Harga minyak dunia bergerak menguat selama sepekan terakhir, berbalik dari penurunan pekan sebelumnya. Hingga perdagangan Jumat (19/5) petang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange pukul 15.10 WIB bergerak di level US$72,27 per barel.
Nilai tersebut lebih tinggi 3,18% dibandingkan dengan harga pekan sebelumnya yang senilai US$70,04 per barel. Sementara itu, harga Brent di ICE Futures Europe menguat 2,93% menjadi US$76,34 per barel lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya US$74,17 per barel.
Minyak menguat selama sepekan ditopang oleh rencana AS untuk membeli minyak untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR). Departemen Energi AS pada awal pekan sebelumnya mengatakan berencana membeli 3 juta barel minyak mentah untuk SPR untuk pengiriman pada Agustus, dan meminta agar penawaran diajukan paling lambat 31 Mei.
Hal ini meberikan dorongan pasar dan memberikan harapan akan naiknya permintaan bahan bakar. Selain itu kebakaran hutan yang terjadi di Kanada memicu kekhawatiran pasokan dan mendorong kenaikan harga minyak.
Minyak juga mendapat dorongan dari optimisme pasar atas kenaikan plafon utang AS sehingga dapat menurunkan risiko gagal bayar.
Sebagaimana diketahui, Presiden AS Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy menegaskan kembali tujuan mereka untuk mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang federal sebesar US$31,4 triliun. Kedua pihak pun sepakat untuk berbicara segera pada pekan depan.
Di sisi lain, penguatan harga minyak juga didukung oleh ekspektasi kenaikan permintaan China sepanjang 2023.
(Baca: Harga Minyak Rebound Ditopang Optimisme Pasar terhadap AS)