Google, Temasek, dan Bain & Company

Jakpat

Momentum Works

Statista

kuriositas

Digital

ekonomi digital

pesan-antar makanan

pesan antar makanan

Market Intelligence

Pandemi Covid-19 telah mendorong tren digitalisasi meningkat pesat, tak terkecuali layanan <a href="https://dataindonesia.id/tags/pesanantar-makanan" rel="noopener noreferrer" target="_self">pesan-antar makanan</a> secara daring (online food delivery/OFD). Kewajiban menjaga jarak demi menghindari tertularnya virus corona membuat layanan OFD semakin diminati.Semakin maraknya penggunaan OFD di Indonesia pun tergambar dalam hasil riset Google, Temasek, dan Bain &amp; Company. Dalam kajian yang dirilis tahun lalu, tercatat 64% pengguna di Indonesia lebih sering menggunakan layanan OFD selama pandemi Covid-19.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1619099/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Hal itu pun membuat nilai penjualan bruto atau gross merchandise value (GMV) dari layanan OFD semakin besar di Indonesia. Data Google menunjukkan, GMV dari layanan OFD bersama transportasi daring mencapai US$6,9 miliar pada 2021. Jumlah itu meningkat 36% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar US$5,7 miliar.Data Redseer pun menunjukkan hal serupa. Nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) dari layanan OFD diproyeksikan mencapai US$5,1 miliar dengan tingkat penetrasi 2% pada 2022. Jumlah itu meningkat 21,43% dibandingkan pada tahun lalu yang sebesar US$4,2 miliar dengan tingkat penetrasi 1,7%.Tak hanya terus meningkat, pangsa pasar OFD di Indonesia pun ditaksir menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Ini terlihat dari laporan Momentum Works yang menunjukkan bahwa GMV layanan OFD di dalam negeri mencapai US$4,6 miliar sepanjang tahun lalu, tak jauh beda dari hasil riset Redseer.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10372368/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>GMV layanan pesan-antar makanan di Indonesia jauh di atas Thailand yang berada di posisi kedua dengan nilai US$4 miliar. Lalu, GMV layanan OFD di Singapura sebesar US$2,9 miliar.Malaysia dan Filipina memiliki GMV layanan OFD yang sama, yakni US$1,6 miliar. Sedangkan, GMV layanan OFD di Vietnam tercatat sebesar US$0,8 miliar.Adapun, data Tenggara Strategics menunjukkan bahwa mayoritas atau 43% pasar layanan OFD di Indonesia berusia kurang dari 25 tahun. Sebanyak 39% pasar OFD di dalam negeri merupakan penduduk di rentang usia 25-40 tahun.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1619106/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Pasar OFD di Indonesia yang berusia 41-56 tahun sebesar 16%. Sedangkan, ada 2% pasar OFD domestik yang berusia di atas 56 tahun.Lebih lanjut, 50% pengguna layanan OFD di Indoensia memiliki pengeluaran sebesar Rp1,2 juta hingga Rp3,6 juta setiap bulannya. Persentase pengguna layanan OFD yang memiliki pengeluaran sebesar Rp3,6 juta hingga Rp6 juta mencapai 23%.Kemudian, 15% pengguna layanan OFD di Indonesia memiliki pengeluaran sebesar Rp600.000 hingga Rp1,2 juta setiap bulannya. Sebanyak 4% pengguna punya pengeluaran di rentang Rp6 juta hingga Rp12 juta per bulan. Sedangkan, 1% sisanya memiliki pengeluaran lebih dari Rp12 juta per bulan.Besarnya pangsa layanan pesan-antar makanan di Indonesia tak hanya didorong oleh tren digitalisasi yang melesat ketika pandemi Covid-19. Di samping itu, masyarakat merasa adanya layanan pesan antar makanan membuat hidup mereka lebih nyaman.Bahkan, menurut riset Google, konsumen yang merasa nyaman dengan adanya jasa pesan-antar makanan daring menjadi yang paling tinggi dibandingkan layanan digital lainnya. Persentasenya tercatat mencapai 72%.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1619118/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Tak hanya itu, konsumen merasa pemesanan makanan secara daring telah menjadi rutinitas mereka, sebagaimana disampaikan 41% responden. Dalam riset Tenggara Strategics, konsumen memesan makanan secara daring dalam beragam momen dan konteks sosial, seperti untuk meningkatkan produktivitas (94%), menjelajahi tren kuliner terbaru (84%), dan bersosialisasi (76%).&quot;Pemesanan makanan online terjadi ketika konsumen &#39;ingin mendapatkan pilihan makanan secara cepat/instan&#39;, dan ketika &#39;merasa malas untuk mendapatkan makanan&#39;,&quot; tulis Tenggara Strategics dalam risetnya yang dirilis pada 15 Juni 2022.Lebih lanjut, kemudahan dalam mendapatkan makanan merupakan salah satu yang mendukung penggunaan layanan pesan-antar makanan. Penyedia jasa tersebut pun dianggap telah memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menyediakan layanan yang nyaman (97%), higienis (92%), beragam menu (98%), harga terjangkau (96%), dan aman (99%).