Data 8 Saham Big Caps Teratas saat IHSG Tembus Rekor Tertinggi 2023 Berjalan

Pada akhir perdagangan Selasa 28 November 2023, IHSG memecahkan rekor tertingginya sepanjang 2023 yang mencapai 7.041,07. Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat sebesar Rp11.120,87 triliun. Berikut rinciannya emiten Big Capnya.

Winarni

29 Nov 2023 - 10.47

Data

Pada akhir perdagangan Selasa 28 November 2023, IHSG menembus rekor tertingginya sepanjang 2023 berjalan. Secara harian, IHSG ditutup naik 0,39% ke level 7.041,07. Indeks melanjutkan reli penguatannya untuk hari keempat berturut-turut dengan akumulasi kenaikan 1,93%.

Adapun sepanjang bulan berjalan, IHSG telah melesat 4,28% hingga penutupan perdagangan kemarin. Sejalan dengan kenaikan IHSG, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ikut naik 5,44% menjadi sebesar Rp11.120,87 triliun per 28 November 2023 dibandingkan dengan akhir Oktober yang sebesar 10.546,84 triliun. 

Positifnya laju IHSG ikut terdorong oleh pergerakan saham-saham berkapitalisasi pasar besar, terutama emiten pendatang baru yakni PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN).

BREN yang baru melantai di pasar modal pada 9 Oktober 2023 bahkan tercatat melejit ke posisi kedua dalam deretan big caps. Posisinya menggeser PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Adapun saham AMMN yang baru listing pada 7 Juli 2023 juga bertengger di urutan kelima terbesar per 28 November 2023.

Berikut urutan delapan emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia hingga penutupan perdagangan 28 November 2023: 

BBCA 

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terpantau tetap tak terkalahkan menempati posisi teratas emiten dengan kapitalisasi pasar tertinggi. Hingga akhir perdagangan 28 November 2023, market cap BBCA tercatat mencapai Rp1.083,13 triliun. Proporsi nilai tersebut setara dengan 9,74% dari total market cap pasar modal di Indonesia. 

Adapun saham BBCA ditutup stabil secara harian di level Rp8.850 per saham pada akhir perdagangan 28 November 2023. Kokohnya saham BBCA diiringi oleh kinerja keuangan yang tumbuh positif. Sepanjang kuartal III/2023, laba bersih konsolidasian perseroan tumbuh 25,78% menjadi Rp36,42 triliun dari posisi tahun sebelumnya Rp28,95 triliun.

BREN

Lalu, di posisi kedua ditempati oleh emiten pendatang baru yang listing pada 9 Oktober 2023. Emiten anak usaha PT Barito Pacific Tbk.(BRPT) ini langsung melesat dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp836,16 triliun atau setara 7,52% dari total market cap BEI. 

Posisinya menggeser PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dyang pada akhir bulan lalu bertengger di posisi kedua. Adapun per 28 November 2023, BREN ditutup naik 5,04% secara harian ke level 6.250 dan menjadi pendorong utama penguatan IHSG.

(Baca: Data Pembukaan Perdagangan IHSG Hari ini (29 November 2023))

BBRI 

Selanjutnya, saham dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga ditempati oleh PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. (BBRI) dengan nilai mencapai Rp802,73 triliun. Nilai tersebut setara dengan 7,22% dari total market cap BEI pada akhir perdagangan 28 November 2023. 

Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham BBRI stabil di level Rp5.350 per saham. Jika menilik kinerja fundamental BBRI sepanjang kuartal III/2023, laba bersih perseroan tumbuh 12,35% (yoy) menjadi Rp43,99 triliun dari sebelumnya Rp39,16 triliun.

BYAN 

Di posisi keempat ditempati oleh PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp644,17 triliun atau 5,79% dari total market cap hingga 28 November 2023. Harga saham BYAN turun 0,39% secara harian ke level Rp19.325 per saham. 

Hingga saat ini, BYAN belum merilis laporan keuangan kuartal III/2023. Namun, per semester I/2023, kinerja usaha emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong itu membukukan penurunan laba bersih 24,67% menjadi US$723,85 juta atau setara Rp10,86 triliun (asumsi kurs per Juni 2023 Rp15.000/US$) dari US$970,76 juta atau setara Rp14,41 triliun (asumsi kurs per Juni 2022 Rp14.484/US$) per Juni 2022.

AMMN

Di posisi kelima ada emiten yang bergerak di perusahaan holding dan baru listing pada 7 Juli 2023, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN). Nilai market cap AMMN tercatat mencapai Rp560,20 triliun atau 5,04% dari total market cap di BEI. Posisi AMMN bahkan melampaui BMRI dan TLKM. Harga saham AMMN per 28 November 2023 naik 2,32% ke level Rp7.725 per saham. Saham AMMN menjadi pendorong utama ketiga bagi laju IHSG pada penutupan perdagangan kemarin. 

Sementara itu, jika dilihat dari kinerja keuangan per September 2023, AMMN mencatatkan penurunan tajam dari sisi laba bersih yang mencapai 91,58% menjadi US$62,67 juta atau setara Rp670,59 miliar (asumsi kurs per September 2023 Rp15.487/US$) dari sebelumnya US$744,10 juta atau setara Rp11,33 triliun (asumsi kurs per September 2022 Rp15.232/US$)

BMRI 

Posisinya diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp545,16triliun atau 4,90% dari total market cap di BEI. Sama seperti BBCA dan BBRI, harga saham BMRI juga stabil di level Rp5.900 per saham pada akhir perdagangan kemarin. Secara fundamental, laba bersih BMRI sepanjang Januari-September 2023 meningkat 27,44% menjadi Rp39,06 triliun dari Rp30,65 triliun per September 2022.

TLKM

Di posisi ketujuh ada PT Telkom Indonesia (persero) Tbk. (TLKM) dengan market cap sebesar Rp373,46 triliun. Proporsi nilai itu mencapai 3,36% dari total kapitalisasi pasar hingga 28 November 2023. Harga saham TLKM per 28 November 2023 naik 2,45% dan bertengger pada level Rp3.770 per saham. 

Per kuartal III/2023, laba bersih emiten jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia ini tercatat tumbuh 17,60% menjadi Rp19,50 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp16,58 triliun.

TPIA 

Di posisi terakhir ada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) yang tercatat memiliki kapitalisasi pasar mencapai Rp250,02 triliun. Nilai tersebut setara dengan 2,25% dari keseluruhan kapitalisasi pasar di bursa. Harga saham TPIA pada akhir perdagangan 28 November 2023 menguat 1,76% ke level Rp2.890 per saham. 

Jika melihat kinerja usahanya, TPIA berhasil menekan kerugian menjadi US$21,38 juta atau setara Rp331,11 miliar (asumsi kurs per September 2023 Rp15.487/US$) pada September 2023. Kerugian tersebut menyusut 80,83% jika dibandingkan dengan kerugian pada September 2022 yang mencapai US$111,55 juta atau setara Rp1,70 triliun (asumsi kurs per September 2022 Rp15.232/US$). 

(Baca: Data 8 Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar per Oktober 2023)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags