Harga Batu Bara Anjlok Tiga Hari Beruntun

Harga batu bara telah ambles dalam tiga hari beruntun. Ini salah satunya disebabkan banyak negara di dunia yang mendorong transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

Edo Ardiansyah

1 Des 2021 - 14.02

Data

Komoditas batu bara tengah menghadapi tantangan seiring meningkatnya penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan. Pasalnya, sumber energi batu bara menghasilkan emisi karbon yang sangat besar dan memicu perubahan iklim.

Hal itu pun membuat harga batu bara kembali ambles. Pada perdagangan Rabu (1/12), harga batu bara di bursa ICE Newcastle merosot 4,58% menjadi US$152/ton pada pukul 11.30 WIB.

Ini merupakan hari ketiga harga batu bara mengalami penurunan berturut-turut. Padahal, komoditas tersebut sempat mengalami kenaikan harga pada awal pekan lalu.



 

Pelemahan tersebut dikarenakan berbagai negara di belahan dunia mulai bersepakat untuk semakin gencar mendorong transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) demi mencapai netral karbon. Begitu pula dengan Indonesia yang serius untuk lebih banyak menggunakan EBT dan perlahan menggeser batu bara. Bahkan, untuk menuju netral karbon pada 2060, pemerintah berencana mempensiunkan PLTU dalam beberapa tahun mendatang.

Selain itu, sentimen dari China menjadi penyebab merosotnya harga batu bara. Diketahui bahwa pemerintah China sedang gencar melakukan berbagai cara agar harga batu bara bisa lebih murah. 

Beberapa langkah yang ditempuh Negeri Tirai Bambu dengan menggenjot produksi, memberikan sanksi bagi produsen yang tidak memenuhi kuota produksi tertentu, sampai pengawasan di lapangan oleh aparat keamanan. Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) pun memanggil para produsen batu bara untuk merumuskan mekanisme pengendalian harga yang efektif.

China memang berkepentingan menekan harga batu bara. Sekitar 60% pembangkit listrik di negara tersebut menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer. Mahalnya harga batu bara membuat pasokan listrik sempat tersendat sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang tidak perlu.

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags