Badan Pusat Statistik (BPS)

Bank Indonesia (BI)

Google, Temasek, dan Bain & Company

Masyarakat Industri Kreatif Digital Indonesia (MIKTI)

Startup Ranking

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

UOB, PwC, dan SFA

We Are Social

Internet

Digital

ekonomi digital

Indonesia punya mimpi menjadi raksasa <a href="https://dataindonesia.id/tags/342/digital" rel="noopener noreferrer" target="_self">digital</a> di masa mendatang. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, kekuatan digital Indonesia kelak bisa bersaing dengan China dan India.&quot;Potensi besar menjadi raksasa digital ini bisa membawa kita menjadi ekonomi terbesar dunia ketujuh pada 2030,&quot; kata Jokowi dalam acara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Virtual Innovation Day 2021 pada Oktober lalu.Mimpi tersebut tak hadir dari ruang hampa. Indonesia memang memiliki sejumlah potensi digital yang cukup besar. Ini salah satunya terlihat dari jumlah pengguna internet Indonesia yang terus bertumbuh pesat.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1075783/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Berdasarkan laporan We Are Social berjudul Digital 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia hanya 72,7 juta orang pada 2015. Dalam waktu enam tahun, jumlah tersebut meroket hingga 178,68% menjadi 202,6 juta orang.Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukan penetrasi internet yang terus tumbuh di Indonesia. Pada 2016, baru seperempat atau 25,37% penduduk Indonesia yang mengakses internet. Empat tahun kemudian, penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 53,73%.Seiring hal tersebut, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan. Mengutip data dari We Are Social, pengguna aktif media sosial di dalam negeri tercatat sebanyak 72 juta akun pada 2015. Angkanya kemudian naik 136,11% menjadi 170 juta akun pada 2021.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1075786/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Tak hanya media sosial, masyarakat pun semakin adaptif dengan pembayaran berbasis elektronik. Ini tecermin dari jumlah uang elektronik yang beredar sebanyak 558,96 juta pada November 2021.Nilai transaksi uang elektronik juga mengalami pertumbuhan 94,65% (yoy) dari Rp16,08 triliun menjadi Rp31,3 triliun pada November 2021. Sepanjang tahun ini, nilai transaksi uang elektronik telah tumbuh dari Rp20,75 triliun pada Januari 2021 atau naik 0,5% pada November 2021.<iframe src="https://flo.uri.sh/story/1075788/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Besarnya pasar digital di Indonesia turut membuat perusahaan rintisan (startup) menjamur di tanah air. Menurut Startup Ranking mencatat, Indonesia memiliki 2.324 startup per Desember 2021.Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak kelima di dunia. Posisi Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat dengan 70.468 startup, India 12.283 startup, Inggris 6.124 startup, dan Kanada 3.204 startup.BPS juga mencatat, jumlah usaha yang berjualan secara daring (online) di Indonesia mencapai 2,36 juta unit pada 2020. Proporsi tersebut telah mencapai 25,25% dari total bisnis di Indonesia pada tahun lalu.Berdasarkan wilayahnya, mayoritas atau 75,16% pelaku usaha daring masih berasal dari Pulau Jawa. Ini menandakan bahwa potensi dari usaha daring ini masih sangat besar, dilihat dari jumlahnya yang minim di luar Jawa.Hal lain yang berpotensi mendorong potensi ekonomi digital Indonesia adalah semakin berkembangnya perusahaan teknologi finansial (fintech). Pasalnya, kehadiran fintech akan mendorong adopsi uang elektronik semakin luas di masyarakat.Laporan UOB, PwC, dan SFA menyebutkan, jumlah fintech&nbsp;tercatat hanya sebanyak 440 unit pada 2017. Jumlah itu terus tumbuh hingga mencapai 783 unit pada tahun ini.Banyaknya startup, usaha daring, dan fintech ini juga didukung oleh besarnya skala perusahaan penyedia pusat data (data center) di dalam negeri. Data Center Journal mencatat, Indonesia memiliki pusat data terbanyak di Asia Tenggara, yaitu 74 unit.Pusat data akan membantu perusahaan, khususnya yang menggunakan ekosistem internet, untuk memastikan kelancaran operasional. Selain itu, keberadaan pusat data akan mendorong perusahaan tersebut untuk mengembangkan produk ataupun layanannya.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8066410/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe> <iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8076594/embed" title="Interactive or visual content" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Dengan berbagai hal tersebut, tak heran jika Indonesia punya potensi ekonomi digital yang besar. Berdasarkan hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain &amp; Company, gross market value (GMV) dari ekonomi digital Indonesia mencapai US$70 miliar pada 2021, menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.Potensi ekonomi digital tersebut pun masih akan terus tumbuh ke depannya. Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain &amp; Company, tingkat pertumbuhan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) dari ekonomi digital Indonesia sebesar 20%, sehingga GMV-nya menjadi US$146 miliar pada 2025.Secara rinci, GMV dari e-commerce di Indonesia &nbsp;merupakan yang terbesar, yakni US$53 miliar pada tahun ini. Sektor layanan transportasi &amp; antarmakanan berada di posisi kedua dengan GMV sebesar US$6,9 miliar.GMV dari sektor media daring tercatat sebesar US$6,4 miliar. Kemudian, sektor agen perjalanan daring diproyeksi menghasilkan GMV sebesar US$3,4 miliar.<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/7225721/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:850px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe><iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/8217824/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" frameborder="0"></iframe>Meski demikian, Indonesia masih punya sejumlah tantangan untuk memanfaatkan potensi ekonomi digital tersebut. Salah satunya adalah kecepatan internet di Indonesia yang masih rendah dibanding negara Asia Tenggara lainnya.Pada Juli 2021, Speedtest.net mencatat kecepatan unduhan untuk mobile dan fixed broadband di Indonesia masing-masing hanya sebesar 21,35 Mbps dan 25,58 Mbps. Dengan kecepatan unuhan ini, Indonesia menempati urutan kedua terendah di kawasan.Selain itu, penetrasi internet di Indonesia masih belum merata di seluruh wilayah. Di satu sisi, ada provinsi yang punya penetrasi internet sangat tinggi. Di sisi lain, beberapa provinsi punya persentase penduduk mengakses internet yang sangat minim.Sebagai gambaran, penetrasi internet di Jakarta telah mencapai 77,61% pada 2020. Sementara, hanya 25,52% penduduk Papua yang telah mengakses internet.

Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang besar. Bahkan, Jokowi menyebut Indonesia mampu menjadi raksasa digital di masa mendatang.

Potensi Besar Indonesia Jadi Raksasa Digital