Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75% pada September 2023. Angka tersebut bertahan selama sembilan bulan sejak Januari 2023.
Bank sentral juga tidak mengubah suku bunga deposit facility sebesar 5%. Begitu pula dengan suku bunga lending facility yang bertahan di level 6,5%.
Keputusan tersebut konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
BI menyatakan bahwa fokus kebijakan diarahkan untuk mengendalikan stabilitas nilai tukar rupiah. Hal tersebut sebagai langkah antisipasi dari dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit perbankan kepada dunia usaha. Ini dilakukan melalui kebijakan insentif likuiditas dengan fokus kepada hilirisasi, perumahan, pariwisata, dan pembiayaan inklusif dan hijau yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Oktober 2023.
Adapun, BI memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,5%-5,3% pada 2023. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didorong oleh permintaan domestik seiring dengan kenaikan konsumsi rumah tangga.
Sedangkan, bank sentral memperkirakan ekonomi global tetap tumbuh 2,7% secara tahunan (yoy) pada 2023. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan tumbuh semakin kuat, sedangkan China cenderung melambat.
Adapun inflasi di negara maju masih tetap tinggi, karena berlanjutnya tekanan inflasi jasa, keketatan pasar tenaga kerja, dan meningkatnya harga minyak. Perkembangan ini mendorong tetap tingginya suku bunga kebijakan moneter di negara maju yang mengakibatkan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
(Baca: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% pada Agustus 2023)