Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ditutup naik tipis pada akhir perdagangan Selasa (19/9) di bursa berjangka Malaysia. Penguatan harga CPO dibatasi oleh aksi jual minyak nabati saingannya.
Tercatat harga CPO berjangka di Malaysia untuk kontrak Oktober 2023 ditutup naik 22 poin atau 0,60% dari sebelumnya RM3.678/ton ke level RM3.700/ton.
Untuk kontrak November 2023, harga CPO berjangka di Malaysia naik 12 poin atau 0,32% dari RM3.715/ton ke level RM3.727/ton. Sementara itu, harga CPO berjangka untuk kontrak Desember 2023 stagnan di level RM3.749/ton.
Mengutip Reuters, Anilkumar Bagani, Kepala Penelitian dari Grup Sunvin India mengatakan kontrak berjangka CPO membuka gap lebih rendah, karena tekanan jual semakin cepat akibat aksi jual kontrak berjangka minyak Kedelai di CBOT dan kontrak berjangka minyak nabati lainnya.
Adapun, harga minyak kedelai untuk kontrak teraktif di Dalian Commodity Exchange jatuh 2,00% dan kontrak minyak sawit di Dalian melemah 1,38%. Sementara harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) terkoreksi 0,34%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Sementara itu, Malaysia mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Oktober sebesar 8% dan menurunkan harga referensi menjadi 3,710.50 ringgit per metrik ton dari referensi September sebesar 3,755.13 ringgit.
Adapun, Indonesia menetapkan harga referensi minyak sawit mentah sebesar US$798,83 per ton pada 16-30 September, turun dari paruh pertama bulan ini. Namun, pajak ekspor dan retribusi tidak berubah, masing-masing dipatok di level US$33 per ton dan US$85 per ton.
(Baca: Setelah Naik 3 Hari Beruntun, Harga CPO Berbalik Turun)