Data Penutupan Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) 1 November 2023

Indeks obligasi komposit Indonesia (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) terus menguat pada penutupan Rabu (1/11). Pada saat yang sama, nilai mata uang rupiah menguat sedangkan laju dolar AS melemah mengikuti penurunan imbal hasil obligasi setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga.

Sarnita Sadya

2 Nov 2023 - 08.35

Data

Indeks acuan obligasi Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) terus menguat pada penutupan perdagangan Rabu (1/11). Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), ICBI ditutup naik 0,14% atau 0,52 poin ke level 361,29.

Indeks obligasi komposit tersebut melanjutkan lajunya dari perdagangan 5 hari sebelumnya yang ditutup menguat dengan akumulasi kenaikan 0,53% atau 1,92 poin pada 27-31 Oktober 2023. Sebelumnya, indeks obligasi komposit sempat melemah 0,25% atau 0,90 poin pada 26 Oktober 2023.

Jika dilihat pergerakan sepanjang bulan ini (month to date/mtd), pergerakan ICBI terpantau meningkat 0,14%. Secara tahun berjalan (year to date/ytd) hingga 1 November 2023, lajunya naik 4,79% dan secara tahunan (year on year/yoy) menguat 8,87%.

Penguatan indeks acuan obligasi Indonesia pada perdagangan Rabu (1/11) tersebut juga sejalan dengan penguatan kinerja return obligasi pemerintah dan korporasi.

Tercatat, indeks obligasi negara (INDOBeX Government Total Return/INDOBeXG-TR) meningkat 0,15% atau 0,51 poin ke level 353,30 pada perdagangan Rabu (1/11). Pergerakannya pun terpantau naik 0,15% sepanjang bulan berjalan (mtd), tumbuh 4,77% sepanjang tahun berjalan (ytd), dan menguat 8,96% secara tahunan (yoy).

Kondisi yang sama juga terjadi pada indeks obligasi korporasi (INDOBeX Corporate Total Return/INDOBeXC-TR) yang terapresiasi 0,11% atau 0,45 poin ke level 412,11 pada waktu perdagangan yang sama. Laju INDOBeXC-TR juga terpantau naik 0,11% sepanjang bulan berjalan (mtd), tumbuh 5,06% sepanjang tahun berjalan (ytd), dan menguat 7,84% secara tahunan.

Adapun pergerakan ICBI ini terjadi di tengah nilai mata uang rupiah yang menguat dan laju dolar AS yang melemah pada penutupan perdagangan Rabu (1/11). Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, mata uang Garuda tersebut menguat 0,12% dari Rp15.916/US$ pada Selasa (31/10) menjadi Rp15.897/US$ pada Rabu (1/11).

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun tipis 0,002% ke level 106,492 pada penutupan perdagangan yang sama. Melansir Reuters, pelemahan dolar AS tersebut mengikuti penurunan imbal hasil obligasi AS setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya di kisaran 5,25%-5,50% dalam rapat kebijakan yang berakhir pada Rabu (1/11) waktu AS atau Kamis (2/11) dini hari WIB.

Dalam laman resminya, PHEI menjelaskan bahwa Indonesia Bond Indexes atau INDOBeX merupakan indikator untuk mengukur pergerakan dan perkembangan harga ataupun yield obligasi. 

Indeks ini dapat dijadikan acuan untuk menggambarkan tren pergerakan pasar obligasi secara umum. INDOBeX mencakup seluruh obligasi berdenominasi Rupiah yang diterbitkan oleh Pemerintah maupun oleh pihak korporasi baik yang berupa obligasi konvensional maupun sukuk.

INDOBeX-Government adalah indeks obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh pemerintah baik obligasi konvensional maupun sukuk. Sementara INDOBeX-Corporate adalah indeks obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh korporasi baik obligasi konvensional maupun sukuk. 

Adapun TR atau total return menggambarkan pergerakan tingkat pengembalian (rate of return) keseluruhan obligasi yang dihitung berdasarkan kenaikan/penurunan harga obligasi, akumulasi perolehan bunga berjalan (accrued interest) dan perolehan kupon tahunan yang reinvestasikan kembali.

(Baca: Data Penutupan Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) 31 Oktober 2023)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags