Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi penerimaan pajak telah mencapai Rp1.448,2 triliun hingga Oktober 2022. Nilai tersebut tumbuh 51,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp953,8 triliun.
Berdasarkan sektornya, industri pengolahan atau manufaktur menyumbang pajak paling besar bagi Indonesia. Sektor ini berkontribusi hingga 29,4% dari total penerimaan pajak hingga Oktober 2022.
Sektor yang memberi kontribusi terbesar kedua kepada perpajakan adalah perdagangan, yakni 24,8%. Selanjutnya, sektor jasa keuangan dan asuransi memberi andil sebesar 10,6% terhadap total penerimaan pajak.
Sektor pertambangan dilaporkan menyumbang 8,5% terhadap penerimaan pajak tanah air. Kontribusi pajak dari sektor konstruksi dan real estat tercatat sebesar 4%.
Sementara, sektor transportasi dan pergudangan memiliki kontribusi kepada pajak sebesar 3,7%. Adapun, sumbangan pajak dari sektor informasi dan komunikasi serta jasa perusahaan masing-masing sebesar 3,6% dan 2,9%.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, kinerja penerimaan pajak yang baik ini masih dipengaruhi oleh tren peningkatan harga komoditas. Hal itu juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang ekspansif di berbagai sektor dan daerah.
Di samping itu, Sri Mulyani menyebut naiknya penerimaan pajak disebabkan oleh basisnya yang rendah pada 2021. Hal lain yang juga mempengaruhi adalah implementasi Undang-undang Harmonisasi Peraturan Pajak (HPP) yang menambah kapasitas penerimaan pajak.
(Baca: Penerimaan Pajak Oktober 2022 Capai 97,5% dari Target APBN 2022)