Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (9/11) di bursa berjangka Malaysia. Penurunan harga CPO terjadi seiring adanya tanda-tanda deflasi dari China.
Adapun pelaku pasar juga masih menantikan data resmi terkait pasokan dan permintaan domestik dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) untuk arahan lebih lanjut.
Tercatat harga CPO berjangka di Malaysia untuk kontrak Desember 2023 ditutup melemah 23 poin atau 0,62% dari sebelumnya RM3.707/ton ke level RM3.684/ton.
Untuk kontrak Januari 2023, harga CPO berjangka di Malaysia juga terkoreksi 25 poin atau 0,66% dari RM3.768/ton ke level RM3.743/ton. Sementara itu, harga CPO berjangka untuk kontrak Februari 2023 lebih rendah 23 poin atau 0,60% dari RM3.802/ton ke level RM3.779/ton.
Mengutip Reuters, Lingam Supramaniam, Direktur Pialang Minyak Nabati Pelindung Bestari di Kuala Lumpur memperkirakan harga kelapa sawit masih akan berada pada kisaran terbatas hingga laporan MPOB dirilis.
Sementara itu, indeks harga konsumen China mengalami penurunan dan deflasi di tingkat pabrik terus berlanjut untuk periode Oktober. Kondisi itu terjadi bahkan ketika negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia masih berjuang untuk bangkit dari kemerosotan pascapandemi.
Adapun Mitesh Saiya, Manajer Perdagangan di Kantilal Laxmichand and Co yang berbasis di Mumbai menilai saat musim hujan dimulai di Malaysia maka produksi minyak sawit bisa terganggu jika terjadi banjir.
Di sisi lain, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian turun 0,2%, dan kontrak minyak sawit melemah 1%. Adapun Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade menguat 0,5%.
(Baca: Data Penutupan Harga CPO di Bursa Malaysia (8 November 2023))