya Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) juga ragu CBDC termasuk rupiah digital bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat, terlebih ketika tidak menawarkan suku bunga. Justru, IMF mewanti-wanti adanya risiko perpindahan dana masyarakat dari perbankan ke CBDC saat krisis terjadi.&ldquo;Yang dikhawatirkan dari CBDC adalah pelarinan dari simpanan bank, meski perpindahannya mungkin berjalan lambat. Namun jika proses perpindahan berlangsung cepat, maka berisiko menimbulkan krisis keuangan,&rdquo; kata Kepala Divisi Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tomasso Mancini Griffoli.Sementara, Dosen FEB Universitas Muhammadiyah Surakarta Imron Rosyadi menilai, penerbitan rupiah digital punya risiko kerentanan data pribadi karena faktor anonimitas, terjadinya persaingan dominasi mata uang baru, dan persaingan di dunia digital. Selain itu, penerbitan rupiah digital dapat melemahkan fungsi intermediasi perbankan karena biaya pendanaan yang bertambah serta adanya kemungkinan volatilitas.Oleh karena itu, Imron menilai BI harus mengacu kepada sejumlah tujuan pokok dalam mengeksplorasi penerbitan rupiah digital. Pertama, menyediakan alat pembayaran digital yang bebas risiko dengan menggunakan uang bank sentral.Kedua, memitigasi risiko mata uang digital non-otoritas. Ketiga, memperluas efisiensi dan ketahapan sistem pembayaran, termasuk pembayaran lintas batas.Keempat, memperluas dan mempercepat inklusi keuangan. Kelima, menyediakan instrumen kebijakan moneter baru dan memfasilitasi distribusi subsidi fiskal.&ldquo;Dengan demikian, penerbitan CBDC tidak dilakukan secara gegabah dan asal mengikuti &lsquo;jejak&rsquo; aset kripto,&rdquo; kata Imron sebagaimana dilansir dari opininya di Bisnis.com.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/belenggu-ketimpangan-di-balik-membesarnya-ekonomi-indonesia" id="isPasted" target="_self">Belenggu Ketimpangan di Balik Membesarnya Ekonomi Indonesia</a>)</blockquote>

Bank Indonesia (BI) mewacanakan penerbitan CBDC bernama rupiah digital. Penerbitan mata uang digital itu punya peluang memanfaatkan perkembangan kripto, tanpa membawa dampak buruknya.

Siasat BI Menggarap Potensi Kripto lewat Rupiah Digital