Pasar China Masih Sepi, Harga Nikel Melemah

Harga nikel melemah pada penutupan perdagangan Rabu (10/5). Pelemahan harga nikel tersebut terjadi di tengah lesunya pasar spot konsumen utama China setelah libur Hari Buruh pada awal Mei 2023. Di sisi lain, lonjakan pasokan dari Indonesia yang melebihi permintaan global turut membebani.

Sarnita Sadya

11 Mei 2023 - 09.25

Data

Harga nikel melemah pada penutupan perdagangan Rabu (10/5). Tercatat, harga nikel di London Metal Exchange (LME) turun 4,24% ke level US$22.509,50/ton pada penutupan perdagangan kemarin.

Harga nikel melemah setelah bergerak di rentang US$22.467,50/ton-US$23.691,00/ton. Adapun, pelemahan tersebut melanjutkan lajunya dari perdagangan sehari sebelumnya yang terkoreksi 4,17% pada 9 Mei 2023.

Jika melihat pergerakan sepanjang tahun berjalan, harga nikel tercatat anjlok 25,09%. Harga komoditas pertambangan tersebut juga terpantau merosot 20,14% dalam satu tahun terakhir.

Pelemahan harga nikel tersebut terjadi di tengah lesunya pasar spot konsumen utama China setelah libur Hari Buruh pada awal Mei 2023. Di sisi lain, lonjakan pasokan dari Indonesia yang melebihi permintaan global turut membebani pergerakan harga nikel.

Melansir Shanghai Metal Market (SMM), perdagangan di pasar spot China terpantau masih lesu setelah libur Hari Buruh pada 1-3 Mei 2023. Kondisi ini membuat jadwal produksi perusahaan nikel sulfat China pada Mei tidak meningkat signifikan dari April bahkan tingkat operasi di beberapa perusahaan menurun.

Adapun, output nikel sulfat China tercatat sebanyak 137.100 mt dalam kandungan fisik atau 30.200 mt dalam kandungan logam. Angka tersebut turun 18,29% pada April dan 39,43% pada tahun ini.

Berdasarkan analisis SMM, jadwal produksi produsen hilir diperkirakan tidak akan membaik secara signifikan pada Mei dibandingkan pada April. Bahkan, beberapa perusahaan juga berencana untuk tidak melanjutkan produksi pada bulan ini. Karena itu, produksi nikel sulfat diperkirakan mencapai 31.200 mt dalam kandungan Ni pada Mei, datar dari bulan sebelumnya.

Di sisi lain, buletin bulanan terbaru Internasional Nickel Industry Research Group (INSG) menunjukkan, hasil tambang nikel Indonesia tumbuh 48% menjadi 1,58 juta ton pada 2022. Pertumbuhan tersebut berlanjut hingga dua bulan pertama tahun ini yang mencapai 44%.

Meski permintaan global terpantau naik 6,1% pada 2023 namun jumlahnya belum cukup untuk menyerap produksi baru dari Indonesia. INSG memperkirakan, surplus pasokan-permintaan pada tahun ini mencapai 239.000 metrik ton (mt), terbesar dalam satu dekade terakhir.

(Baca: Harga Nikel Melemah di Tengah Lonjakan Pasokan dari Indonesia)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags