Kinerja Emiten: Laba Indofood (INDF) Melonjak 63% pada QI/2023

Emiten konsumer konglomerasi Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 63,37% mencapai Rp3,85 triliun. Adapun pendapatan perseroan naik 11,28% menjadi Rp30,54 trliun.

Theresia Gracia Simbolon

15 Mei 2023 - 11.49

Data

Emiten konsumer konglomerasi Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 63,37% secara tahunan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2023, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk INDF tercatat sebesar Rp3,85 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari perolehan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp2,36 triliun.

Kenaikan laba bersih perseroan terjadi sejalan dengan pertumbuhan penjualan yang tercatat sebesar 11,28%. Hingga akhir Maret 2023, INDF membukukan penjualan senilai Rp30,54 trliun, lebih tinggi dari sebelumnya Rp27,45 triliun.

Jika dilihat dari segmen usahanya, kontributor terbesar penjualan perusahaan berasal dari produk konsumen bermerek sebesar Rp18,54 triliun atau 55,60% dari total pendapatan kotor INDF. Kemudian, penjualan bogasari mencapai Rp8,81 triliun, agribisnis sebesar Rp4,02 triliun, dan distribusi sebesar Rp1,97 triliun. Di sisi lain, INDF juga mencatatkan nilai eliminasi sebesar Rp2,80 triliun.

Seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan pun ikut meningkat sebesar 14,40% menjadi Rp21,06 triliun dari Rp18,41 triliun. Namun, karena jumlah beban pokok penjualan masih terkendali, laba bruto perseroan masih meningkat meskipun tipis sebesar 4,92% menjadi Rp9,49 triliun dari Rp9,04 triliun.

(Baca: Rekapan Kinerja 2022: Emiten Pasar Modal Berlomba Kejar Peluang)

Di sisi lain, beban penjualan dan distribusi INDF juga meningkat 6,03% menjadi Rp2,97 triliun dari sebelumnya tercatat Rp2,80 triliun. Adapun beban umum dan administrasi juga naik tipis 3,23% menjadi Rp1,22 triliun dari semula Rp1,18 triliun. Alhasil, laba usaha perseroan turun 4,51% menjadi Rp4,97 triliun dari Rp5,20 triliun.

Namun demikian, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, perseroan mencatatkan lonjakan penghasilan keuangan hingga 2.213,09% menjadi Rp2,27 triliun dari sebelumnya Rp98,14 miliar. Jika dilihat dari laporan keuangannya, lonjakan tersebut terjadi akibat perseroan meraup laba bersih atas selisih nilai tukar mata uang asing dari aktivitas pendanaan sebesar Rp2,06 triliun dari sebelumnya tidak ada. Selain itu, penghasilan bunga meningkat menjadi Rp213,78 miliar dari sebelumnya Rp98,14 miliar.

Sementara itu, jumalh beban keuangan perseroan justru menyusut 25,56% menjadi Rp779,47 miliar dari sebelumnya tercatat Rp1,05 triliun. Hingga akhir Maret 2023, INDF juga mencatatkan bagian atas laba neto entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp50,32 miliar. Kondisi ini kontras dari periode yang sama tahun lalu di mana perseroan mencatatkan rugi pada pos tersebut senilai Rp22,93 miliar.

Dari sisi total aset, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini INDF membukukan kenaikan tipis 1,77% menjadi Rp183,63 triliun dari Rp180,43 triliun hingga akhir tahun 2022. Jumlah ini terdiri dari total set lancar sebesar Rp58,24 triliun dan total aset tidak lancar sebesar Rp125,39 triliun.

Kenaikan total aset perseroan terjadi seiring dengan peningkatan ekuitas sebesar 4,34% menjadi Rp97,68 triliun dari semula tercatat Rp93,62 triliun.

Sementara itu, total liabilitas menyusut 0,99% menjadi Rp85,95 triliun dari sebelumnya Rp86,81 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari total liabilitas jangka pendek senilai Rp31,46 triliun dan total liabilitas jangka panjang senilai Rp54,48 triliun.

(Baca: Dashboard Kinerja Emiten Non-Perbankan di Indonesia 2019-2021)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags