Data Penutupan Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) 9 November 2023

Indeks obligasi komposit Indonesia (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) berbalik menguat pada penutupan Kamis (9/11). Pada saat yang sama, nilai mata uang rupiah melemah sedangkan laju dolar AS kembali terapresiasi setelah imbal hasil obligasi AS melonjak

Sarnita Sadya

10 Nov 2023 - 08.30

Data

Indeks acuan obligasi Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) berbalik menguat pada penutupan perdagangan Kamis (9/11). Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), ICBI ditutup naik 0,05% atau 0,17 poin ke level 365,78.

Indeks obligasi komposit tersebut berbalik arah dari dua hari perdagangan sebelumnya yang ditutup turun dengan akumulasi pelemahan 0,28% atau 1,02 poin pada 7-8 November 2023. Sebelumnya, indeks obligasi komposit sempat terus ditutup menguat dalam 11 hari perdagangan dengan akumulasi kenaikan sebesar 2,15% atau 7,77 poin pada 27 Oktober - 6 November 2023.

Jika dilihat pergerakan sepanjang bulan ini (month to date/mtd), pergerakan ICBI terpantau meningkat 1,39%. Secara tahun berjalan (year to date/ytd) hingga 9 November 2023, lajunya naik 6,07%, dan secara tahunan (year on year/yoy) menguat 9,72%.

Kenaikan indeks acuan obligasi Indonesia pada perdagangan Kamis (9/11) tersebut juga sejalan dengan penguatan kinerja indeks obligasi pemerintah dan korporasi.

Tercatat, indeks obligasi negara (INDOBeX Government Total Return/INDOBeXG-TR) naik 0,05% atau 0,17 poin ke level 357,81 pada perdagangan Kamis (9/11). Lalu pergerakannya terpantau naik 1,42% sepanjang bulan berjalan (mtd), tumbuh 6,09% sepanjang tahun berjalan (ytd), dan menguat 9,82% secara tahunan (yoy).

Kondisi yang sama juga terjadi pada indeks obligasi korporasi (INDOBeX Corporate Total Return/INDOBeXC-TR) yang menguat 0,03% atau 0,14 poin ke level 415,28 pada waktu perdagangan yang sama. Kemudian, laju INDOBeXC-TR juga terpantau naik 0,88% sepanjang bulan berjalan (mtd), tumbuh 5,85% sepanjang tahun berjalan (ytd), dan menguat 8,48% secara tahunan.

Adapun pergerakan ICBI ini terjadi di tengah nilai mata uang rupiah yang melemah sedangkan laju dolar AS yang menguat pada penutupan perdagangan Kamis (8/11). Data kurs tengah Bank Indonesia mencatat mata uang Garuda terdepresiasi 0,23% menjadi Rp15.629/US$ dari Rp15.593/US$ pada Kamis (9/11).

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau terapresiasi 0,31% ke level 105,770 pada penutupan perdagangan kemarin. Melansir Reuters, penguatan dolar AS kembali terjadi setelah imbal hasil obligasi AS melonjak. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik 12,4 basis poin (bps) menjadi 4,632%. Adapun imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun, yang mencerminkan ekspektasi suku bunga, naik 9,9 bps menjadi 5,035%.

Adapun hal tersebut dipicu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengatakan para pengambil kebijakan tidak yakin suku bunga cukup tinggi untuk menurunkan inflasi ke target 2% bank sentral AS. Perjuangan untuk memulihkan stabilitas harga pun diniali Powell masih akan panjang.

Dalam laman resminya, PHEI menjelaskan bahwa Indonesia Bond Indexes atau INDOBeX merupakan indikator untuk mengukur pergerakan dan perkembangan harga ataupun yield obligasi. 

Indeks ini dapat dijadikan acuan untuk menggambarkan tren pergerakan pasar obligasi secara umum. INDOBeX mencakup seluruh obligasi berdenominasi Rupiah yang diterbitkan oleh Pemerintah maupun oleh pihak korporasi baik yang berupa obligasi konvensional maupun sukuk.

INDOBeX-Government adalah indeks obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh pemerintah baik obligasi konvensional maupun sukuk. Sementara INDOBeX-Corporate adalah indeks obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan oleh korporasi baik obligasi konvensional maupun sukuk. 

Adapun TR atau total return menggambarkan pergerakan tingkat pengembalian (rate of return) keseluruhan obligasi yang dihitung berdasarkan kenaikan/penurunan harga obligasi, akumulasi perolehan bunga berjalan (accrued interest) dan perolehan kupon tahunan yang reinvestasikan kembali.

(Baca: Data Penutupan Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) 8 November 2023)

Bagikan Artikel
Terpopuler
Tags