<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/waswas-stok-kurban-saat-pmk-makin-ganas" id="isPasted" target="_self">Was-was Stok Kurban saat PMK Makin Ganas</a>)</blockquote> <h3>Bersaing Merebut Pasar Pesan-Antar Makanan</h3>Dengan melihat berbagai data tersebut, bisnis pesan-antar makanan di Indonesia dipercaya masih terus tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Momentum Works memproyeksi GTV dari layanan OFD di Indonesia dapat mencapai US$10,5 miliar dengan tingkat penetrasi mencapai 3% pada 2025.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1619126/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Berbeda, data Statista menunjukkan bahwa pendapatan dari bisnis OFD akan mencapai US$1,68 miliar pada 2023. Jumlah penggunanya juga akan naik menjadi sebanyak 28,7 juta orang pada tahun tersebut.Potensi besar tersebut pun telah dimanfaatkan oleh sejumlah penyedia layanan OFD untuk meraup keuntungan. Setidaknya, sudah ada empat platform digital yang berkompetisi sengit di sektor ini, yakni GoFood, GrabFood, ShopeeFood, dan TravelokaEats.Dari data JakPat, GoFood menjadi pemimpin layanan OFD lantaran selalu digunakan oleh 39% responden. Dalam tiga bulan terakhir, ada 61% responden yang menggunakan sub-layanan dari GoJek tersebut.Sebanyak 38% responden memilih untuk menggunakan ShopeeFood. Sementara, persentase responden yang menggunakan layanan tersebut dalam tiga bulan terakhir sebanyak 55%.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10575961/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Kemudian, 22% responden menyatakan selalu menggunakan GrabFood. Dalam tiga bulan terakhir, ada 43% responden yang menggunakan layanan OFD dari aplikasi tersebut.Sementara, hanya 1% responden yang selalu menggunakan Traveloka Eats. Persentase responden yang telah menggunakan Traveloka Eats dalam tiga bulan terakhir sebanyak 7%.Demi bisa merajai pangsa pasar, keempat penyedia layanan OFD tersebut pun punya berbagai strategi untuk menggaet konsumen. GoFood, misalnya, menyiapkan amunisi sebanyak 1 juta mitra merchants yang 99% di antaranya merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).Melansir dari BisnisIndonesia.id, GoFood pun beradu teknologi dengan menciptakan fitur personalisasi data yang memungkinkan pelanggan mendapatkan rekomendasi kuliner dari mitra UMKM di sekitar lokasi pelanggan, sesuai preferensi mereka. GoFood juga menciptakan fitur GoFood PLUS dan Order Sekaligus yang diklaim membuat pelanggan makin setia.&quot;Saat ini, fokus GoFood adalah untuk terus menghadirkan pengalaman kuliner yang menyenangkan, mulai dari menjelajah menu di aplikasi hingga pesanan sampai di tangan pelanggan,&quot; ujar VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina beberapa waktu lalu.GrabFood menjalankan program Apresiasi Mitra yang membuat para mitra berhak menerima cashback dari total pendapatan mereka di GrabFood berdasarkan kinerja bulanan. GrabFood juga meluncurkan Duta Perwira yang menyatukan komunitas merchant untuk saling berbagi, belajar, dan menginspirasi satu sama lain. Kemudian, GrabFood bekerja sama dengan koki selebritas untuk meluncurkan restoran baru di GrabKitchen.<blockquote>(Baca: Para Perintis, Tak Ada Ruang Menantang 3 Goliat Food Delivery!)</blockquote>Selain itu, para penyedia layanan OFD termasuk ShopeeFood dan Traveloka Eats gencar memberikan diskon dan promosi kepada para pelanggannya. Ini mengingat diskon atau promo menjadi pertimbangan utama konsumen ketika memesan makanan secara daring.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10502803/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Berdasarkan hasil survei JakPat, ada 76% responden yang melihat diskon dan promosi ketika memesan makanan di restoran atau kafe secara daring. Persentase responden yang mempertimbangkan lokasi atau jarak dalam memesan makanan di restoran atau kafe secara daring sebesar 60%.Lalu, menu yang sesuai menjadi pertimbangan oleh 58% responden. Ulasan di aplikasi juga menjadi pertimbangan 50% responden dalam memilih makanan di restoran atau kafe secara daring.Kemudian, pertimbangan karena sudah sering berlangganan dinyatakan oleh 39% responden. Rekomendasi dari teman dan keluarga menjadi pertimbangan pemesanan makanan secara daring oleh 32% reponden.Ada pula 30% responden yang mempertimbangkan memesan makanan secara daring berdasarkan rekomendasi dari aplikasi. Sebanyak 25% responden mempertimbangkan tren di media sosial ketika memesan makanan secara daring. Lalu, 19% responden mempertimbangkan rekomendasi dari pemengaruh atau influencer.<blockquote>(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/digital/detail/musim-dingin-startup-di-tengah-minimnya-arus-modal" id="isPasted" target="_self">Musim Dingin Startup di Tengah Minimnya Arus Modal</a>)</blockquote>

Potensi pasar dari layanan pesan-antar makanan secara daring (OFD) di Indonesia semakin besar. Sejumlah penyedia layanan tersebut pun bersaing meraup cuan.

Persaingan Mendulang Potensi Cuan Layanan Pesan-Antar Makanan