Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Indonesia sebesar 2,28% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 115,44 pada September 2023. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2023 yang sebesar 3,27% (yoy).
Sementara, tingkat inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) sebesar 0,19% pada September 2023. Ini berbalik dibandingkan bulan sebelumnya ketika Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,02%.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga dari sebagian besar kelompok pengeluaran. Secara tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan inflasi paling tinggi hingga 4,17% (yoy) dan andil 1,08%.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mencatatkan inflasi sebesar 3,68% dengan andil 0,23%. Lalu, inflasi di kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,40% dengan andil 0,21%.
Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi tahunan, yakni biaya kontrak rumah, emas perhiasan, biaya sewa rumah, upah asisten rumah tangga, ikan segar, dan biaya kuliah. Lalu, rokok kretek filter, rokok putih, rokok kretek, tarif kereta api, dan tarif air minum PAM. Ada pula beras, bawang putih, daging ayam ras, kentang, dan tahu mentah.
Secara bulanan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan inflasi sebesar 0,35% (m-to-m) dengan andil 0,09%. Setelahnya ada kelompok transportasi yang mencatatkan inflasi sebesar 0,29% (m-to-m) dengan andil 0,04%.
Komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan, antara lain bensin, rokok kretek filter, beras, dan daging sapi. Kemudian, tarif pulsa ponsel dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi.
Menurut wilayahnya, tingkat inflasi tahunan paling tinggi terjadi di Manokwari, yakni 5,26% (yoy). Sementara, inflasi terendah terjadi di Kota Manado sebesar 1,16% (yoy).
Secara bulanan. inflasi paling tinggi terjadi di Tanjung Pandan, yakni 1,41% (m-to-m). Sementara, deflasi terdalam terjadi di Kota Manokwari yang mencapai 1,7% (m-to-m).
(Baca: Ini 8 Kota dengan Inflasi Tahunan Tertinggi pada Agustus 2023)