Harga aluminium berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (19/7). Harga komoditas pertambangan itu berbalik arah setelah menguat selama dua hari perdagangan beruntun.
Berdasarkan data di bursa London Metal Exchange (LME), harga aluminium turun 2,01% ke level US$2.386,00/ton pada penutupan perdagangan Selasa (19/7). Harga aluminium terkoreksi setelah bergerak di rentang US$2.382,00/ton-US$2.434,00/ton.
Pelemahan ini terjadi setelah harga aluminium naik lebih dari 4% selama 15-18 Juli 2022. Meski sempat naik, harga aluminium masih terkoreksi 15,01% sejak awal tahun ini. Nilainya pun masih terperosok 4,12% dalam setahun terakhir.
Pasokan inventaris aluminium ingot di delapan pasar utama China terpantau turun. Mengutip Shanghai Metals Market, inventaris aluminium ingot tercatat sebesar 682.000 metrik ton pada 18 Juli 2022.
Jumlah tersebut turun 15.000 metrik ton dari Kamis (14/7) dan lebih rendah 148.000 metrik ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Produsen hilir menjadi lebih bersedia untuk membeli setelah harga aluminium turun menjadi sekitar 17.000 yuan/metrik ton.
Adapun, pengiriman mingguan dari gudang di delapan pasar utama naik 12.400 metrik ton menjadi 152.000 metrik ton pada pekan lalu. Kedatangan pasokan di Wuxi secara bertahap akan kembali normal setelah sempat terhambat oleh pandemi.
Sementara itu, Administrasi Umum Kepabeanan China mencatat penurunan impor bijih aluminium dan konsentrat sebesar 7,5% secara tahunan menjadi 9,42 juta metrik ton sepanjang Juni 2022. Sedangkan gabungan impor naik 18,1% secara tahunan mencapai 65,2 juta metrik ton pada semester I/2022 .
Kesediaan pengiriman pedagang kecil di tingkat hulu sedikit meningkat, Namun karena permintaan yang masih cenderung lemah, transaksi keseluruhan tidak meningkat secara signifikan.
(Baca: Pasokan di China Meningkat, Harga Aluminium Kembali Turun)