Harga minyak mentah terpantau menguat sepanjang September 2023. Pergerakan harga emas hitam tersebut melanjutkan kenaikan yang terjadi pada bulan sebelumnya.
Secara rinci, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange terpantau sebesar US$91,75 per barel hingga Jumat (29/9) pukul 14.40 WIB. Nilainya meningkat 7,25% dibandingkan pada awal September 2023 yang sebesar US$85,55 per barel.
Kemudian, harga minyak jenis Brent di ICE Futures Europe sebesar US$93,12 per barel. Harganya juga lebih tinggi 5,16% dibandingkan pada awal bulan ini yang sebesar US$88,55 per barel.
Penguatan harga minyak selama sebulan terakhir ditopang oleh pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia hingga akhir tahun ini. Hal itu dikhawatirkan berdampak kepada defisit pasar minyak global yang lebih besar hingga kuartal IV/2023.
Arab Saudi sebelumnya memperpanjang pengurangan produksi suka rela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun 2023. Sementara, Rusia, melanjutkan pengurangan produksi sebesar 300.000 barel per hari pada periode yang sama.
Di samping itu, laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak global naik 2,25 juta barel per hari pada 2024. Badan Energi Internasional (IEA) pun memperkirakan permintaan minyak di sebagian besar negara meningkat pada 2023 dan 2024.
Kendati, harga minyak sempat tertekan cukup dalam karena The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan September 2023. Walau demikian, The Fed masih memperketat sikap hawkish dengan memproyeksikan kenaikan seperempat poin persentase menjadi 5,50-5,75% pada akhir 2023.
Hal itu memperkuat kekhawatiran bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi tersebut lebih lanjut akan menekan permintaan minyak di Negeri Paman Sam.
(Baca: Harga Minyak Naik karena Pasokan Terbatas Jelang Musim Dingin)