Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$392,2 miliar pada akhir Oktober 2023. Nilainya turun 0,39% dibandingkan pada bulan sebelumnya (month-to-month/m-to-m) yang sebesar US$393,74 miliar.
Namun, ULN Indonesia mengalami kenaikan 0,61% dibandingkan setahun sebelumnya (year on year/yoy) yang sebesar US$389,82 miliar. Secara kuartalan (quarter to quater/q-to-q), ULN Indonesia pada akhir Oktober 2023 terkoreksi 1,3%.
Secara rinci, ULN Indonesia yang berasal dari pemerintah sebesar US$185,1 miliar pada akhir Oktober 2023. Nilainya turun 1,68% secara bulanan (m-to-m), tapi meningkat 3% secara tahunan (yoy).
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor nonresiden di pasar surat berharga negara (SBN) domestik. Ini seiring dengan volatilitas di pasar keuangan global yang meningkat.
Ada pula ULN yang berasal dari bank sentral senilai US$10,1 miliar. Jumlah itu lebih tinggi 6,9% secara bulanan (m-to-m) dan 22% dibandingkan setahun sebelumnya (yoy).
Sementara, ULN swasta tercatat sebesar US$196,94 miliar pada akhir Oktober 2023. Angka tersebut naik 0,11% secara bulanan (m-to-m), tapi turun 2,5% secara tahunan (yoy).
Kondisi tersebut disebabkan oleh turunnya ULN lembaga keuangan sebesar 2,4% (yoy). Selain itu, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan mengalami kontraksi sebesar 2,5% (yoy)
Menurut BI, struktur ULN Indonesia tetap sehat karena didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang turun menjadi 28,7%.
Struktur ULN Indonesia juga tetap sehat karena didominasi ULN berjangka panjang. Pangsanya tercatat sebesar 86,8% dari total ULN pada akhir Oktober 2023.