Data Pembukaan Perdagangan IHSG Hari ini (15 November 2023)

IHSG dibuka naik tipis lalu melejit 1,13% ke 6.939,74 pada pukul 09.01 WIB. Pertemuan Presiden RI Jokowi dengan Presiden AS Joe Biden turut dicermati pasar. Sementara bursa global kompak menghijau setelah data inflasi AS yang melambat. Pertemuan Biden dan Presiden China Xi Jinping juga turut disorot.

Gita Arwana Cakti

15 Nov 2023 - 09.03

Data

Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka naik tipis 0,004% ke level 6.862,33 pada perdagangan Rabu (15/11). Adapun pada pukul 09.01 WIB indeks melesat 1,13% atau 77,69 poin ke level 6.939,74.

Tercatat 216 saham berhasil menguat, 79 saham melemah, dan 227 saham stagnan. Kapitalisasi pasar pagi ini tercatat berada di posisi Rp10.926,25 triliun. Sebelumnya, IHSG juga ditutup menguat 0,35% atau 23,74 poin ke level 6.862,06.

Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati perkembangan pertemuan Presiden RI Joko Widodo dan Presiden AS Joseph R. Biden. Mengutip Bisnis.com, Indonesia terus memburu peluang untuk mendapatkan investasi melalui penguatan kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat di tengah tantangan global.   

Dalam pertemuan di AS, Selasa (14/11),  kedua pemimpin negara tersebut menyepakati sejumlah penguatan kerja sama ekonomi di berbagai bidang di antaranya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, transisi energi, dan penghiliran yang sedang gencar dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

Sementara itu, bursa global juga kompak menghijau. Di Asia, indeks Strait Times naik 0,80%, indeks Shanghai Composite menguat 0,55%, indeks Hang Seng melejit 2,17%, dan indeks Nikkei 225 melonjak 1,93% pada pukul 08.55 WIB. Di Amerika Serikat, indeks Nasdaq Composite ditutup melonjak 2,37%, indeks S&P 500 melesat 1,91%, dan Dow Jones melejit 1,43% pada perdagangan kemarin.

Sentimen Global

Penguatan bursa AS terjadi setelah data inflasi yang dirilis lebih lemah dari perkiraan. Hal itu meningkatkan keyakinan pasar bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut semakin kecil dan membuka jalan bagi 'soft landing' ekonomi Negeri Paman Sam.

Mengutip Reuters, data menunjukkan indeks harga konsumen AS tidak berubah pada Oktober di tengah masyarakat Negeri Paman Sam yang membayar lebih sedikit untuk bensin. Adapun kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir. Dalam 12 bulan hingga Oktober, CPI AS naik 3,2%, setelah naik 3,7% pada September.

Craig Fehr, Kepala Strategi Investasi di Edward Jones menilai katalis penggerak pasar adalah laporan inflasi yang lebih lemah dari perkiraan. Pasalnya, data tersebut memberi ketenangan bagi pasar dan menilai bahwa The Fed tidak perlu menerapkan sejumlah besar kebijakan pembatasan tambahan untuk terus menurunkan harga konsumen.

Sebagaimana diketahui, Federal Reserve telah menerapkan kebijakan yang cukup agresif dengan terus menaikkan suku bunga acuannya sejak Maret 2022 dengan akumulasi peningkatan sebesar 525 basis poin. Hal itu dilakukan untuk melawan inflasi yang tinggi.

Selain itu, investor juga fokus pada negosiasi yang dilakukan anggota parlemen AS mengenai rancangan undang-undang pendanaan karena mereka menghadapi tenggat waktu akhir minggu ini untuk mendanai pemerintah federal.

Data inflasi AS yang lebih lemah juga dinilai dapat menjadi katalis pendorong bursa Asia. Di sisi lain, pasar juga mencermati sejumlah data ekonomi seperti PDB Jepang kuartal ketiga, penjualan ritel China, output industri, investasi, dan angka pengangguran untuk bulan Oktober.

Adapun pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik di San Francisco turut menjadi perhatian pasar. Biden dan Xi baru bertemu sekali sebelumnya, dan ini merupakan kunjungan pertama Xi Jinping ke Amerika Serikat sejak 2017. Xi Jinping berharap dapat membujuk Biden untuk melonggarkan tarif dan kontrol ekspor yang bertujuan untuk mencegah pengiriman semikonduktor ke China.

(Baca: Data Penutupan Perdagangan IHSG Hari Ini (14 November 2023))

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags