Berencana Rights Issue, Ini Laju Saham BBKP hingga BCIC

PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), dan PT Bank J Trust Indonesia Tbk. (BCIC) tengah berencana melakukan rights issue untuk memperkuat permodalan. Bagaimana laju sahamnya sepanjang 2023 berjalan? Berikut ulasannya.

Dyah Ayu Kartika

30 Mei 2023 - 14.37

Data

Sejumlah emiten perbankan terus berupaya meningkatkan modalnya termasuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue

Setidaknya tercatat ada empat emiten perbankan yang telah dan berencana menambah permodalan melalui aksi korporasi tersebut yakni PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), dan PT Bank J Trust Indonesia Tbk. (BCIC).

Diantara keempat bank tersebut, rencana penerbitan saham BBKP dalam rights issue menjadi yang terbanyak mencapai Rp119,99 miliar dengan target perolehan dana mencapai Rp11,99 triliun. Lalu bagaimana laju pergerakan harga saham empat bank tersebut?

Jika melihat lajunya sepanjang tahun berjalan 2023, dari empat emiten bank yang berencana rights issue tersebut terpantau hanya BMAS yang membukukan kenaikan harga saham. Sementara tiga saham lainnya melaju di zona merah.

Namun, tekanan harga saham yang dialami sejumlah bank ini sejalan dengan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang juga terkoreksi 2,47% atau 169,52 poin ke level 6.681,1 sepanjang tahun berjalan hingga akhir perdagangan 29 Mei 2023.

BMAS

Dilihat dari pergerakan harga sahamnya, BMAS tercatat melesat 11,93% (ytd) ke level 1.220 pada akhir perdagangan 29 Mei 2023 dari sebelumnya berada di level 1.090 pada akhir perdagangan 2022. Adapun pada penutupan Sesi I Selasa (30/5), harga sahamnya menguat 4,13% (ytd) ke level 1.135.

PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) diketahui berencana melakukan PMHMETD III untuk memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan penyaluran jumlah kredit atau pinjaman, dan/atau investasi lainnya. Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, perseroan menyebutkan jumlah saham yang akan dikeluarkan dengan mekanisme PMHMETD III sebanyak-banyaknya 12,5 miliar saham baru.

Angka tersebut setara dengan 59,18% dari modal disetor Perseroan setelah pelaksanaan PMHMETD III. Adapun untuk menggelar aksi korporasinya, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 15 Juni 2023.

BBKP

Selanjutnya ada saham BBKP, yang meskipun melaju di zona merah sepanjang tahun berjalan 2023 tetapi penurunannya paling tipis di antara dua saham bank lainnya. Tercatat, saham BBKP terkoreksi 2,94% menuju posisi 99 per Senin (29/5) dibandingkan dengan akhir 2022 yang harga sahamnya masih bertengger di 102. Adapun hingga Sesi I Selasa (30/5), harga sahamnya melemah 1,96% (ytd) ke level 100.

Dalam prospektusnya, PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) telah mengumumkan rencana Penawaran Umum Terbatas VII dalam rangka rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 119,99 miliar saham. Adapun harga pelaksanaan rights issue dipatok senilai Rp100 per saham, sehingga potensi perolehan dana dari aksi korporasi itu sebanyak-banyaknya adalah Rp11,99 triliun.

Rencana aksi korporasi itu telah mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 November 2022 dan perseroan telah mendapatkan pernyataan efektif dari OJK pada 5 Mei 2023. Periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD berlangsung pada 22-26 Mei 2023.

Selanjutnya, distribusi saham yang berasal dari HMETD dilakukan pada 24-30 Mei 2023. Adapun akhir pembayaran pemesanan pembelian saham tambahan dijadwalkan pada 30 Mei 2023, penjatahan pemesanan pada 31 Mei 2023, dan pengembalian kelebihan uang pemesanan pada 6 Juni 2023.

Perseroan juga menyebutkan perolehan dana rights issue itu akan digunakan sebagai tambahan investasi kepada anak usaha serta ekspansi kredit baru yang akan difokuskan pada segmen ritel, UKM, wholesale, dan Indonesia-Korea business link.

(Baca: Jadwal Cum Date Dividen Tunai Emiten Pekan Terakhir Mei 2023)

AGRS

Sementara itu, untuk saham AGRS, sepanjang 2023 berjalan harganya tercatat melemah hingga 7,78% (ytd) ke level 83 dari sebelumnya di level 90. Adapun pada penutupan Sesi I Selasa (30/5), harga sahamnya melemah 6,67% (ytd) ke level 84.

Selain BBKP, emiten perbankan yang juga telah mendapat restu menggelar rights issue adalah PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS). Dalam RUPSLB 8 Februari 2023 lalu, pemegang saham menyetujui rencana peningkatan modal perseroan dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 13,81 miliar saham baru melalui rights issue. Adapun harga pelaksanaan PMHMETD V dipatok sebesar Rp100 per saham sehingga perolehan dana dari aksi korporasi tersebut sebanyak-banyaknya mencapai Rp1,38 triliun.

Perseroan berharap mendapatkan pernyataan efektif dari OJK pada 26 Juni 2023. Periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD dijadwalkan berlangsung pada 11-25 Juli 2023. Selanjutnya, periode distribusi saham hasil HMETD akan dilakukan pada 13-27 Juli 2023.

Kemudian, akhir pembayaran pemesanan pembelian saham tambahan dijadwalkan pada 27 Juli 2023, penjatahan efek tambahan pada 28 Juli 2023, dan pengembalian kelebihan uang pemesanan pada 1 Agustus 2023.

BCIC

Adapun di antara keempat bank yang berencana untuk rights issue dalam waktu dekat ini, saham BCIC tercatat paling tertekan dengan jatuh hingga 43,1% (ytd) menuju posisi harga 99 pada Senin (29/5) dibandingkan akhir 2022 yang berada di posisi 174. Sementara pada Sesi I Selasa (30/5), harga sahamnya masih di level 99.

PT Bank J Trust Indonesia Tbk. (BCIC) telah mendapat persetujuan dari pemegang sahamnya untuk melakukan rights issue. Dalam RUPSLB yang digelar pada 3 Maret 2023, pemegang saham BCIC menyetujui rencana penerbitan sebanyak-banyaknya 10 miliar saham melalui mekanisme PMHMETD.

Adapun dalam keterbukaan informasi kepada BEI, BCIC menyebutkan harga penawaran dalam pelaksanaan rights issue akan ditetapkan dan diumumkan kemudian dalam prospektus selanjutnya. Namun, perseroan mengungkapkan bahwa dana hasil rights issue, setelah dikurangi dengan biaya emisi, akan digunakan untuk memperkuat stuktur permodalan dalam rangka memenuhi ketentuan tentang modal inti minimum Bank. Selain itu, perseroan juga berencana menggunakan dananya untuk memperkuat modal kerja dalam mengembangkan usaha melalui pemberian kredit.

Sebagaimana diketahui, meskipun pasar modal saat ini cenderung bergerak turun, minat emiten untuk melakukan rights issue cukup besar di tengah tren suku bunga yang tinggi. Termasuk para emiten di sektor perbankan.

Penggalangan dana melalui penambahan atau penerbitan saham baru dinilai sejumlah analis lebih menguntungkan untuk saat ini dibandingkan jika emiten harus menambah portofolio utangnya. Hal itu mengingat beban bunga atau imbalan yang harus dibayarkan dalam mengajukan pinjaman atau utang akan lebih besar dibandingkan dengan penerbitan saham baru melalui rights issue.

(Baca: 8 Emiten Bank dengan Perolehan Dana Rights Issue Terbesar 2022)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags