Perbankan syariah semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam. Hal itu pun mendorong kinerja keuangan perbankan syariah terus tumbuh, bahkan ketika industri perbankan nasional mengalami kontraksi saat pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum syariah (BUS) berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,09 triliun per Februari 2022. BUS juga membukukan pendapatan penyaluran dana mencapai Rp6,57 triliun dan bagi hasil untuk pemilik dana investasi sebesar Rp2,54 triliun.

Kinerja positif perbankan syariah pun terus berlanjut hingga kuartal I/2022. DataIndonesia.id lantas merangkum kinerja industri tersebut dalam laporan ini berdasarkan sejumlah pos dan rasio keuangannya sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

Tercatat ada 12 BUS yang ada di Indonesia hingga saat ini. Namun, dua bank di antaranya, yakni Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah tidak diikutsertakan dalam laporan lantaran berstatus sebagai bank pembangunan daerah (BPD).

Berdasarkan kinerja bottom line, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menjadi BUS dengan laba bersih terbesar di Indonesia pada kuartal I/2022. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, BSI membukukan laba bersih senilai Rp987,69 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

Jumlah itu tumbuh 33,18% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp741,64 miliar. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan setelah distribusi bagi hasil dan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BSI.

PT BTPN Syariah Tbk. (BTPS) berada di posisi selanjutnya dengan laba bersih senilai Rp410,87 miliar pada kuartal I/2022. Jumlah itu juga tumbuh 9,52% jika dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp375,15 miliar.

Posisinya diikuti PT Bank Mega Syariah yang meraup untung bersih senilai Rp69,80 miliar. Namun, pencapaian tersebut terkoreksi 32,8% dibandingkan pada Januari-Maret 2021 yang mencapai Rp103,87 miliar.

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) meraih laba bersih sebesar Rp35,74 miliar atau melonjak 1.601,90% (yoy) dari sebelumnya Rp2,10 miliar. Kinerja apik perusahaan tidak terlepas dari sinergi bersama Panin Bank selaku induk perusahaan dalam hal pengembangan bisnis, tata kelola dan prudential banking.

Mengekor PNBS, PT Bank Jabar Banten Syariah (BJB Syariah) juga mengalami pertumbuhan laba bersih yang signifikan hingga 4.058,52% (yoy). Keuntungan BJB Syariah bertambah dari Rp675 juta menjadi Rp28,07 miliar.

Posisi keenam ditempati PT Bank BCA Syariah yang membukukan laba bersih senilai Rp19,21 miliar atau tumbuh 18,82% (yoy) dari sebelumnya Rp16,16 miliar. Lalu, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. meraup laba bersih sebesar Rp11,98 miliar atau naik 385,18% (yoy) dari sebelumnya Rp2,47 miliar.

PT Bank Victoria Syariah berada di urutan kedelapan dengan untung bersih sebesar Rp1,22 miliar. Hanya saja, raihan tersebut menyusut 72,88% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang senilai Rp4,49 miliar.

Kinerja laba bersih seluruh BUS tersebut tentunya tidak terlepas dari capaian top line sepanjang Januari-Maret 2022. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) masih memimpin dengan raihan pendapatan senilai Rp4,77 triliun atau tumbuh 3,15% (yoy) dari sebelumnya Rp4,63 triliun.

Posisinya diikuti oleh PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,26 triliun. Pendapatan BTPS juga terkerek 12,73% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,11 triliun.

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. menempati urutan ketiga dengan pendapatan sebesar Rp415,75 miliar atau turun 15,44% (yoy) dari sebelumnya Rp491,64 miliar. Setelah itu ada PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) dengan pendapatan yang sebesar Rp223,04 miliar atau tumbuh paling moncer hingga 28,06% (yoy) dari sebelumnya Rp174,17 miliar.

Berkebalikan dengan PNBS, PT Bank Mega Syariah justru mengalami koreksi pendapatan terdalam hingga 37,32% (yoy) dari Rp327,14 miliar menjadi Rp205,05 miliar. Kemudian, PT Bank Jabar Banten Syariah mencatatkan pendapatan sebesar Rp186,13 miliar atau meningkat 5,41% (yoy) dari sebelumnya Rp176,57 miliar.

PT Bank BCA Syariah membukukan pendapatan senilai Rp176,17 miliar atau naik 5,97% (yoy) dari sebelumnya Rp166,25 miliar. Sementara, pendapatan PT Bank KB Bukopin Syariah tumbuh 11,94% (yoy) dari Rp78,88 miliar menjadi menjadi Rp88,29 miliar.

Terkait dengan kinerja bottom line, bagi hasil untuk pemilik dana investasi juga menjadi pos keuangan yang cukup penting untuk dicermati. Dari seluruh BUS, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) tetap memegang urutan puncak dengan nilai bagi hasil sebesar Rp956,71 miliar pada akhir Maret 2022. Hanya saja, nilai tersebut menyusut 16,85% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,15 triliun.

Mengikuti jejak BSI, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. mencatatkan bagi hasil senilai Rp312,9 miliar. Nilainya juga menurun 9,15% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp344,41 miliar.

Posisi ketiga ditempati oleh PT Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) dengan bagi hasil sebesar Rp97,83 miliar. Angka tersebut meningkat 7,02% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp91,41 miliar.

Kemudian, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mencetak bagi hasil sebesar Rp80,44 miliar atau menurun 27,17% (yoy) dari sebelumnya Rp110,45 miliar. PT Bank KB Bukopin Syariah mencatat kenaikan dari pos bagi hasil sebesar 19,82% (yoy) dari Rp49,18 miliar menjadi Rp58,93 miliar.

PT Bank Jabar Banten Syariah membukukan bagi hasil senilai Rp56,31 miliar atau turun 25,8% (yoy) dari sebelumnya Rp75,9 miliar. PT Bank Mega Syariah membukukan bagi hasil senilai Rp53,96 miliar atau turun 60,68% (yoy) dari sebelumnya Rp137,23 miliar.

Sementara, PT Bank BCA Syariah membukukan bagi hasil sebesar Rp43,41 miliar. Nilainya pun menurun 19,84% dibandingkan pada tiga bulan pertama tahun lalu yang sebesar Rp54,15 miliar.

Angka pendapatan dari penyaluran dana dan bagi hasil untuk pemilik dana investasi akan membentuk nilai pendapatan setelah distribusi bagi hasil. Dari pos ini, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) membukukan pendapatan setelah distribusi bagi hasil mencapai Rp3,82 triliun atau naik 9,77% (yoy) dari sebelumnya Rp3,48 triliun.

PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) juga meraih kenaikan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 17,12% dari Rp1 triliun menjadi Rp1,18 triliun. Lalu, PT Bank Mega Syariah mencatatkan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar Rp151,09 miliar atau terkoreksi 20,44% (yoy) dari sebelumnya Rp189,91 miliar.

Lalu, PT Bank BCA Syariah membukukan pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang meningkat 18,43% (yoy) dari Rp112,1 miliar menjadi Rp132,76 miliar. Ada pula PT Bank Jabar Banten Syariah yang pendapatan setelah distribusi bagi hasilnya tumbuh 28,95% (yoy) dari Rp100,67 miliar menjadi sebesar Rp129,82 miliar.

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) membukukan pendapatan setelah distribusi bagi hasil senilai Rp125,22 miliar atau tumbuh paling tinggi hingga 51,30% (yoy) dari sebelumnya Rp82,76 miliar. Pendapatan setelah distribusi bagi hasil PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. mengalami penurunan 30,14% (yoy) dari Rp147,23 miliar menjadi Rp102,85 miliar.

Posisi kedelapan ditempati oleh PT Bank KB Bukopin Syariah yang pendapatan setelah distribusi bagi hasilnya sebesar Rp29,36 miliar. Nilai itu juga terkoreksi 1,13% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp29,69 miliar.

(Baca: Upaya Bangkitnya Emiten Barang Perindustrian)

Terkait dengan pendapatan setelah distribusi bagi hasil, rasio keuangan yang menjadi sorotan terhadap penilaian kinerja bank syariah adalah rasio net imbalan (NI). Rasio NI merupakan perbandingan pendapatan setelah distribusi bagi hasil dikurangi imbalan dan bonus terhadap rata-rata total aktiva produktif.

PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) terlihat paling unggul dengan rasio NI mencapai 26,85%. Angka tersebut lebih besar dari periode yang sama tahun 2021 yang berada di level 25,95%.

Setelah BTPS, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mencetak rasio NI sebesar 6,01%. Kemudian, PT Bank Jabar Banten Syariah mencatat rasio NI sebesar 5,56%.

Posisi berikutnya ditempati PT Bank Mega Syariah yang meraih rasio NI sebesar 4,82%, PT Bank BCA Syariah dan PT Bank Victoria Syariah memiliki rasio NI masing-masing sebesar 4,75% dan 3,62%.

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) memiliki rasio NI sebesar 3,42%. Lalu, PT Bank KB Bukopin Syariah membukukan rasio NI di level 1,97%.

Beralih ke pos lainnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) memiliki kas yang cukup solid sebesar Rp3,53 triliun pada kuartal I/2022. Jumlah tersebut meningkat 28,91% jika dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp2,74 triliun.

Di bawah BSI terdapat PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) yang memiliki nilai kas sebesar Rp882,83 miliar atau turun 14,56% (yoy) dari sebelumnya Rp1,03 triliun. Posisi kas BTPS menjadi satu-satunya yang menurun di antara tujuh BUS lainnya dalam daftar ini.

Kemudian, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. memiliki kas sebesar Rp663,32 miliar atau naik 16,24% (yoy) dari sebelumnya Rp570,67 miliar. PT Bank Jabar Banten Syariah membukukan kas senilai Rp109,64 miliar atau naik 111,76% (yoy) dari sebelumnya Rp51,78 miliar.

PT Bank Mega Syariah memiliki kas senilai Rp58,09 miliar atau tumbuh 24,20% (yoy). Lalu, PT Bank KB Bukopin Syariah memiliki kas yang meningkat 104,09% (yoy) menjadi Rp25,56 miliar.

Urutan ketujuh ditempati PT Bank BCA Syariah yang kasnya meroket 327,52% dari Rp5,68 miliar menjadi Rp24,28 miliar. Setelahnya ada PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) dengan nilai kas sebesar Rp17,64 miliar atau tumbuh 6,66% (yoy) dari sebelumnya Rp16,54 miliar.

Dari sisi jumlah piutang, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) meraih posisi pertama dengan nilai sebesar Rp115,93 triliun. Jumlah piutang BSI naik paling signifikan di antara tujuh BUS lainnya sebesar 14,84% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang senilai Rp100,95 triliun. Kenaikan piutang tersebut terutama berasal dari meningkatnya piutang murabahah, piutang qardh, dan piutang sewa.

PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mengikuti di posisi berikutnya dengan piutang sebesar Rp10,63 triliun atau naik 9,67% (yoy) dari sebelumnya Rp9,69 miliar. Urutan selanjutnya adalah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan piutang yang menurun 36,55% (yoy) dari Rp13,47 triliun menjadi Rp8,55 triliun.

Lalu, PT Bank Jabar Banten Syariah memiliki piutang senilai Rp4,28 triliun atau naik 8,34% (yoy) dari sebelumnya Rp3,95 triliun. PT Bank Mega Syariah mencatatkan piutang sebanyak Rp2,62 triliun atau turun 1,92% (yoy) dari sebelumnya Rp2,67 triliun.

PT Bank BCA Syariah memiliki piutang sebesar Rp1,27 triliun atau tumbuh 5,79% (yoy). PT Bank KB Bukopin Syariah mencatatkan piutang senilai Rp871,14 miliar atau turun 14,87% (yoy). Sementara, PT Bank Victoria Syariah meraih piutang senilai Rp181,99 miliar atau berkurang 12,38%.

(Baca: Pulihnya Kinerja Emiten Multifinance dari Pandemi Covid-19)

Setelah piutang, pos keuangan yang perlu juga disoroti adalah pembiayaan. Dalam hal ini pembiayaan yang dimaksud meliputi pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan sewa.

Posisi puncak ditempati oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) yang membukukan pembiayaan sebesar Rp61,04 triliun atau meningkat 5,79% (yoy) dari sebelumnya Rp57,7 triliun. Pembiayaan BSI tumbuh di semua segmen, mulai dari konsumer; korporasi; usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); gadai emas; kartu pembiayaan; serta pengembangan ragam dan inovasi digital melalui e-channel BSI.

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. berada di posisi kedua dengan pembiayaan mencapai Rp10,39 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Meski menjadi yang terbesar kedua, jumlahnya mengalami penurunan 31,35% (yoy) dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp15,14 triliun.

Mengekor di urutan berikutnya adalah PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) yang menyalurkan pembiayaan senilai Rp8,5 triliun atau turun 5,41% (yoy) dari sebelumnya Rp8,99 triliun. Kemudian, PT Bank Mega Syariah membukukan pembiayaan sebesar Rp5,03 triliun atau naik 97,82% (yoy) dari sebelumnya Rp2,54 triliun lantaran ditopang meningkatnya pembiayaan bagi hasil musyarakah dan pembiayaan sewa.

Setelahnya ada PT Bank KB Bukopin Syariah yang pembiayaannya senilai Rp3,83 triliun atau tumbuh 37,26% (yoy) dari sebelumnya Rp2,79 triliun. Posisinya diikuti PT Bank Jabar Banten Syariah dengan pembiayaan yang naik 16,08% (yoy) dari Rp1,94 triliun menjadi Rp2,25 triliun.

Posisi kedelapan ditempati oleh PT Bank Victoria Syariah yang menyalurkan pembiayaan sebesar Rp508,34 miliar. Pembiayaan Bank Victoria Syariah turun paling tajam hingga 36,45% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp799,94 miliar. Penurunan tersebut terjadi baik di segmen pembiayaan bagi hasil maupun pembiayaan sewa.

Jumlah pembiayaan BUS harus disertai dengan rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) gross yang terjaga. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. terpantau memiliki rasio NPF gross paling rendah di level 0,94%. Perusahaan berhasil menekan NPF gross tersebut dari periode yang sama tahun 2021 sebesar 4,93%.

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) berada di posisi kedua dengan rasio NPF gross sebesar 1,13%. Berikutnya ada PT Bank Mega Syariah dan PT Bank BCA Syariah dengan NPF gross masing-masing sebesar 1,2% dan 1,23%.

Lalu, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) memiliki NPF gross sebesar 2,41%. Ada pula PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) dengan NPF gross sebesar 2,91%.

PT Bank Jabar Banten Syariah mencatatkan NPF gross sebesar 3,48%. Sementara itu, NPF gross dari PT Bank KB Bukopin Syariah masih terbilang cukup tinggi di level 7,58%.

Rentetan kinerja kas, piutang dan pembiayaan menjadi penopang bagi kinerja total aset dari setiap bank syariah. Melihat berbagai data di atas, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) tentunya memiliki aset terbesar dibandingkan bank syariah lainnya.

Tercatat, total aset BSI mencapai Rp271,29 triliun pada kuartal I/2022. Jumlah itu mengalami pertumbuhan 15,73% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang senilai Rp234,43 triliun.

Setelah BSI terdapat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. dengan aset sebesar Rp60,09 triliun atau meningkat 16,06% (yoy) dari sebelumnya Rp51,78 triliun. Lalu, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mencatatkan aset sebesar Rp19,20 triliun atau naik 11% (yoy) dari sebelumnya Rp17,30 triliun.

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) yang memiliki aset sejumlah Rp14,52 triliun atau meningkat 24,47% (yoy) dari sebelumnya Rp11,66 triliun. Lalu, aset PT Bank Mega Syariah tergerus 33,47% dari Rp17,36 triliun menjadi Rp11,55 triliun.

PT Bank BCA Syariah mencatatkan total aset senilai Rp10,78 triliun atau naik 17,28% (yoy) dari sebelumnya Rp9,19 triliun. PT Bank Jabar Banten Syariah meraih aset sebesar Rp10,4 triliun atau tumbuh 25,96% (yoy) dari sebelumnya Rp8,26 triliun.

Sedangkan, PT Bank KB Bukopin Syariah memiliki aset sebesar Rp6,55 triliun pada Januari-Maret 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan 27,4% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp5,14 triliun.

Total aset yang dimiliki oleh setiap BUS harus mampu digunakan untuk menghasilkan laba. Hal tersebut dapat diukur dengan rasio return on asset (ROA). Semakin tinggi nilai ROA, maka kian optimal juga pemanfaatan aset yang dilakukan perusahaan dalam menghasilkan profit.

PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) berada di peringkat pertama dari pos ini lantaran memiliki rasio ROA sebesar 11,12%. Nilai tersebut sedikit menurun dari kuartal I/2021 yang berada di level 11,36%.

Urutan berikutnya ditempati PT Bank Mega Syariah dengan rasio ROA sebesar 2,83%, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) dan PT Bank Jabar Banten Syariah memiliki rasio ROA masing-masing sebesar 1,93% dan 1,41%.

Ada pula PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) dengan rasio ROA sebesar 1,2%. PT Bank BCA Syariah membukukan rasio ROA sebesar 0,91%.

PT Bank Victoria Syariah meiliki rasio ROA sebesar 0,39%. Sementara, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. punya rasio ROA di angka 0,1%.

(Baca: Langkah Pemulihan Emiten Pariwisata dan Rekreasi saat Pandemi)

Pos keuangan penting lainnya untuk disoroti adalah jumlah pendanaan yang berhasil dihimpun oleh BUS. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) kembali memimpin urutan dengan penghimpunan DPK sebesar Rp238,53 triliun atau naik 16,07% (yoy) dari sebelumnya Rp205,51 triliun.

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. menyusul di urutan selanjutnya lantaran menghimpun DPK sebanyak Rp45,74 triliun atau tumbuh 7,18% (yoy) dari sebelumnya Rp42,67 triliun. Posisinya diikuti PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) dengan DPK senilai Rp11,06 triliun atau naik 5,13% (yoy) dari sebelumnya Rp10,52 triliun.

PT Bank Mega Syariah membukukan DPK sebesar Rp8,94 triliun atau tumbuh 1,64% dari kuartal yang sama tahun 2021 senilai Rp8,79 triliun. Lalu PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) meraup DPK sebesar Rp8,66 triliun, naik 10,50% (yoy) dari sebelumnya Rp7,84 triliun.

Ada pula PT Bank BCA Syariah yang menghimpun DPK sebanyak Rp7,77 triliun atau naik 23% (yoy) dari sebelumnya Rp6,32 triliun. Mengekor BCA Syariah, PT Bank Jabar Banten Syariah membukukan DPK sebesar Rp7,44 triliun atau meningkat 20,88% (yoy) dari sebelumnya Rp6,15 triliun.

PT Bank KB Bukopin Syariah berada di posisi kedelapan dalam daftar ini. DPK yang berhasil dihimpun Bank KB Bukopin mencapai Rp4,99 triliun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

Raihan DPK tersebut tumbuh paling signifikan mencapai 130,38% jika dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp2,17 triliun. Hal itu dipengaruhi oleh naiknya kepercayaan masyarakat terhadap Bank KB Bukopin Syariah.

Penghimpunan DPK dari setiap bank syariah tentunya akan menopang jumlah liabilitasnya. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) lagi-lagi menempati urutan pertama dengan liabilitas mencapai Rp245,31 triliun atau menanjak 15,75% (yoy) dari sebelumnya Rp211,93 triliun.

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. ada di urutan selanjutnya dengan liabilitas sebesar Rp54,89 triliun atau naik 14,8% (yoy) dari sebelumnya Rp47,81 triliun. Kemudian, PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) memiliki liabilitas senilai Rp12,18 triliun atau meningkat 42,4% (yoy) dari sebelumnya Rp8,55 triliun.

Setelahnya ada PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) yang mencatatkan liabilitas sebesar Rp11,69 triliun atau naik 5,89% (yoy) dari sebelumnya Rp11,04 triliun. Liabilitas PT Bank Mega Syariah tercatat turun 38,26% (yoy) dari Rp15,49 triliun menjadi Rp9,56 triliun.

PT Bank Jabar Banten Syariah memiliki liabilitas senilai Rp9,14 triliun atau tumbuh 29,72% (yoy) dari sebelumnya Rp7,05 triliun. PT Bank BCA Syariah membukukan liabilitas senilai Rp7,93 triliun atau meningkat 23,21% (yoy) dari sebelumnya Rp7,93 triliun.

Urutan kedelapan ditempati PT Bank KB Bukopin Syariah dengan jumlah liabilitas sebesar Rp5,86 triliun. Nilai tersebut meningkat 37,95% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,25 triliun.

Dari sisi ekuitas, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) tetap memimpin dengan jumlah modal yang dimiliki sebanyak Rp25,99 triliun. Jumlah tersebut bertumbuh 15,5% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp22,5 triliun.

Urutan kedua ditempati oleh PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) dengan ekuitas sebesar Rp7,51 triliun atau naik 20,02% (yoy) dari sebelumnya Rp6,25 triliun. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. mencatatkan ekuitas senilai Rp5,2 triliun atau tumbuh 31,27% (yoy) dari sebelumnya Rp3,96 triliun.

Posisi berikutnya adalah PT Bank BCA Syariah dengan ekuitas senilai Rp2,86 triliun atau naik 3,47% (yoy) dari sebelumnya Rp2,76 triliun. PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) meraih ekuitas sebesar Rp2,34 triliun atau turun 24,88% (yoy) dari sebelumnya Rp3,11 triliun.

PT Bank Mega Syariah memiliki ekuitas sejumlah Rp1,98 triliun atau tumbuh 6,3% (yoy) dari sebelumnya Rp1,87 triliun. PT Bank Jabar Banten Syariah menempati posisi ketujuh dengan ekuitas sebesar Rp1,26 triliun atau naik 4,07% (yoy) dari sebelumnya Rp1,21 triliun.

Sedangkan, PT Bank Aladin Syariah Tbk. mencatatkan ekuitas sebesar Rp1,01 triliun. Jumlah itu menyusut 12,94% dibandingkan pada kuartal I/2021 yang sebesar Rp1,16 triliun.

BUS harus mampu mengelola ekuitas yang dimiliki secara cermat dan tepat, sehingga menghasilkan laba bagi perusahaan. Hal ini dapat dipantau melalui rasio return on equity (ROE).

PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) meraih rasio ROE terbesar, yakni 23,4%. Hanya saja, angka tersebut lebih rendah dibandingkan pada kuartal I/2021 yang mencapai 25,84%.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mengekor dengan rasio ROE di level 16,58%. Lalu, PT Bank Mega Syariah dan PT Bank Jabar Banten Syariah punya rasio ROE berturut-turut sebesar 14,76% dan 9,74%.

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) mencatatkan rasio ROE sebesar 6,73%. Kemudian, PT Bank BCA Syariah memiliki rasio ROE sebesar 2,72%.

Rasio ROE yang dimiliki PT Bank Victoria Syariah sebesar 1,88%. Sedangkan, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. berada di posisi kedelapan dengan rasio ROE sebesar 0,96%.

(Baca: Performa Apik Bank Pembangunan Daerah pada 2021)

Geliat Kinerja Bank Umum Syariah