Harga Nikel Lanjutkan Penguatan ke US$22.726,50/Ton

Harga nikel meningkat pada perdagangan Selasa (5/7). Kenaikan ini melanjutkan tren menguat yang terjadi pada perdagangan sebelumnya sebesar 3,09%.

Gita Arwana Cakti

6 Jul 2022 - 10.30

Data

Harga nikel melanjutkan penguatannya untuk hari kedua pada perdagangan Selasa (5/7).  Tercatat harga nikel di London Metal Exchange (LME) naik 1,01% ke level US$22.726,50/ton pada penutupan perdagangan kemarin. 

Harga nikel menguat setelah bergerak di rentang US$21.962,00/ton-US$22.965,00/ton. Kenaikan ini melanjutkan tren menguat yang terjadi pada perdagangan sebelumnya sebesar 3,09%.

Sementara itu, jika melihat pergerakan sejak awal tahun 2022, maka harga nikel masih meningkat 9,49%. Harga komoditas pertambangan tersebut pun masih melambung 23,90% dalam setahun terakhir.

Mengutip Shanghai Metals Market, harga premi spot nikel Jinchuan juga meningkat menjadi ¥17.000/metrik ton pada perdagangan Selasa (5/7). Nilai itu naik ¥750/metrik ton dari hari perdagangan sebelumnya. 

Harga spot tersebut meningkat dipengaruhi oleh harga nikel berjangka. Sementara itu, jumlah pesanan di hilir memburuk yang mengakibatkan pembelian bahan baku dalam beberapa hari terakhir tak sesuai harapan. 

Sementara itu, kondisi inflasi di Amerika Serikat yang berangsur stabil telah membuat ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga berkelanjutan menurun pada masa depan. Hal itu pun akan menguntungkan harga nikel.

Di sisi penawaran, para pedagang umumnya bersikap wait and see karena terpengaruh fluktuasi harga nikel. Pengiriman nikel Jinchuan juga kurang dari yang diharapkan. Hal itu pun mengakibatkan pasokan nikel Jinchuan di Shanghai menjadi langka. 

Dari sisi permintaan, menurut penelitian SMM, situasi pandemi Covid-19 di Wuxi selama akhir pekan sangat memengaruhi perdagangan normal pasar. Topan Chaba memberikan dampak terbatas kepada pasar Foshan dan lalu lintas kembali normal. 

Di sisi lain, mengutip Reuterskepala eksekutif dan pemegang saham terbesar Norilsk Nickel, Vladimir Potanin menyatakan siap membahas kemungkinan merger raksasa pertambangan Rusia dengan produsen aluminium Rusal. 

Norilsk Nickel dan Rusal tidak berada di bawah sanksi Barat. Namun, pemegang saham teratas Rusal, Oleg Deripaska ada dalam daftar "warga negara yang ditunjuk secara khusus" di Washington. Potanin pun diberi sanksi oleh Inggris pekan lalu, menambah langkah-langkah yang sudah diberlakukan oleh Kanada dan Australia.

Potanin menyebutkan perlunya melindungi perusahaan dari sanksi Barat sebagai salah satu alasan kemungkinan merger. Adapun, Norilsk Nickel adalah produsen paladium dan nikel olahan terbesar di dunia. Sementara, Rusal adalah produsen aluminium terbesar di dunia selain China.

(Baca: Persediaan Turun ke Level Terendah, Harga Nikel Melejit)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags