Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ditutup melemah pada perdagangan Senin (13/12). Penurunan harga CPO terseret oleh melemahnya sejumlah minyak saingan, meski masih dibatasi oleh perkiraan produksi dan stok Desember yang kian ketat.
Berdasarkan data perdagangan bursa derivatif Malaysia, harga CPO untuk kontrak Desember 2021 sebesar RM5.238/ton pada akhir penutupan perdagangan kemarin (13/12). Nilai itu turun 4 poin atau 0,08% dari penutupan sesi sebelumnya yang sebesar RM5.048/ton.
Harga CPO untuk kontrak Januari 2022 juga terkoreksi sebesar 4 poin atau 0,08% dari RM5.052 ke level RM5.048/ton. Kemudian, harga CPO untuk kontrak Februari 2022 melemah 8 poin atau 0,17% dari RM4.800/ton menjadi RM4.792/ton.
Sementara, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian Commodity Exchange telah tergelincir 1,4%. Sementara, kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 1,7%.
Lebih lanjut, stok akhir minyak sawit Malaysia untuk November mengalami penurunan bulanan yang lebih kecil dari perkiraan sebesar 0,96%. Ini karena kenaikan ekspor yang juga lebih minim dari ekspekstasi, sebagaimana rilis data Dewan Minyak Sawit Malaysia pada Jumat (10/12).
Data MPOB telah memicu sentimen bearish, tapi penurunan pasar dibatasi oleh pasokan yang terus mengetat di tengah lemahnya produksi musiman bulan ini. "Produksi selama 10 hari pertama Desember berpotensi turun 2,7% dibandingkan periode yang sama bulan lalu," kata Revinitif dikutip dari Reuters.
Kepala penelitian perkebunan reguonal CGS-CIMB Research, Ivy Ng memperkirakan, stok CPO juga cenderung turun 7,1% secara bulanan menjadi 1,69 juta ton pada Desember 2021. Selain itu, output diperkirakan turun 5%, sedangkan ekspor naik 2%.
(Baca: Harga CPO Lanjutkan Pelemahan Jelang Rilis Data Ekspor Malaysia)