Data Pembukaan Perdagangan IHSG Hari ini (9 November 2023)

IHSG dibuka stagnan lalu berfluktuasi terbatas pada pukul 09.01 WIB. Adapun bursa global menguat terbatas di tengah penantian data inflasi China. Pasar juga terus mencari arah kebijakan suku bunga The Fed selanjutnya.

Gita Arwana Cakti

9 Nov 2023 - 09.05

Data

Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka stagnan di level 6.804,11 pada perdagangan Kamis (9/11). Adapun pada pukul 09.01 WIB indeks menguat tipis 0,04% atau 2,66 poin ke level 6.806,76. Pada pagi ini indeks komposit sempat melemah dan berfluktuasi di rentang 6.796,48-6.813,71.

Tercatat 157 saham berhasil menguat, 112 saham melemah, dan 237 saham stagnan. Kapitalisasi pasar pagi ini tercatat berada di posisi Rp10.630,95 triliun. Sebelumnya, IHSG ditutup melemah 0,58% atau 39,68 poin ke level 6.804,11.

Dari dalam negeri, pasar masih mencermati rencana Bank Indonesia (BI) untuk menerbitkan instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) pada 21 November 2023 mendatang. 

Mengutip Bisnis Indonesia, kedua instrumen teranyar BI dikeluarkan untuk meminimalisir sensitivitas pasar keuangan terhadap tekanan The Fed. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menyampaikan bahwa di dalam negeri, belum ada instrumen valas jangka pendek yang dapat diperjualbelikan. Sehingga hal tersebut diharapkan dapat mengisi ruang selama ini yang baru ada instrumen penempatan. Dia juga mengatakan bahwa instrumen SVBI dan SUVBI merupakan instrumen yang pro-market, yang diharapkan dapat mendorong pendalaman pasar uang di dalam negeri.  

Sementara itu, bursa global terpantau menguat terbatas. Di Asia, indeks Strait Times naik 0,31%, indeks Shanghai Composite menguat 0,20%, indeks Hang Seng terapresiasi 0,13%, dan indeks Nikkei 225 lebih tinggi 0,79% pada pukul 08.55 WIB. Di Amerika Serikat, indeks Nasdaq Composite ditutup naik tipis 0,08%, indeks S&P 500 menguat 0,10%, sementara Dow Jones turun 0,12% pada perdagangan kemarin. 

Penguatan tipis bursa AS terjadi seiring dengan investor yang mempertimbangkan komentar pejabat Federal Reserve baru-baru ini untuk mencari arah mengenai jalur suku bunga dan fokus pada arah imbal hasil obligasi AS.

Mengutip Reuters, imbal hasil Treasury AS telah turun tajam sejak obligasi acuan bertenor 10-tahun mencapai 5% pada akhir Oktober. Hal tersebut terjadi setelah adanya komentar dari pejabat Fed dan data tenaga kerja yang lebih lemah sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral telah mencapai akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.

Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, pasar memperkirakan adanya 50% peluang penurunan suku bunga acuan setidaknya 25 basis poin pada Mei. Angka peluang tersebut lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang sebesar 41%. Namun, komentar dari beberapa pejabat bank sentral selama beberapa hari terakhir menunjukkan bank sentral masih membuka kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan. Hal ini kemudian kembali menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor.

Sementara di Asia, perhatian pelaku pasar tertuju pada data inflasi China yang akan dirilis. Investor memperkirakan tekanan disinflasi akan meningkat pada Oktober. Namun hal itu dinilai tidak akan terlalu mengurangi optimisme pemulihan ekonomi yang baru-baru ini meningkat.

Selain China, data yang dinantikan oleh pelaku pasar di Asia adalah pinjaman bank Jepang, angka perdagangan dan transaksi berjalan hingga penjualan ritel Indonesia, serta PDB Filipina.

(Baca: Data Penutupan Perdagangan IHSG Hari Ini (8 November 2023))

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags