Didorong Minyak Nabati Pesaing, CPO Menguat Selama Sepekan

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mengalami tren menguat dalam sepekan terakhir. Kenaikan harga ini mengikuti kekuatan minyak nabati pesaing karena kekhawatiran terbatasnya stok akibat konflik Rusia-Ukraina.

Winarni

25 Apr 2022 - 09.58

Data

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mengalami tren menguat dalam sepekan terakhir. Kenaikan harga ini mengikuti kekuatan minyak nabati pesaing karena kekhawatiran terbatasnya stok akibat konflik Rusia-Ukraina.

Adanya peningkatan upah tenaga kerja perkebunan sawit Malaysia yang akan dimulai awal Mei 2022 turut menjadi sentimen pendorong harga CPO. Selain itu, harga CPO dipengaruhi adanya rencana peningkatan impor minyak sawit dari India beberapa bulan mendatang. 

Pada penutupan perdagangan Jumat (22/04), harga CPO untuk kontrak Mei 2022 sebesar RM6.871/ton. Harga tersebut naik 189 poin atau 2,83% dibandingkan pada sepekan sebelumnya yang berada di level RM6.682/ton.  

Untuk kontrak Juni 2022, harga CPO berjangka di Malaysia juga menguat ke level RM6.625. Harga tersebut naik 157 poin atau 2,43% dibandingkan penutupan Jumat (15/04) sebesar RM6.468/ton. 

Sementara itu, harga CPO berjangka untuk kontrak Juli 2022 ditutup senilai level RM6.355/ton. Nilai itu menguat 35 poin atau 0,55% dari tujuh hari sebelumnya yang sebesar RM6.320/ton. 

CPO sempat terkoreksi karena adanya data ekspor Malaysia yang lebih rendah dari perkiraan pasar. Melansir dari Reuters, berdasarkan data surveyor kargo, nilai ekspor dari Malaysia turun 14%-18% pada 1-20 April 2022 dibandingkan sebulan sebelumnya. 

Kepala Riset Sunvin Group Anilkumar Bagani mengatakan, data tersebut berbeda dengan ekspektasi pasar bahwa pengiriman sawit dari Negeri Jiran akan lebih kuat karena pajak ekspor Indonesia yang lebih tinggi. Indonesia sebelumnya telah menetapkan harga referensi minyak sawit mentah senilai US$1.657,39/ton pada Mei 2022, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,787,5 per ton.

Sedangkan, pasokan minyak kedelai di Amerika Selatan terbatas karena cuaca ekstrem menyebabkan kekeringan dan perang Rusia-Ukraina telah menghentikan ekspor minyak biji bunga matahari.

Selain itu, perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan membatasi ekspor minyak bunga matahari di Laut Hitam. Alhasil, pembeli akan beralih ke minyak nabati alternatif.

Harga minyak mentah juga naik karena Uni Eropa berencana melarang impor emas hitam Rusia. Ini membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.

Lebih lanjut, krisis tenaga kerja asing di perkebunan sawit melanda Malaysia. Asosiasi Pemilik Perkebunan Kelapa Sawit Sarawak (SOPPOA) mendesak pemerintah Malaysia untuk mengizinkan perekrutan tenaga kerja selain dari Indonesia. 

Tenaga kerja perkebunan sawit Malaysia sebanyak 80% berasal dari negara asing. Ini berakibat melonjaknya upah pekerja perkebunan yang sangat membebani perusahaan sawit Malaysia sebagai produsen utama kedua dunia.

Di sisi lain, permintaan minyak sawit dari India diprediksi meningkat menjadi lebih dari 600.000 ton pada April 2022. Sebulan setelahnya, volume impor CPO diperkirakan mencapai lebih dari 650.000 ton.

(Baca: Harga CPO Menguat Tipis Terdorong Minyak Nabati Pesaing)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags