Badan Pusat Statistik (BPS)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin)

Central Intelligence Agency

Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI)

kuriositas

impor

produksi

garam

Comprehensive Report

Julukan negara maritim melekat erat dengan Indonesia. Ini mengingat tanah air memiliki wilayah perairan yang jauh lebih luas dibandingkan daratannya.Atas dasar itu, tak heran jika Indonesia mampu menjadi salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Menurut Central Intelligence Agency (CIA), Indonesia berada di urutan ketiga negara dengan garis pantai terpanjang. <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8650362/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Indonesia tercatat memiliki garis pantai yang membentang sepanjang 54.716 kilometer (km). Posisi Indonesia hanya berada di bawah Kanada dan Norwegia dengan garis pantai masing-masing sepanjang 202.080 km dan 44.087 km.Dengan garis pantai yang besar tersebut, Indonesia sebenarnya punya lahan potensial untuk tambak <a href="https://dataindonesia.id/tags/garam" rel="noopener noreferrer" target="_self">garam</a>. Hal itu pun seharusnya membuat produksi garam Indonesia mampu mencukupi kebutuhannya di dalam negeri.Kenyataannya, Indonesia masih mengimpor garam setiap tahunnya. Rata-rata impor garam setiap tahun bahkan mencapai 2,36 juta ton sejak 2010-2020.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8651144/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Pada 2010, Indonesia tercatat mengimpor garam sebanyak 2,08 juta ton. Impor garam kemudian naik 36,54% menjadi 2,84 juta ton setahun berikutnya.Impor garam sempat menurun pada 2012 dan 2013, tapi kembali meningkat menjadi sebanyak 2,22 juta ton pada 2014. Setahun setelahnya, impor garam berkurang jadi 1,86 juta ton. Angkanya kemudian merangkak naik lagi hingga mencapai 2,84 juta ton pada 2018.Impor garam tercatat menurun 8,45% menjadi 2,6 juta ton pada 2019. Sedangkan, impor garam naik 0,38% menjadi 2,61 juta ton pada 2020.Terlepas dengan julukan negara maritim serta garis pantai yang panjang, Indonesia masih melakukan impor garam dengan jumlah yang cukup besar. Indonesia rata-rata mengimpor garam sebesar 2,36 juta ton tiap tahunnya.Pada awalnya, impor garam telah dilakukan sebesar 2,08 juta ton pada 2010. Tahun berikutnya, impor garam naik tajam yaitu 36,54% menjadi 2,84 juta ton.Impor garam pun mengalami penurunan pada 2012 yang menjadi 2,22 juta ton. Penurunan masih berlanjut hingga 2013 yang sebesar 1,92 juta ton.Impor garam kemudian naik pada 2014 menjadi 2,27 juta ton, namun kembali menurun tahun berikutnya menjadi 1,86 juta ton. Selanjutnya, impor garam merangkak naik tiap tahunnya hingga 2018 yang mencapai puncaknya yaitu sebesar 2,84 juta ton.Impor garam kemudian turun 8,45% menjadi 2,6 juta ton pada 2019. Pada tahun selanjutnya, impor garam naik 0,38% menjadi 2,61 juta ton.Lebih lanjut, pemerintah telah menyepakati alokasi impor garam industri sebanyak 3,07 juta ton. Alokasi itu untuk empat sektor usaha, yakni khlor alkali, aneka pangan, farmasi dan kosmetik, serta pengeboran minyak. <iframe src="https://flo.uri.sh/story/1132107/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:800px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Tingginya impor garam ini terjadi karena produksi domestik tak mampu memenuhi kebutuhan yang besar di dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kebutuhan garam Indonesia mencapai 4,46 juta ton pada 2020. Jumlah itu naik 6,95% dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,17 juta ton.Jika dirinci, kebutuhan garam paling banyak untuk industri manufaktur, yakni 3,74 juta ton. Kebutuhan garam untuk komersial berada di posisi kedua dengan 377.422 ton.Kebutuhan garam untuk rumah tangga sebesar 321.541 ton. Kemudian, kebutuhan garam untuk sektor peternakan dan perkebunan sebesar 21.052 ton.Data berbeda disampaikan oleh Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI). Menurut AIPGI, rata-rata kebutuhan garam per tahunnya dapat mencapai 4,04 juta ton.Mayoritas garam digunakan untuk industri khlor alkali sebanyak 2,5 juta ton. Kebutuhan garam untuk industri aneka pangan dan pengasinan ikan masing-masing sebanyak 625.000 ton dan 550.000 ton.Kebutuhan garam untuk penyamakan kulit sebesar 40.000 ton. Lalu, kebutuhan garam untuk pakan ternak dan pengeboran minyak sama-sama sebesar 35.000 ton. Kebutuhan garam untuk water treatment sebesar 20.000 ton.Ada pula kebutuhan garam untuk farmasi sebesar 6.000 ton. Untuk industri/kegiatan lain, kebutuhan garam sebesar 70.000 ton. Baru sisanya sebanyak 650.000 ton dipakai untuk konsumsi rumah tangga.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8628541/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Sementara itu, BPS mencatat produksi garam tanah air hanya sebesar 1,37 juta ton pada 2020. Jumlah itu turun 51,93% dari tahun sebelumnya yang sebanyak 2,85 juta ton.Dilihat trennya sejak 2015-2020, produksi garam berfluktuasi. Produksi garam paling besar terjadi pada 2015 yang sebanyak 2,91 juta ton. Angkanya kemudian anjlok menjadi 0,12 juta ton.Produksi garam kembali merangkak naik hingga mencapai 2,85 juta ton pada 2019. Walau demikian, jumlah produksi garam kembali turun pada 2020.Dengan demikian, AIPGI menyebut rata-rata produksi garam setiap tahunnya di kisaran 1,6-1,8 juta ton. Itu pun &nbsp;tak semua garam produksi lokal bisa diserap industri.&ldquo;Garam lokal yang diserap hanya sekitar 1,1 juta ton,&rdquo; kata Ketua Umum AIPGI Tony Tanduk kepada DataIndonesia pada Kamis (10/02). <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8671814/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe> Belum terserapnya seluruh produksi garam lantaran kualitasnya belum cocok dipakai untuk industri. Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), garam produksi lokal baru bisa memenuhi kebutuhan untuk garam konsumsi yang membutuhkan kandungan NaCl minimal 94% atau berada di kualitas 1.Sementara, industri membutuhkan garam dengan kadar NaCl di atas 97%. Alhasil, Indonesia harus melakukan impor garam dengan jumlah cukup besar.Ada sejumlah alasan mengapa garam lokal belum mampu memenuhi kualitas industri. Salah satunya karena minimnya luas lahan garam di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia hanya memiliki lahan garam seluas 27.047,65 hektare.Dari jumlah itu, seluas 22.592,65 hektare merupakan lahan garam rakyat dengan jumlah petambak sebanyak 19.503 orang. Sedangkan, 4.455 hektare lainnya milik PT Garam.Minimnya luas lahan ini membuat impuritas dan kandungan air dalam produksi garam lokal tinggi. Belum lagi air laut di Indonesia banyak bercampur dengan air tawar dan tercemar polutan tertentu.Faktor lainnya yang membuat kualitas garam lokal rendah adalah curah hujan tinggi di area produksi. Musim kemarau dengan paparan panas tinggi di Indonesia berlangsung relatif pendek, yakni 3-4 bulan per tahun.Lebih lanjut, teknik produksi garam di Indonesia masih banyak dilakukan dengan metode konvensional dan minim intervensi teknologi, seperti ulir filter, geomembran, continuously dynamic mixing (CDM), dan greenhouse salt tunnel (GST). Padahal, teknologi tersebut dapat membantu meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi, hingga mendorong kualitas garam.Atas dasar itu, pemerintah perlu mendorong penerapan inovasi teknologi dalam produksi garam. Dengan demikian, kualitas garam lokal dapat meningkat dan sesuai kebutuhan industri.Pemerintah pun harus mendorong kuantitas produksi garam nasional dan memfasilitasi penyerapannya ke industri secara maksimal. Dengan demikian, kesejahteraan petani garam dapat meningkat dan mendukung ketersediaan bahan baku garam bagi sektor industri.(Baca: <a href="https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/langkah-umkm-menyintas-pandemi-lewat-digitalisasi" rel="noopener noreferrer" target="_self">Langkah UMKM Menyintas Pandemi lewat Digitalisasi</a>)

Julukan negara maritim melekat erat dengan Indonesia. Kendati, Indonesia masih melakukan impor garam dengan jumlah besar setiap tahunnya. Mengapa terjadi?

Ironi Impor Garam di Negara Maritim